4

360 132 30
                                    

-day 3-

Sebelum menghampiri siswa yang tengah duduk di meja kantin bersama teman-temannya itu, Minji menyempatkan diri menoleh ke belakang di mana Jihye sedang berdiri. Memastikan Jihye benar-benar melihat dirinya atau tidak.

"Hei, botak. Maafkan aku telah memukulmi kemarin," ucap Minji kepada sosok siswa berkepala plontos yang kemarin dihajarnya itu.

Percakapan yang tadinya lancar, dengan kehadiran Minji semuanya langsung bungkam. Pemuda itu terlihat sungkan, begitupun teman-temannya yang lain. Takut jika tangan Minji melayang menghajar mereka.

Minji mengulurkan tangannya dan pemuda itu membalasnya, sebelum melepaskannya Minji memukul pelan punggungnya dan membisikkan sesuatu kepadanya. "Jangan sampai aku mendengarmu menghinanya lagi," bisiknya penuh penekanan. Setelah itu ia melempari tatapan tajam kepadanya.

Pemuda itu meneguk liurnya ketakutan, saling melempari tatapan terancam pada teman-temannya di sana.

"Sudah Jihye, dia mau memaafkanku," ucap Minji tersenyum lembut kepada Jihye.

Gadis jangkung itu berjalan ke arah Jihye. Dia menunjuk ke arah sekumpulan gadis dengan dagunya. "Kau lihat Yuna di sana? Dia sedang asik mengobrol dengan teman-temannya kan? tentu dia tak apa-apa dengan pestisida kemarin. Dia anak SMA kelas sains pasti tahu apa yang harus dilakukan ketika kulit terkena bahan kimia, dia pasti sudah mencuci wajahnya di air mengalir kemarin," jelasnya.

"Bagaimana dengan minta maaf kepadanya?" Tanya Jihye.

"Dia masih asik mengobrol lain kali saja," ucap Minji dengan senyuman terpaksanya itu.

"Tak apa. Aku suka kau sudah berniat baik,"

"Nanti harus ke rumahku ya?" Ajak Minji.

Jihye mengangguk. "Tentu, asal kau siap saja dulu. Jangan tiba-tiba tak jadi seperti kemarin,"

"Sekarang rumahku sudah aman kok," jelasnya.

Bel masuk kelas membuat Minji memisahkan diri dari Jihye. Ia melangkahkan tungkainya ke kelas, namun sebelum sampai ia sudah dijegat terlebih dahulu oleh Sullyoon.

"Aku lihat kau menjadi dekat dengan Jihye,"

Minji menatapnya malas, memilih melanjutkan langkahnya. "Kenapa?" Gumamnya.

Kali ini Sullyoon menahannya dengan mengunci kedua lengannya, memgambil fokus Minji agar menghadapnya. "Aku hanya mau mengingatkan jangan terlalu dekat dengannya, tau kan resikonya apa?" Ucap Sullyoon menatapnya serius.

"Iya," jawab Minji singkat guna membalas gadis yang lebih tinggi darinya itu.

Memang ada banyak resiko yang harus dia hadapi jika terlalu dekat dengan Jihye.

"Aku tak mau terjadi apa-apa padamu," ungkap Sullyoon tersenyum tipis sembari menepuk-nepuk punggung tegapnya.

Minji menghela nafas panjang.

***

"Sudah sampai,"

Sepulang sekolah Minji berhasil membawa Jihye di sebuah rumah minimalis di dekat perkebunan apel. Rumah ini jauh dari pemukiman warga dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di sini jika berjalan dari sekolah.

Rumah ini berwarna putih memberikan kesan yang bersih, di halamannya terdapat kolam ikan dan beberapa tanaman hias menjadikan rumah ini terasa asri.

Tak kalah bagus, ternyata di dalam rumah tersebut terlihat indah dengan penataan perabot rumah yang disusun dengan rapi dan teratur. Ada hiasan dinding dan tulisan motivasi di sana. Rumah yang kecil tapi rapi. Sepertinya nyaman untuk ditinggali.

Beautiful MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang