Annyeong yorobun 🤗
Ketemu lagi kita 😄
Jangan lupa vote dan follow ya....Happy reading
.
.
.
.Di Pondok Pesantren Al-Fateh Daruussalam, suasana tegang menyelimuti kampus menjelang ujian semesteran. Razia keliling yang rutin dilakukan ini, baik di asrama santri putri maupun putra, sedang berlangsung.
Petugas keamanan dengan teliti memeriksa setiap kamar satu per satu, sementara para santri berkumpul di lapangan dengan penuh kecemasan. Di depan lapangan sudah hadir para pemimpin pondok yang memberikan amanah untuk para santri yang menambah intensitas momen tersebut. Setiap orang merasakan ketegangan yang mendalam.
Tak lama setelah itu, Gus tiba bersama para petugas keamanan yang membawa beberapa kotak berisi barang-barang yang telah disita. Ternyata, masih banyak santri yang diam-diam menjalin hubungan dan ada juga yang membawa handphone, meskipun peraturan pondok pesantren hanya memperbolehkan penggunaan gadget bagi santri yang telah lulus SMA atau mereka yang telah menyelesaikan masa pengabdian.
Dengan tegas, para petugas keamanan langsung memanggil santri-santri yang melanggar, menambah ketegangan yang sudah terasa di udara.
"Santri yang dipanggil namanya, harap maju ke depan. Dan yang lain bisa melanjutkan aktivitas masing-masing," ujar Adela, ketua petugas keamanan putri.
Mendengar perintah dari Adela, membuat beberapa santriwati dan santriwan meninggalkan lapangan dan beberapa ada yang tertinggal di lapangan.
Ada 26 santri yang tersisa di lapangan terkena razia. Banyak pengurus pondok yang menyaksikan hal ini. Namun tak banyak dari mereka yang turun tangan membantu.
Ketegangan semakin meningkat saat anak dari sang pemilik pondok, yang dikenal dengan sikap dingin dan tegasnya, bersiap untuk memberikan hukuman. Dengan izin dari Abah dan Ummi, Gus Dimas Al-Fatah Hussein, anak pertama dari Abah Faisal bin Hussein, telah kembali dari Turki untuk melanjutkan pendidikan dan menggantikan posisi di pondok pesantren Al-Fateh.
Gus Dimas, yang dikenal karena ketampanannya, kecerdasan, dan wibawanya, menjadi sorotan banyak santriwati dan ustadzah. Setelah menyelesaikan pendidikan di Mesir dan Turki, dia kini kembali atas perintah sang Abah, menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh anak pertama Abah Faisal yang memilih untuk tidak melanjutkan kepemimpinan di pondok pesantren.
Banyak anak kyai dari berbagai pondok pesantren berkunjung ke kediaman Gus Dimas dengan harapan meminangkan anak mereka untuk sang Gus. Namun, Gus Dimas terpaksa menolak semua tawaran tersebut. Dengan tegas, ia menyatakan keinginannya untuk fokus pada tanggung jawabnya di pondok pesantren terlebih dahulu sebelum memikirkan urusan pribadi.
"Kalian tahu peraturan di pondok ini, sepertinya nyali kalian bagus juga untuk melanggar peraturan yang telah ditetapkan," tegur Gus Dimas dengan tegas. Membuat nyali para santri menciut dan hanya bisa tertunduk.
"Apa kalian lupa tentang haramnya berpacaran? Untuk apa kalian menuntut ilmu di sini jika hanya untuk pacaran," tanya Gus Dimas.
Para santri hanya diam. "Lalu, kenapa kalian masih melakukannya. Saya harap kalian setelah ini memutuskan pasangan masing-masing," jelas Gus Dimas. Hal itu membuat para santri hanya bisa terdiam.
"Dan besok orang tua kalian akan di panggil ke sini, termasuk santri yang membawa handphone, ponsel kalian akan disita. Untuk hukumannya saya serahkan kepada pengurus keamanan," jelas Gus Dimas sembari meninggalkan lapangan bersama dengan Abah dan Ummi menuju rumah ndalem.
"Nak, kamu jangan terlalu keras untuk mendidik mereka," tegur Abah Faisal.
"Afwan, Abah. Dimas hanya ingin mereka agar patuh pada peraturan. Ini juga baik untuk kebaikan mereka," ucap Gus Dimas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal[ON GOING]
RomanceEpilog: Saat berada di pesantren, gadis SMA itu menemukan kedamaian yang lama hilang dalam hidupnya. Dia belajar untuk menyembuhkan luka-luka batinnya dan menemukan kembali kepercayaan diri yang sempat pudar. Di tengah proses penyembuhan itu, dia se...