5

424 123 9
                                    

-day 4-

Hiruk pikuk jalanan kota begitu padat walau langit sudah gelap. Mesin beroda empat itu hilir mudik melintas di aspal lebar kota Seoul. Jihye ada di kota itu, di dalam mobil bersama seorang sopir dan tentunya Nayeon.

Entah apa yang akan ia lakukan di kota ini setelah mendapatkan riasan paripurna dari atas kepala hingga ujung kaki. Wajahnya didandani dengan make up, rambut gelombangnya dicepol hingga leher jenjangnya terekspos, tubuh kurusnya dilapisi gaun menawan, bahkan telapak kakinya dilindungi sepatu hak mengkilap.

Ujung dari perjalanannya ialah sebuah gedung tinggi menjulang melebihi tinggi tower saluran udara tegangan tinggi, objek tertinggi yang biasa ia temui di desa.

Di luar gedung, Jihye bisa melihat keberadaan Jisu yang menyambutnya bersama dua bodyguard berpakaian hitam di sisi kiri dan kanannya.

Jisu dengan senyumannya yang selalu cerah itu barangkali mampu mengalahkan bulan purnama yang kini bertugas menerangi sisi malam kota Seoul malam ini, ia menghampiri Jihye dan memeluk erat adiknya itu. "Kau sungguh cantik!" Pujinya.

Jihye menunduk malu mendengar pujian kakaknya. Bagaimana tidak, kakaknya merupakan seorang gadis yang cantik juga. Rasa kepercayaan dirinya naik mendengar pujian itu darinya.

Jisu menggenggam tangan Jihye yang terasa begitu dingin, mungkin karena kecanggungannya memasuki bangunan megah itu untuk pertama kalinya.

"Kita dimana kak?" Tanya Jihye.

"Ini gedung perusahaan ayah, aku juga bekerja di sini," senyumnya.

Jihye mengangguk paham. Jihye selalu berasumsi kakaknya memang yang akan meneruskan kelanjutan semua aset ayah mereka, mulai dari jabatan maupun harta kekayaannya. Karena ia anak legal satu-satunya di keluarga.

"Memangnya ada pertemuan apa?" Tanya Jihye.

"Ada acara makan malam bersama keluarga Kim," jawab Jisu.

"Kim?" Sahutnya. Pikirannya langsung melayang kepada Minji, mengingat marga gadis itu adalah Kim. Tapi ia segera menggelengkan kepala, tak mungkin ia akan bertemu Minji. Gadis itu berada di desa bersamanya, lagipula yang memiliki marga Kim bukan Minji saja.

Langkah demi-langkah Jihye lewati, sampai lift membawa mereka ke lantai teratas. Di sana terdapat restaurant yang terlihat elit, suara musik jazz menggema di seluruh ruangan. Pelayan-pelayan menyambutnya dan mengantarnya ke tempat beberapa insan yang tengah duduk sembari bercengkrama di atas meja.

Jihye kenal beberapa dari orang itu, seperti ayah dan ibunya. Selain mereka terdapat sepasang orang tua lain bersama seorang pemuda.

"Ini, Jihye. Kemari nak," ucap Seokjin menyuruh Jihye duduk di bangku kosong di antara dirinya dan Jisoo.

Sebelum mendudukkan dirinya, Jihye tersenyum kepada orang-orang tersebut. Ia melirik Jisu yang berada di samping Jisoo. Kakaknya itu tersenyum seolah mengatakan 'tenang saja'.

"Seperti apa yang telah kami diskusikan sebelumnya, kami akan menjodohkan Jihye dengan putra kami Kim Sunghoon,"

Jihye membelalakan matanya, matanya langsung tertuju ke arah pemuda tampan di tengah manusia paruh baya dihadapannya.

"Kamu setuju kan Sunghoon?"

Pemuda itu tersenyum menghadap Jihye. Terlihat bahagia ketika mengetahui kecantikan gadis pilihan orang tuanya itu melebihi ekspektasinya. "Tentu saja, dengan senang hati aku menerimanya," ucapnya tanpa ragu.

Jihye menunduk gugup, ia tak menyangka kedatangannya disambut hal semengejutkan ini. Pandangannya menoleh ke arah ayahnya berharap pria itu juga bertanya kesiapannya layaknya Sunghoon ditanyai orang tuanya. Namun tak ada sama sekali pertanyaan apapun, ayahnya terus bercengkrama dengan orang tua Sunghoon. Itu artinya Jihye harus mau tanpa bisa menolak rencana mengejutkan ini.

Beautiful MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang