Jangan mempercayai emosi pengantin wanita karena sangat mudah berubah.
Di dalam kamar tamu yang digunakan Nuea, ada tamu tak diundang lainnya yang tetap tinggal untuk menggunakannya.
Ketika Sailom selesai mandi, dia mengulurkan tangan dan melingkari pinggang orang yang sedang duduk di tempat tidur sambil menonton TV. Wajahnya pindah ke lekukan leher putihnya sehingga dia bisa menghirup bau badan yang harum ke dalam paru-parunya, menyebabkan Nam Nuea harus bergerak untuk melarikan diri.
"Kumismu menggelitik ku."
"Aku akan melakukan lebih dari sekadar menggelitikmu." Terlepas dari keluhan pria dalam pelukannya, Sailom mengambil remote control untuk mematikan televisi.
Tangannya mencengkram pinggang Nuea saat dia menempelkan bibirnya ke bahu putih yang telah memerah karena janggutnya. Erangan rendah terdengar di tenggorokannya.
"Kau sangat putih sampai membuatku ingin mencium seluruh tubuhmu."
Nuea terkekeh tapi tidak lari, malah menyandarkan lehernya sambil memamerkan bahunya agar mudah diakses saat Sailom meremas bahunya.
"Kau yakin itu putih?"
"Tidak hanya putih, tapi juga enak."
"Apa ini yang kau pikirkan tentang ku?"
"Aku pikir, aku ingin menjelajahi seluruh tubuhmu."
"Tapi jangan meninggalkan bekas di leherku. Keluargaku akan melihatnya dengan buruk." Sailom mengetahuinya dengan baik. Hanya dengan satu sentuhan, kulit putihnya akan memerah sehingga Nuea harus memprotes, "Apa kau tidak mendengarku?"
"Kau bisa mengancingkan baju mu."
"Kau sangat keras kepala!"
"Ya, memang!"
Apapun yang terjadi, Sailom meletakkan tangannya di bawah ujung kemeja menyentuh kulit putih yang lembut itu. Kemudian, dia menyeret telapak tangannya ke arah dadanya sambil mendengarkan desahan lembut seseorang yang tidak lagi ingin terus melarikan diri darinya bahkan jika dia menekan bahunya dengan keras. Tubuhnya tampak tegang saat ujung jarinya menyentuh salah satu putingnya yang merah muda.
"Um, Khun Lom, jangan bermain-main seperti itu."
"Aku tidak main-main, aku serius." Kedua tangannya masuk ke dalam baju dan memainkan puting cantiknya hingga tegak. Sailom tidak tahu apa Nuea ingin memprovokasi nya atau tidak karena dia mengenakan kemeja putih tipis yang memperlihatkan putingnya pada saat itu. Dia menggunakan ujung jarinya untuk meremas dengan keras saat dia mencium tenggorokannya tanpa henti sampai tubuh lembut Nuea mulai menggeliat.
"Um, tidak...jangan disana.... Tidak... khun Lom..."
"Apa itu titik sensitif mu?"
"Mmmm." Erang Nuea, alih-alih memberikan jawaban.
Nam Nuea menatap telapak tangannya dan menggigit bibirnya. Nafasnya menjadi lebih intens karena harus berbalik untuk menatap mata Sailom. Kemudian, dia mencondongkan tubuh ke depan untuk menciumnya.
Sailom menanggapi tindakan ini, memasukkan lidahnya ke dalam mulut Nuea untuk merasakan panas yang menyelimuti mereka. Tubuhnya semakin bergerak untuk bisa bergesekan dengan Sailom membuat angin yang masuk melalui jendela yang terbuka tak mampu meredam panas yang mereka rasakan saat itu.
"Ummh..."
Ujung lidahnya menyentuh permukaan sampai terdengar suara memalukan dari ciuman mereka. Air liurnya manis, satu melarikan diri, yang lain mengejar, satu mundur, dan yang lainnya mengikutinya bolak-balik,, saat sebuah tangan besar meluncur ke bawah dan mulutnya menjilat leher Nuea dengan izinnya.