27

2.2K 385 12
                                    

NOTE: EKSTRA TUAN VILLAIN-KU EPISODE 3 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. Kalian bisa ketik nama saya, sama seperti di Wattpad, dan nanti akan nongol. Tinggal pilih di seri atau yang karya teratas. Hehehehe. Terima kasih.

P.S: Ada Jupiter dan Igor. Nggak ada Irene, sih.

***

Diana mengajakku refresing ke tempat karaoke. Dulu dia pernah berkata ingin kerja di bidang dunia hiburan, tapi bukan sebagai pemain film. Iya, dia berhasil mewujudkan cita-citanya sebagai model. Asli tubuh Diana bagus banget! Andai aku cowok (yang untung sekali bukan karena aku ingin bersama Igor sampai pelaminan), pastilah sudah kuterjang si Diana dan mengajaknya ke altar pernikahan.

Berhubung ini Diana, ruang yang ia sewa tentu khusus. VIP. Ada makanan dan minuman. Oh jumlah lagunya juga lebih banyak daripada ruang biasa. Diana bisa saja menyewa host, semacam cowok cakep pelayan ala Ouran High School Host Club (ehem kadang ada yang kasih jasa pluuuuuuuus, sih) ... tentu kutolak! Apa kata calon suamiku, matahariku, cintaku, sayangku?! Igor! Bisa-bisa namaku dihapus dari rencana masa depannya! Ogah!

Jadilah, hanya kami berdua. Diana mulai menyanyikan lagu bernada pelan, kemudian ia memilih lagu yang asyik untuk berjoget, mendadak ganti lagu yang liriknya aneh.

“Kak, ganti lagu dong!”

Alih-alih mengabulkan keinginanku, Diana justru “sengaja” memilih lagu dengan lirik menggelikan. Tidak percaya? Sini aku kasih buktinya.

Dasar bodoh, bodoh, bodoh, bodoh.
Kau tolak cintaku demi cewek modal suntik silikon.
Dasar bodoh, bodoh, bodoh, bodoh.
Kau bahkan nggak tahu sikon.

Mukamu standar, otakmu kotor.
Mana yang kau bilang setia itu omong kosong.
Mukamu standar, otakmu kotor.
Mana bisa aku percaya pepesan kosong.

Aku tak peduli.
Aku tak peduli.
Tak peduli yeah!

Astaga naga bumi beserta musuh-musuhnya. Diana pasti sedang tidak baik-baik saja.

Hei, maksudku lihat saja! Mana ada orang menyanyikan lagu dengan pendalaman sebaik Diana? Dia bahkan sepertinya sempat menangis dan memaki (dalam lirik ada makian, tapi sebaiknya tidak kusebut demi kesehatan pendengaran). Alhasil kusembunyikan minuman yang mungkin mengandung alkohol. Kusembunyikan di belakang pot. Alias, kubuang di sana.

Keringat membasahi kulit Diana, membuatnya terlihat gemerlap seolah ada debu bintang yang menempel kepadanya. Wajahnya memerah, mata berair (semoga bukan belek), dan ia terus saja menyanyi seolah tidak ingat bahwa sebaiknya aku diberi jatah bernyanyi!

Tiga puluh menit. Sepanjang itulah yang Diana habiskan untuk melepaskan segala pedih dan beban dalam hati. Aku hanya jadi penonton, menyaksikan dari jarak aman karena takut kena getok mic yang dipegang Diana.

“Nih,” katanya sembari menyodorkan remote. Artinya, aku sudah diizinkan memilih.

Aku menggeleng. “Nggak ah,” kataku menolak. “Kak, punya masalah? Cerita dong.”

Diana menoyor kepalaku. Pelan. “Nggak ada. Cuma ingin menyanyi dengan leluasa.” Dia merebahkan diri ke sofa. Lupa sempat menawari remote atau mungkin dia tidak tertarik mendengarku bernyanyi. “Enak, ya?”

“Apanya?” Aku mulai memilah lagu. Bukan untuk menyanyi, melainkan sebagai latar musik agar Diana tidak mengamuk. Akan kucari lagu tenang dan bisa mendamaikan gejolak jiwa yang kesetanan. Cukup aku saja yang kesetanan ketika berharap bisa mengintip ABS milik Igor. Cukup aku, yang lain jangan!

“Bisa ketemu cowok yang menyukaimu sedalam Igor.” Diana memandangku dengan tatapan berbinar. Dia mungkin sedang memikirkan iklan layanan masyarakat. Pasti! Soalnya Mama pasti selalu begitu setiap kali menonton iklan yang menawarkan pernikahan damai dengan konseling sehat. Persis! (Papa menolak. Dia berkata, “Mau aku anterin nonton konser penyanyi kesukaanmu atau kita ke konseling? Dan tentu saja Mama memilih nonton.)

Satu lagu telah terpilih. Judulnya Mimpi Putih. Jangan tanya arti lagu tersebut kepadaku. Aku tidak tahu. Pokoknya lagu itu hanya diiringi oleh denting piano dan sangat cocok dijadikan sebagai latar musik untuk Diana.

Mimpi Putih mulai dilantunkan. Iramanya begitu membuai dan meneduhkan. Seolah aku sedang berjalan di atas awan putih. Lembut.

“Kenapa tiba-tiba bicara mengenai Igor?” tanyaku dengan segenap ke-kepo-an. “Apa Kakak baru saja putus?”

“Dasar,” celetuknya, gemas. Dia mulai mencubit pipiku. Senyum taklekang dari wajahnya yang jelita. “Aku senang temanku bisa bertemu cowok hebat.”

“Iya, tapi pipiku bisa melar nanti.”

Diana melepaskan jepitan jemari dari pipiku. “Igor. Igor. Igor,” senandungnya dengan nada ceria. “Aku baru tahu kalau dia yang punya Galaxy Entertainment. Aneh, ya? Nggak kelihatan di media mana pun, tiba-tiba muncul sebagai pemenang.” Lalu, dia terbahak sembari memegang perut. “Nggak kebayang Jupiter akan sesusah apa nanti?”

Aku tidak suka nama menakutkan itu terucap dari mulut Diana. “Kak, jangan bicara mengenai Jupiter. Malas.”

“Hei, sekarang kamu nggak perlu mencemaskan kemungkinan Jupiter akan menyeretmu secara paksa ke altar pernikahan. Ada Igor. Dia bahkan bisa dibilang lebih buas daripada Jupiter urusan pekerjaan. Begini,” katanya sembari memamerkan telunjuk lentiknya. Apa dia menyuruhku menggigit? “Dulu aku sempat kerja sama dengan Galaxy Entertainment. Bukan main....”

“Hebat?”

“Bikin capek,” sahutnya sembari mengempaskan tangan seakan hendak mengusir lalat. “Mereka kerja tepat waktu dan nggak ribet, sih. Cuma energiku terkuras habis. Eh....” Mendadak dia tersenyum genit sembari memainkan alis. Nama tarian alis itu ialah, ulat bulu menari riang. “Ada cowok cakep. Banyaaaak cowok cakep dan tubuhnya bagus. Bukan dari model, melainkan pihak ... ehem. Tolong kamu minta Igor perkenalkan diriku dengan asisten atau yaaah anak buahnya. Banyak yang bikin ngiler, sih.”

Aku menganga. Mulutku pasti cocok dijadikan sebagai sarang gorila karena lebar sekali. “Kak, masa?! Kok aku nggak tahu?”

Ehehehe aku juga tidak keberatan cuci mata. Soalnya Igor pelit. Dia tidak menginzinkanku mengintip ABS miliknya!

“Iya, ‘kan?” Diana terkikik. “Cowok mapan dan matang. Siapa yang tidak tergiur? Aku pasti akan bahagia bila bisa menghabiskan seluruh masa mudaku bersama pria yang tepat.”

“...” Bukannya dia bilang ingin cowok keren? Apa hubungannya dengan menikah? Ada cowok tampang oke, tapi isi perlu dipertanyakan. Iyups, Jupiter Thyerin. Contoh asli!

Diana menepuk pelan pipiku. Senyum masih saja menghias wajahnya. “Iren, kamu jangan nakal, ya? Cukup Igor saja.”

“Memangnya aku berniat ngapain?” tepisku, sok suci. “Igor tetap nomor satu. Errrr ... setelah cowok fiksi. Hihihi.”

Diana memutar bola mata kemudian mendesah jengkel. “Cowok fiksi nggak bisa kamu miliki, Sayang.”

“Minimal bisa kubayangkan jadi milikku, Kak. Soalnya cowok nyata itu hanya Igor, yang lain numpang lewat. Permisiiiiii. Gitu.”

Kami pun tertawa terpingkal-pingkal. Hanya sejenak. Soalnya Diana melanjutkan acara bernanyi dengan lirik mencemaskan sepanjang sisa waktu itu. Aku sampai mencemaskan kesehatan pendengaranku karena harus mendengar umpatan dan beragam julukan yang sepertinya tidak usah kudengar.

Sial!

***
Selesai ditulis pada 1 Maret 2024.

***
Hehehe jadinya saya tulis hari ini. Dua episode! Satu di sini, satu di KK. Hehehe. Berhubung saya dapat kuota internet siang, saya manfaatkan deh.

Selamat membacaaaaaa. Muah.

TUAN VILLAINKU~ (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang