4. Obrolan Dua Orang yang Patah Hati

203 17 2
                                    

Hai selamat malaaaam and happy reading ❤
.
.
.
.
.

"Melompat dari sini tidak akan
membuatmu mati Minjeong," Ucap Karina pada Minjeong yang dari tadi melihat ke bawah gedung.
Winter menoleh lalu tersenyum pada Karina yang kini ada di sampingnya.

"Jika aku melompat dari sini kira-kira apa yang akan terjadi?" Tanya Winter.

"Hmm mungkin patah tulang."

"Bisa lupa ingatan tidak ya?" Tanya Winter kembali.

"Mungkin." Jawab Karina singkat.

"Jika bisa aku ingin lupa ingatan." Ucap Winter pelan.

"Jangan bodoh Minjeong."

"Iya, aku bodoh."

"Jeong... " Karina mengelus pundak Winter.

Winter tidak menjawab, tetap diam menunggu leadernya itu melanjutkan kalimatnya.

"Jangan berniat mengakhiri hidupmu, akan banyak yang sedih nanti."

"Termasuk kamu?"

"Tentu saja." Jawab Karina yang kini ikut menatap ke bawah gedung.

"Kenapa ya kak Tuhan jahat." Lirih Winter.

"Tuhan ga pernah jahat Minjeong, dia selalu baik."

"Terus kenapa kita ga bisa bareng?" Pertanyaan Winter membuat Karina tersentak, sebenarnya dalam kepalanya berisik, banyak sekali pertanyaan yang dia juga tidak tau jawabannya.

"Kita selalu bareng dari dulu sampai sekarang Jeong." Akhirnya jawaban itu yang keluar dari mulut Karina.

Winter tertawa, Karina selalu mempunyai jawaban dari semua pertanyaannya.

"Terus kalau kita selalu bersama kenapa unnie memilih bersama pria itu?"

"Ketika aku bersamanya bukan berarti aku dan kamu menjadi tidak bersama,kata bersama itu luas Jeong."

Kini Winter tertawa lebih keras, Karinanya selalu lucu pikir Winter.

"Unnie selalu lucu seperti biasa." Winter meneguk minumannya.

"Bukan hanya kamu yang merasakan patah disini Jeongie."

"Iya, para shipper kita,shipper audiz, dan mungkin fans unnie juga patah hati."

"Jeong, aku cuman mau kamu tau kalau apa yang aku lakuin ini untuk kebaikan kita semua." Karina mulai gerah, kenapa semua merasa dia juga tidak terluka.

"Unnie bisa berdiskusi dulu denganku jika ini memang ada sangkut pautnya denganku."

"Mereka mulai curiga pada kita Jeong." Ucap Karina pelan.

Winter meremas besi pegangan di depannya dengan kuat.
Lambat laun hubungan mereka pasti akan tercium kan? Semua akan curiga bukan? Winter sudah memprediksi ini semua tapi ia tidak menyangka saat tiba ia ternyata tidak sekuat itu.

"Unnie selalu merasa bisa menghadapinya sendiri, hubungan kita itu tanggung jawab kita berdua unnie."

"Masalahnya lebih kompleks dari pada itu Jeong."
Winter diam tidak menanggapi ucapan Karina.

Angin malam menerpa wajah mereka, baik Karina maupun Winter masih betah dalam sunyi malam.

"Menurut unnie cinta itu apa?" Tanya Winter tiba-tiba.

Karina tersenyum sebelum akhirnya berpikir.

"Apa ya? Menurutmu sendiri apa itu cinta?" Bukan menjawab Karina malah melempar pertanyaan kembali.

DioramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang