6

179 30 6
                                    

-day 5-

Jihye terbangun dari tidurnya. Mendapati Minji yang duduk di sofa dengan tangannya menggenggam sebuah pisau.

Pikiran Jihye sedikit linglung manakala ia melihat TV menyala dan Minji dengan pisau itu. Bukannya menonton acara yang ditayangkan oleh TV, gadis jangkung itu malah menatap pisau dengan tatapan yang susah Jihye artikan.

Entah kenapa atmosfer disekitar Jihye terasa benar-benar aneh. Barangkali efek tidur dengan keadaan berbaring di sofa membuat kepalanya sedikit pusing. Jamun yang jelas, Jihye bisa merasakan aura yang keluar dari Minji begitu menyeramkan.

Bola mata Minji bergulir menghadapnya. Tatapannya kosong seakan tak memiliki banyak beban pikiran.

"Kau mau apel?" Tawar Minji setelah mengambil apel di dalam keranjang di meja tersebut.

Jihye menolaknya dengan gelengan.

Mendapat penolakan dari Jihye membuat Minji lantas memakan apel tersebut, mengunyahnya langsung tanpa dipotong dengan pisau yang ia bawa.

Hal tersebut menimbulkan pertanyaan lagi pada Jihye, apa gunanya Pisau tersebut kalau ujung-ujungnya Minji menggigitnya sendiri?

Mengesampingkan masalah pisau, Jihye mengerjapkan mata berkali-kali menatap indahnya wajah samping Minji yang sedang memakan apel. Rahang tegasnya bergerak seirama dengan kunyahan membuatnya terlihat sangat menarik di mata Jihye.

Gadis itu membuatnya bisa membuatnya terpikat di saat bersamaan ia juga merasa takut melihat dirinya.

Minji menoleh kepada Jihye membuat Jihye gelagapan seperti maling yang ketahuan mencuri.

"Kau tak suka apel?" Tanya Minji.

"Aku suka semua jenis buah dan sayur. Tapi aku hanya antisipasi seperti perkataanmu waktu itu," ucap Jihye seadanya.

Minji terkekeh, ternyata Jihye mengingat perkataannya tentang melindungi diri. Tapi bagaimana bisa gadis itu takut kepadanya? "Kau pikir aku penyihir di snow white yang bisa meracuni seorang gadis dengan apel?"

Tangan yang memegang pisau bergerak terangkat membuat Jihye sedikit bergidik melihatnya. Ia melihat pergerakan tangan tersebut, pisaunya diarahkan menuju apel di tangannya.

Dug!

Apel ditangannya terbelah menjadi dua dengan pisau tersebut. Jihye terus memperhatikannya di saat gangan tersebut membelah apel menjadi beberapa bagian kecil.

Gerakannya memotongnya terlihat sangat mahir. Kalau Jihye yang mencobanya pasti tangannya terluka mungkin ikut terpotong bersama apelnya.

"Jangan takut kepadaku, Makanlah," ucap Minji memberikan satu potongan apel tersebut pada Jihye.

Namun Jihye enggan mengambilnya. Lantas Minji memakan kembali potongan tersebut.

Entah kenapa kali ini Minji membuat Jihye merasa waspada. Seakan ia mempunyai kekuatan untuk menghindar jika nantinya ia memakan apel yang beracun. Jihye takut. Dan itu hal baru bagi Jihye yang sebelumnya selalu menerima apapun yang diberikan seseorang.

"Tidak beracun," ucap Minji meyakinkan.

Jihye pun percaya, ia mengambil potongan apel lainnya di tangan lebar Minji. Tangannya memang lebar sehingga seluruh potongan apel bisa ditampung di tangannya

Minji memyunggingkan senyumnya bangga. "Perlahan kau bisa menjaga diri dan tidak pasrah lagi. Aku senang melihatnya. Kau tinggal perlu melawan mereka yang merundungmu,"

Tak menanggapi ucapan Minji, lidahnya sibuk mengecap rasa apel yang cukup enak di lidahnya. Daging buahnya lembut dan manis. "Apelnya enak," gumam Jihye.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang