여섯-Rumah sakit

11 2 0
                                    

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah: 2).
.
.
.

Setelah sampai di rumah sakit terdekat, mereka segera membawa Bila ke ruangan IGD agar segera ditangani dokter dan mengurus administrasi. Kini mereka menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Bila. Keheningan mulai diantara keduanya.

"Ternyata dunia ini sempit, ya." ujar Atha sambil menghela nafas.

Saat mereka sedang dilema, tiba-tiba datang Haidar dengan langkah terburu-buru menghampiri Dimas dan Atha.

"Dim, Atha. Dimana adek gua?" tanya Haidar to the point dengan nafas yang terengah-engah.

"Masih diperiksa, dokter masih belum keluar." Jawab Atha.

"Atur nafasmu dulu, tenangkan diri. Ini minum biar lu tenang. Dia masih di dalem," sahut Dimas.

Haidar duduk lalu meminum air yang diberikan Dimas. Haidar akhirnya bisa bernafas lega dan walaupun jantungnya masih berdegup kencang. Rasa cemas menghantui dirinya, entah bagaimana ia akan menjelaskan semuanya kepada orang tuanya nanti.

Haidar bersandar di kursi. Menutup mata sejenak. Memikirkan nasib adiknya. Ia merasa bersalah.

"Bodoh lu Haidar!" pekik Haidar kepada dirinya sendiri.

"Bodoh. Bodoh. Dasar bodoh. Gak guna jadi kakak!" ujar Haidar sambil memukul tembok.

"HEI! Kasian temboknya. Sabar elah, tenang!" cegah Atha dan Dimas dengan memegangi Haidar agar tak memukuli tembok lagi.

"Gimana gua bisa tenang? Ngeliat adek gua di dalem sana, ini semua gara-gara gua ga becus jagain dia." Teriak Haidar mencoba melepaskan diri.

Teriakan Haidar mengundang beberapa orang melihat mereka. Dimas dan Atha meminta maaf kepada orang-orang sekitar karena berisik.

"Tenang dulu, inget ini rumah sakit. Tahan emosi!" Tegur Dimas.

"Percuma melampiaskan emosi gak akan selesai masalah. Lebih baik kita berdoa semoga dia tidak kenapa-kenapa," Usul Dimas.

Mendengar ucapan Dimas, Haidar sedikit tenang tak memukul tembok. Tak selang beberapa lama, dokter keluar.

"Dengan keluarga pasien," panggil sang dokter.

Haidar yang mendengar itu lalu melepaskan pegangannya dan berdiri mendekati dokter.

"Saya Kakaknya. Bagaimana kondisi Adek saya, Dok?" tanya Haidar.

"Pasien mengalami dehidrasi dan terdapat luka gores dibagian lengan namun tidak begitu dalam. Sekarang ia masih ada efek pingsan karena ada obat bius yang overdosis. Saya juga sudah suntikkan vitamin agar pasien segera sadar," ucap Dokter.

"Terima kasih, Dokter."

"Setelah ini pasien akan dipindahkan ke ruang inap."

"Apakah kita bisa menjenguk adek saya?" tanya Haidar

"Tentu bisa. Nanti saya resepkan obat, "

"Terima kasih, Dok."

Setelah dokter pergi, suster mendorong ranjang troli Bila. Haidar melihat adeknya terbaring lemas di atas ranjang itu. Ia mengikutinya menuju ruang inap pasien yang telah disediakan.

Haidar masuk ke dalam kamar dan melihat adiknya terbaring lemas. Haidar mendekati ranjang adiknya, mengelus pelan kepala adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Maafkan abang ya, dek. Adek yang kuat ya. Kalau aja abang lebih cepat menjemput, pasti kamu ga bakal kayak gini," ujar Haidar sambil duduk di kursi dekat ranjang.

Kekasih Halal[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang