Pakaian sekuning daun Ginkgo, mata seindah purnama (1)

155 34 0
                                    

Li Rushan mengulas senyuman, harus ia akui bahwa yang mulia Putra Mahkota memang tulus pada istrinya. Bahkan dia tidak membenci Jiao Xian setelah mendengar apa yang diucap oleh dewa lain. "Rushan?" Suara itu membuat Li Rushan melirik. Kini dibelakangnya tampak Lin (Y/n) tengah berdiri mendekatinya, sang Dewi memegang tangan Li Rushan dan memasuki array komunikasi.

Namun sesaat dia mereka kembali masuk kedalam array komunikasi, suara para pejabat surgawi menggelegar bagai petir pada siang bolong. 

"SIAPA YANG TAHU??!?"

"TIDAK ADA YANG TAHU APA YANG DIA INGINKAN! DIA BERMAIN DENGAN KITA!"

"Apa yang dia pikirkan? Tidak ada yang bisa membaca Hua Cheng ...."

Dahi (Y/n) berkerut mendengar teriakan itu. "Apa yang kalian ributkan?" Satu kalimat terucap, cukup membuat seisi ruangan tenang. Kehadiran (Y/n) membuat beberapa Dewa memberi hormat mereka padanya.  "Putri Mahkota, anda pasti tau kejadian di Gunung Yujun. Apa anda bertemu dengan Hua Cheng dan Jiao Xian juga?" Tanya salah satu Dewa setelah memberikan salamnya.

Ternyata ini, tidak heran mereka benar-benar sibuk seperti kebakaran jenggot. Pasalnya tubuh hantunya sudah menjadi musuh langit.

Mendapat pertanyaan itu membuat Lin (Y/n) mengangguk. "Ya, aku menyerang Hua Cheng. Tapi aku tidak berpapasan dengan Jiao Xian, suaranya masih bagus." Beberapa Dewa terkejut akan pernyataan (Y/n), tetapi beberapa pujian dapat didengar.

Lin (Y/n) memutar matanya mendengar itu, lagipula mereka tidak akan bisa melihatnya melakukan itu. "Baiklah, aku akan pergi duluan bersama Rushan..." Ucapan itu menggantung, setidaknya sampai bibir sang Dewi kembali bergerak. "Xie Lian, aku akan menyusulmu."

Memutuskan komunikasi, Li Rushan menatap sang gadis dengan bingung. Tidak biasanya nona kecil itu mau masuk kedalam saluran komunikasi. "Rushan, dimana dia?" Tanya sang gadis membuat pria itu sadar dengan apa maksud perilakunya tadi. Ternyata ini. "Sheng Caishen mendapatkan tugas dari istana Ling Wen, jika anda mau saya bisa memangilnya," jawab Li Rushan tenang.

Untuk beberapa saat Lin (Y/n) terdiam. Sheng Caishen adalah satu-satunya bawahan nya disini, memang banyak dewa dari langit tengah ingin mengabdi padanya namun dia tolak. Tapi Cheng Caishen adalah kasus lain, jika dipanggil dari istana Ling Wen, maka artinya ada tugas mendesak untuk (Y/n). Namun karena gadis itu menemani Xie Lian, maka Caishen yang menggantikannya.

"Tidak perlu, memangnya ada apa membuat Ciashen harus turun?" tanya sang gadis menatap pria yang lebih tinggi darinya. Dewa kesehatan itu dengan tenang menjawab, "Hanya masalah kecil namun urgensinya tinggi. Kekeringan terjadi disuatu wilayah, itu membuat banyak orang kehilangan sumber air."

Tidak heran, hal ini memang biasa terjadi. Jika mendengar dari apa yang dijelaskan sepertinya Sheng Caishen akan membuat sebuah jalur air untuk warga-warga itu.

"Baiklah, lagipula tidak ada hal penting yang ingin aku bicarakan..." Ucapan itu diakhiri menggantung saat sang gadis melangkah pergi. Kakinya terhenti ketika ia kembali menatap kearah Li Rushan dari punggungnya. "Terimakasih," ujarnya kemudian berjalan pergi. Mendengar ucapan sang gadis, senyuman tidak dapat ditahan. "Semoga langit memberkati," ucap Li Rushan.

"Hingga tidak ada jalan buntu," balas sang Dewi sebelum akhirnya keluar dari kediaman sang dokter.

.....

Turun ke dunia manusia bukanlah hal baru untuknya, apalagi turun dengan tidak mengetahui arah serta tujuan kemana dia akan pergi. Menghembuskan nafas pasrah, Lin (Y/n) sekali lagi tersesat. Matanya memperhatikan sekitarnya dengan teliti. Angin menerpa tubuhnya saat sang gadis tengah menganalisa.

Pakaian yang dia pakai kali ini lebih tebal daripada sebelumnya. Dia tidak dapat menggunakan wujud Jiao Xian untuk menemani Xie Lian karena jegolak dalam tubuhnya. Ya, dia akui itu salahnya karena menggunakan kekuatan Jiao Xian yang bertolak belakang. Tapi tidak ada salahnya untuk melindungi suami tercinta kan?

𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 𝐺𝑜𝑑𝑑𝑒𝑠𝑠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang