1

450 135 29
                                    

Hidup di lingkungan masyarakat yang kurang menerapkan sikap toleransi membuat Jihye harus bertahan dengan olokan yang dilontarkan oleh bibir mereka —para warga lokal murni darah tanah air Korea Selatan.

Wajahnya yang terlihat blasteran dengan ras kaukasoid yang tercetak 40% di wajahnya membuat dirinya diperlakukan tak pantas oleh teman-temannya.

Terlebih lagi berita tentang dirinya merupakan seorang anak hasil hubungan gelap dari orang yang memiliki nama di korea dengan wanita malam asal Australia menyebar begitu cepat sehingga tak ada yang mau berteman dengannya. Berteman dengan anak pelacur asal Australia, siapa yang mau?

Tapi mau bagaimana lagi? Jihye tak bisa mengatur pikiran dan ucapan mereka. Jika seandainya bisa diatur, ia akan mengubah sudut pandang mereka tentang anak haram. Anak haram juga manusia yang memiliki hati dan perasaan, bisa tersinggung jika dicap tak baik hanya karena terlahir karena sebuah kesalahan.

Pertama kali Jihye mendapatkan perlakuan tak pantas, ia merasa sedih dan tak terima akan semua itu. Namun seiring berjalannya waktu ia bisa menerima semua ejekan yang diberikan orang-orang. Dan menetapkan bahwa ucapan mereka memang benar.

Bagaimana cara mengelaknya jika semua ucapan mereka semua itu fakta? Jihye tak akan bisa menyangkal dirinya memang terlahir dari wanita penghibur yang tak akan pernah dinikahi ayahnya. Ia tak akan pernah menjadi anak resmi yang memiliki akta kelahiran yang tertera ayah dan ibu di sana.

"Kau bisa kan membelikanku itu?" Seorang gadis berponi itu menunjuk salah satu jam tangan yang ada di etalase.

"Tentu saja," ucap Jihye tersenyum. Lantas ia meminta penjual mengambilkan jam tangan yang diinginkan gadis bernama Hanni itu.

Hanni tersenyum menerima jam tangan yang baru saja diambil sang penjual. Ia memasang jam tersebut di pergelangan tangan mungilnya selagi Jihye bertransaksi dengan penjual.

Sangat pas! Beberapa kali ia sempat menginginkan jam tangan ini, namun musim panen tak kunjung tiba sehingga orang tuanya belum mampu membelikannya. Dan kini Jihye dengan senang hati memberikannya secara cuma-cuma hanya karena ia menemani gadis itu mengerjakan tugas. Padahal tugas itupun tugas kelompok yang dimana tanggung jawab berada pada semua anggota, termasuk ia dan Jihye. Jadi pikirnya Jihye tak perlu memberikan imbalan.

Senyumannya memudar ketika melihat salah satu siswa dari sekolahnya sedang berbelanja di sana juga. Hanni langsung menarik tangan Jihye agar bersembunyi di balik kardus-kardus di toko tersebut.

"Kenapa?" Tanya Jihye keheranan.

Hanni menggeleng cepat. "Tidak ada,"

Curiga dengan tingkah Hanni, Jihye memanjangkan lehernya melihat sekitar. Lantas menghela nafas panjang ketika mengenali salah satu orang tersebut. Ada Yuna ternyata, pantas saja Hanni ketakutan.

Lantas Jihye menyandarkan dirinya di tembok. "Kau pergi saja duluan, bawa jam tangan itu. Anggap kita tak pernah bertemu," ucapnya kepada Hanni yang masih terlihat was-was di balik kardus itu.

Hanni mengangguk kemudian pergi dari sana bersama jam tangan yang telah dibelikan Jihye barusan.

Jihye melirik ke arah langkah Hanni, gadis berponi itu bertemu dengan Yuna dan teman-temannya, mengobrolkan suatu hal sambil tertawa layaknya gadis remaja pada umumnya.

Mereka tak kunjung pergi hingga Jihye memutuskan untuk beranjak dari persembunyian. Keberadaannya langsung disadari oleh Yuna, sehingga langkahnya di hadang mereka.

"Wah anak pelacur ini juga sedang berbelanja di sini ya? Mau beli apa?" Sapa Yuna.

"Aku sedang melihat-lihat saja," ucapnya singkat.

Beautiful MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang