2

288 80 43
                                    

-Day 1-

Pulang sekolah telah tiba, siswa siswi berlalu lalang di halaman sekolah. Jihye menunggu berharap diantara tubuh siswa-siwi itu muncul Nayeon dengan tubuh kecilnya membawa payung, Nayeon salah satu seorang pelayan yang bertugas untuk mengantarkan dirinya untuk pulang ataupun pergi. Nihil, Nayeon mungkin akan sedikit terlambat datang karena waktu pulang dirinya hari ini lebih cepat dari biasanya, sehingga Nayeon mungkin tak akan tahu jika dirinya sudah pulang.

Sedang asik diam menunggu kehadiran Nayeon, tangan Jihye ditarik paksa oleh dua orang siswi. Dirinya dibawa ke belakang gedung sekolah.

"Lepaskan! Aku mau pulang," ucap Jihye memberontak.

Percuma saja, ia dipegang oleh dua orang gadis yang tubuhnya lebih besar darinya.

Sampai di belakang gedung, ia melihat Yuna bersedekap menunggunya. "Lihatlah jalang ini mencoba mendekati kekasihku," ucapnya sinis.

"Kekasihmu? Siapa?" Tanya Jihye heran. Pada dasarnya ia merasa tak pernah mendekati seseorang.

Yuna mendekatinya dengan tatapan tajamnya. "Jay, siapa lagi," ungkapnya.

Ingatan Jihye melayang pada kejadian 2 hari yang lalu. Dimana ia dan Jay duduk bersebelahan di kantin karena tak ada tempat lain dan orang ini malah keberatan? Bahkan mengajaknya berbicara pun Jihye tidak pernah.

"Dia hanya duduk bersamaku karena tak ada tempat lain," jelasnya.

Tak mendengarkan penjelasan Jihye, Yuna mendiskusikan sesuatu dengan dua teman lainnya yang membawa Jihye ke sana. "Kita apakan dia?"

Salah seorang di sana pun mengeluarkan lipstiknya. "Coret saja wajah jalangnya agar tak genit lagi," timpalnya.

Yuna mengangguk lantas menarik kasar rambut gelombang tersebut, menariknya ke bawah hingga Jihye dibuat mendongak menghadapnya. Jihye meringis kesakitan.

"Rasakan-" Yuna menyeringai melihat Jihye yang tak berdaya.

Brak!

Pipi Danielle baru dicoret segaris lipstik oleh Yuna, mereka dikejutkan oleh jatuhnya papan bekas yang berada di sana. Mereka menoleh melihat pelaku yang dengan sengaja melempari papan tersebut.

"Hentikan bodoh!" Teriak Minji setelah ketiganya berhasil menemukan keberadaannya.

"Jangan sentuh dia lagi!" Lanjutnya kesal. Tatapan matanya semakin tajam menatap mereka satu per satu.

Yuna tersenyum remeh, ia mengenal Minji karena gadis itu seringkali menghabiskan waktu bersama teman kelasnya yang bernama Sullyoon. "Lihatlah ada jalang lainnya di sini," ucapnya.

Minji maju ke arah mereka. Ketiganya merasa ditantang oleh tindakan Minji ini. Mereka menyiapkan diri jika sewaktu-waktu gadis itu menyerang mereka.

"Berani apa kamu?" Tantang Yuna tak gentar dengan Minji yang semakin mendekati mereka.

Tanpa pikir panjang, Minji melempari mereka dengan sekeresek jangkrik hingga jangkrik tersebut melompat ke rambut mereka.

"Ewwh apa-apaan ini Kim Minji!?!?" Kesalnya.

Dengan gerakan tercepatnya, Minji menarik tangan Jihye agar pergi dari sana selagi ketiganya masih kewalahan dengan jangkrik-jangkrik yang malah masuk ke dalam seragam mereka.

"Aku harus mencari jangkrik lagi untuk burung hantu sialan itu," ocehnya sambil terus berlari. Jihye fokus melihat tangan Minji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata masih ada seseorang berani menyentuhnya tanpa rasa jijik?

Minji menghempaskan tangan mereka ketika sudah berlari cukup jauh hingga sampai di pinggir persawahan. Minji mengatur nafasnya, tubuhnya ia bongkokkan dengan menahan tangannya di lutut, guna mengatur nafasnya. Lelah rasanya berlari di siang hari.

Beautiful MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang