“Roda waktu akan terus bergulir tanpa jeda, membawa setiap insan menuju masa depan yang tidak bisa ditebak.”
*****
Maura menatap lamat pada gedung lantai dua yang letaknya lebih jauh dari kelas mereka jika dibandingkan dari jarak gedung utama.
"Bengong kenapa lo? Kesambet dedemit?" Zhena yang tadinya sudah berjalan jauh di depan, terpaksa berbalik lagi karena teman seperjuangan nya itu mendadak berhenti.
"Sembarangan lo." Ketus Maura dengan bibir kusut.
"Iya sih," Zhena mendadak mengangguk. "Dedemit mana mau sama lo."
Plak
Satu tamparan keras didapatkan oleh cewek itu tepat pada lengan kurusnya. Zhena mengaduh kesakitan sementara Maura melengos begitu saja tanpa rasa bersalah.
"Kalau dipikir-pikir, cuma angkatan kita yang IPA sama IPS dipisahnya sejauh itu," cewek berotak encer namun minim akhlak itu bercelutuk. Entah sejak kemarin mendadak saja hal itu terlintas di kepalanya.
"Iya tuh, sampai kita ga saling kenal padahal kan seangkatan ya? Gue tahunya dua atau tiga orang doang." Zhena mengangguk setuju, ikut melirik gedung kelas IPS yang bisa terlihat jelas jika dari kelas mereka.
"Aneh ga sih? Kayak sengaja..."
"Guys, Pak Deden katanya hari ini ga masuk," ucapan si ketua kelas memotong perkataan Maura begitu saja, seisi kelas kini menjadi lebih ribut dibandingkan yang tadi. Mirip pasar, atau malah kebun binatang ya?
"Vero, emang tuh guru kemana?" Dwi bertanya, bukan berharap gurunya itu masuk tapi hanya memastikan. Siapa tau beliau tidak akan masuk untuk waktu yang lama.
"Masuk RS."
Seketika kelas kembali diam.
Ah sial. Mendadak mereka semua merasa bersalah karena telah bersorak heboh.•••
"Tau gak, tau gak?"
Siswa yang memakai hoodie warna hijau lumut itu berucap dengan menaik-turunkan alisnya, ingin membuat teman-temannya penasaran tapi jatuhnya malah seperti bocah genit.
"Ga tertarik." Zayn menjawab dengan galak. Sudah berapa kali Dafka mengatakan hal yang sama hari ini, pasti dia ingin berbagi gosip baru yang ia dapatkan dari siswi kelas sebelah atau adik kelas yang ia goda ketika berpapasan.
"Tadi gue ketemu cewek cantik tau, gue janjian makan bareng nanti pas bel istirahat. Lo pada harus temenin gue." Seakan tuli, ucapan Zayn sama sekali tidak diindahkan oleh Dafka.
"Lo pelet pakai apa lagi anak orang? Hutang lo sama gue aja belum lunas, sok-sokan mau pacaran," celoteh Zayn tidak berhenti, sekarang cowok dengan alis tebal mengungkit-ungkit kejelekan temannya sendiri.
"Apasih lo, China!"
"Nama gue aja Zayn, Arab dong goblok!"
"Asep Minang tuh, biasa aja dia."
"Manga lo ang baok-baok den ko anjir?" (Ngapain lo bawa-bawa gue segala anjir?) cowok berkulit sawo matang nan manis itu berucap tidak senang ketika dirinya dibawa-bawa, padahal dirinya anteng saja dari tadi menyalin tugas bahasa Inggris milik Shaka.
"Lo makan mah, makan aja kali Daf. Kantin deket tuh," Nevan yang berlabel sebagai orang paling waras di sini, menanggapi tanpa menoleh pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Kala
Teen Fiction"𝐃𝐢𝐠𝐢𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐣𝐮 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚."-𝐄𝐧𝐢𝐠𝐦𝐚 𝐊𝐚𝐥𝐚 Ini hanya cerita klasik. Di mana mereka berjalan mencari jati diri, tersesat, bahkan tersakiti oleh jalan yang mereka...