Part 5. Kegilaan Hira

53 6 3
                                    

Hira menjadi bahan perhatian semua murid karna menggunakan perban dibagian kepalanya, Hira merasa bodoamat akan hal itu, dia tersenyum lebar ketika melihat Juan dilapang sekolah dengan segera dia berlari menghampiri Juan.

"SELAMAT PAGI KA JUAN!!" Sapanya, diwaktu yang bersamaan Juan memasukan bola kedalam Ring basket.

Juan mengambil Tasnya lalu melenggang pergi, dengan segera Hira menggandeng Juan membuat sang empu menatapnya tajam.

"hehe,"Hira terkekeh pelan sembari melepas gandengan itu.

"Ka Juan, makasih ya udah jenguk Hira tapi sayang banget Hira gak bisa ketemu sama mamah mertua Hira,titip salam ya buat mamah mertua," Ucap Hira begitu Pd-nya.

"Ga waras." Jawab Juan selepas itu dia meninggalkan Hira yang terus saja tersenyum lebar, apa giginya tidak kering? Pikir Juan.

Hira terus tersenyum disaat jam pelajaran, lengannya yang terus memainkan bolpoin membuat Naya segera mengecek kening Hira, hal itu membuat Ashira langsung menepis lengan Naya.

"Ck! Ganggu aja lu." Ketus Hira.

"Gua Cuma mau mastiin, siapa tau otak lu makin miring semenjak kecelakaan itu," Balas Naya membuat Hira menatapnya tak suka.

"Maksud lu apa ngata ngatain gua?" Tanya Hira sewot.

"Ya lu ngapain senyum terus dari tadi. Gigi lu sampe kekeringan tuh! Mingkem makannya," balas Naya yang dihadiahi tatapan tajam dari Hira, mereka saling menatap satu sama lain. Guru yang mengajar memperhatikan keduanya.

"Ashira," panggil guru tersebut.

"Iya bu?" Tanya Hira langsung mengalihkan pandangannya.

"Jawab pertanyaan Ibu, saya yakin kali ini kamu dapat menjawabnya dengan mudah." Serunya, Hira hanya mengangguk dengan malas.

"Tolong sebutkan cara mengetahui Gunung yang aktif itu seperti apa?" Tanya guru tersebut, Seketika Hira tertawa mendengar pertanyaan tersebut.

"Yang bener aja bu nanya yang begituan ke aku, serius bu pertanyaannya itu?" Tanya Hira yang terus terkekeh, yang lainnya hanya terdiam menatap Hira yang terus tertawa, mereka yakin Ashira dapat menjawab pertanyaan itu.

"Ya, kenapa? Kamu tidak mengetahuinya?"

"Eitss, jangan terlalu meremehkan Ashira bu, itu doang mah gampang elahh," balasnya dengan menjentikan ujung jarinya.

"Baik, silahkan jawab jangan bertele-tele Ashira." Ujar guru itu begitu sabar menghadapi Ashira.

Ashira berdiri dari duduknya dia memandang semua teman sekelas yang kini tengah menatap kearah dirinya. Hira berdeham dan membenarkan dasinya sebelum menjawab.

Ekhem

"Jadi begini teman teman, cara kita mengetahui Gunung itu aktif atau tidak, kita tinggal mis call aja kalau tersambung berarti gunungnya aktif, Gampang kan." Jawabnya dengan penuh percaya diri, seektika mereka semua melohok mendengar jawaban Ashira yang entah memdapatkan ilmu dari mana.

"Gini gua contohin ya biar kalian gak pusing," lanjutnya, dia membuka ponsel dan menelfon seseorang, selepas itu dia melihat kearah Naya yang juga menatap dirinya.

"Gimana Nay? Gunung lu geterkan? Nah berarti aktif tuh gunung lu." Ucapan Hira sukses membuat teman sekelas nya tertawa, sedangkan Naya segera memukul bokong Hira.

"Kurang ajar lu Hir!" seru Naya kesal, pasalnya dia menyimpan ponsel di saku seragam dan Hira menelfonnya barusan. Jadi yang Hira maksud itu gunung hmm....

"Hira!!! Kamu bener bener ya!!" Guru tersebut memijat pangkal hidungnya, dia harus ekstra sabar menghadapi murid satu ini.

Wajah Naya memerah menahan rasa malu, pasalnya semua anak cowo dikelas ini tertawa begitu puas mendengar penjelasan Hira.

Sial Dia GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang