12

1.9K 154 21
                                    

.
.
.
LUNA
.
.
.

Haechan berlari dengan tergopoh - gopoh. Menembus beberapa dahan - dahan pohon yang menghalangi jalannya. Sesekali terseok saat kakinya terkantuk batu yang bersembunyi di balik rumput - rumput yang tumbuh di sepanjang perjalanannya.

"Akhh." Haechan meringis di sela - sela perjalanannya

Haechan harus tetap bertahan untuk sampai ke danau yang dulu di datanginya. Dia sudah susah payah keluar dari kastil milik keluarga si Haechan serigala hingga berjalan menyusuri perkampungan yang sepi demi untuk sampai di danau tersebut.

Walau Haechan harus merelakan kakinya terasa pegal setelah berjalan terlalu lama, merasakan perih saat batu - batu dengan tidak berperasaan mengenai dirinya dan dahan - dahan yang menghalangi pandangan Haechan saat dia sudah sampai di wilayah hutan.

Haechan akan tetap berjalan.

Ngomong - ngomong soal si Haechan manusia serigala, Haechan memang menyebut pria itu dengan nama yang sama seperti dirinya mengingat saat ini pun orang - orang memanggil mereka dengan nama yang sama---yang membuat Haechan yakin werewolf itu bernama Lee Haechan---sama seperti dirinya.

"Berapa lama lagi aku akan sampai di danau itu sih." Gerutunya sambil menyingkirkan dahan yang menghalangi

Dia menghela napas. Begitu lelahnya dia berjalan hingga tetes keringat membasahi wajahnya yang tampan.

Lee Haechan memang tampan. Bisa dibayangkan bagaimana tampannya Haechan. Remaja dua puluh tahun dengan rambut hitam legam, sedikit panjang yang bagian depannya menutupi dahi. Alisnya lurus dengan ujung yang runcing berwarna hitam dan terlihat tebal. Bola matanya berwarna cokelat caramel dengan bulu mata yang lentik dan kelopak mata yang indah saat berkedip. Hidungnya mancung. Terlihat kecil dengan bentuk yang lurus. Memperlihatkan dua garis samar yang berada di atasnya. Dan bibirnya, bibirnya berbentuk love. Terbelah bagian bawahnya berwarna merah merona mengundang beberapa pasang mata untuk terdiam sejenak.

Begitu sempurnanya Haechan yang harusnya kini menikmati makanan yang selalu pengawal Haechan si manusia serigala siapkan. Namun dia kini harus terjebak di sebuah hutan untuk melarikan diri dan kembali ke dunianya.

Ketika dia tengah berjalan. Mata Haechan melebar. Guratan kesenangan tergambar di wajahnya yang tampan itu dengan bulir keringat yang masih menetes. Ini adalah tempatnya. Tempat dimana si manusia serigala itu pasti berniat mengakhiri hidupnya.

"Aku harus kembali ke dunia." Haechan bergumam lagi seorang diri---memantapkan niatnya kembali.

Flashback on

Di malam yang sunyi. Sangat senyap hingga membuat seseorang tertidur lelap di atas ranjang. Matanya terpejam seiring tarikan napasnya yang tenang.

Lalu, lama kelamaan, wajahnya yang bersinar di terpa sinar rembulan malam itu meringis. Kepalanya bergerak pelan menggeleng - geleng.

Lee Haechan.

Pria dari dunia manusia yang terjebak di dunia para werewolf itu mengerutkan dahinya. Tepat pada saat itu, sinar bulan yang masuk dari celah - celah jendela membawa Haechan pada sebuah mimpi.

Mimpi dimana dia bisa melihat dirinya yang sedang terbaring di atas sebuah ranjang di rumah sakit seperti seseorang yang sedang koma.

Haechan terbangun. Napasnya tersengal - sengal seperti seseorang yang telah menghabiskan tenaga untuk berlari. Keringat mengucur di dahinya sampai ke pelipis dan berakhir menentes ke atas selimut yang membalut tubuhnya. Kedua tangannya berada di atas paha. Meremas pelan selaras dengan dirinya yang mencoba menenangkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUNA | MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang