Part 10. Flashback

28 5 3
                                    

Juan terdiam dibalkonnya ditemani semiliran angina sore yang menerpa wajahnya,Kejadian lalu itu kembali terlingas, ah bukan kembali melainkan masih tersimpan di pikirannya bahkan memenuhi isi pikirannya.

Juan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dia masih menduduki kelas 9 tepatnya dua minggu sebelum hari kelulusan, dia tiba disalah satu gedung tinggi saat ini dengan langkah terburu buru dia memasuki gedung tersebut, dia mencari keberadaan Ayahnya yang tengah disekap.

"AYAH!! AYAH DIMANA!!" Teriaknya menggema karna gedung ini begitu kosong tak ada barang satupun, Juan terus berlari kesana kemari untuk menemui Ayahnya.

"Juan," panggilan itu membuat Juan segera menoleh kearah belakang terlihat disana seorang wanita seusia ibunya, dia adalah Ibu Alisya.

"Tante? Tante ngapain disini?" Tanya Juan penuh tanya sedangkan Ranti menghampiri Juan.

"Kamu mencari keberadaan Ayah kamu bukan?" Tanya Ranti membuat Juan mengangguk.

"Tante tau? Jangan bilang tante yang menyekap ayah?" Tanya Juan dengan tatapan yang mulai menajam, mendengar itu Ranti pun tertawa.

"Anak yang pintar," Ucap Ranti dia menepuk nepuk pundak Juan dengan kasar Juan menepis lengan itu.

"DIMANA AYAH SAYA!!" Teriak Juan menggema dia mendorong Ranti dan juga mencengram leher Ranti begitu Kuat.

Ranti melotot karna Juan berani melakukan hal itu kepadanya, Ranti mencoba melepaskan cekalan itu namun tenaga Juan jauh lebih besar bahkan saat ini kuku juan sudah menancap pada leher Ranti.

Bugh

Pukulan dibelakang membuat tubuh Juan tersungkur dan tak sadarkan diri.

"Juan!!"

Panggilan itu membuat Juan tersadar dari lamunannya, dibawah sana Nadin berteriak dengan melambaikan tangan.

"Ayo turun bunda bawakan makanan kesukaan kamu," Serunya lagi, Juan bertanya tanya darimana bundanya itu? Kenapa adiknya tak dibawa? Apa bunda menjenguk Ashira? Entahlah banyak pertanyaan saat ini dibenaknya.

"JUAN!!!" Terikan itu kembali terdengar

"IYA IBUN!!" jawab Juan segera menghampiri Nadin dibawah.

Nadin membawakan Mie ayam Khusus untuk Juan, dia tau bahwa Juan sangat menyukai Mie ayam apalagi keadaan Juan sedang kacau.

"Mie ayam?"Beo Juan

"Iya! Makan oke bunda beli ditempat biasa kamu beli," jawab Nadin dia menyajikan mie ayam tersebut untuk Juan.

"Bunda dari mana?" Tanya Juan.

"Ini kan habis beli mie ayam," balas Nadin, dia menyodorkan mangkuk berisi mie ayam kearah Juan.

"Sebelum itu bunda darimana?" Tanya Juan.

"Rumah sakit, bunda hanya memastikan keadaannya, setidaknya bunda ingin berterimakasih karna dia sudah menyelamatkan nyawa putra bunda ini yang paling ganteng." Ungkap Nadin membuat Juan mencibik pelan.

"Dia cantik ya? Baik lagi, Bunda suka." Kata Nadin seketika Juan tersedak makananya.

"Eh, pelan pelan dong, sampai keselek gitu denger bunda puji Hira, Kamu suka ya?"

Byurrr

Juan menyemburkan minumannya mendengar perkataan Nadin yang melantur, seketika gelak tawa terdengar dari mulut Nadin Juan terpaku melihat tawa Nadin yang kembali ceria.

"Ya ampun bang, Bunda bercanda sampai begitunya respon kamu," Ucapnya dia menepuk nepuk pundak Juan dengan sisa tawa, setelah itu Nadin meninggalan Juan seorang diri diruang makan.

Sial Dia GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang