"Ah babi, dasar buta map!" ucapku kesal sambil membanting hp ku ke atas kasur yang sedang ku duduki.
Bagaimana tidak emosi, sejak early game tidak ada yang membantuku di lane ini sama sekali dan sekarang mereka bilang aku beban, ck.
"Sayang, tidak boleh bicara kasar" tegur Kanaya yang entah sejak kapan sudah duduk disampingku.
"Oopss sorry" ucapku sambil menutup mulut.
"Aku sudah bilang kalau aku tidak suka dengar kamu bicara kasar" ucapnya.
"Maaf sayang, keceplosan"
"Keceplosan sampai berulang kali?"
"Yaa namanya juga keceplosan sayang" ucapku sambil cengengesan.
"Begitu?" ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Y-ya begitu" ucapku gugup.
Kanaya merapatkan duduknya ke arahku dan menatap mataku, "Sepertinya mulut nakal ini harus dihukum" ucapnya sambil mengangkat daguku dan mengelus bibirku dengan ibu jarinya.
Dia mulai mendekatkan wajahnya, matanya menatap ke arah bibirku, jarak kami semakin menipis dan bibir kami hampir bersentuhan.
"Aduh perutku sakit, sepertinya aku harus ke kamar mandi sekarang juga" ucapku lalu berdiri dan berlari ke kamar mandi.
Aku tidak bermaksud untuk menolak ciumannya, tapi suasana hatiku sedang buruk untuk melakukan itu, karena aku tau dia pasti akan melakukan hal yang lebih dari sekedar ciuman. Aku tidak mau melakukannya dalam keadaan hati yang buruk.
Saat keluar dari kamar mandi, aku sudah tidak melihat Kanaya disana, mungkin dia sedang di ruang kerjanya.
Aku kembali duduk di atas kasur dan memainkan ponselku. Saat sedang scroll-scroll tidak sengaja aku melihat video tentang makanan, ah jadi lapar.
Aku mematikan ponselku dan berjalan ke luar kamar untuk mencari Kanaya. Saat sudah berada di depan ruang kerjanya aku mengetuk pintunya lalu membukanya, terlihat sosok Kanaya yang sedang sibuk membaca beberapa dokumen di balik meja kerjanya.
"Sayang, aku lapar" ucapku.
"Kalau begitu makan" balasnya singkat.
"Kamu tidak mau makan?"
"Nanti saja" ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Aku berjalan mendekat ke arahnya dan bersandar di mejanya sambil mengamatinya yang sedang serius dengan dokumennya.
"Sayang" panggilku.
"..."
"Sayang"
"Hm?" cuek sekali, sepertinya dia marah padaku.
"Sayang" panggilku lagi.
"Apa?" jawabnya sedikit kesal dan menatap ke arahku.
"Kamu benar-benar tidak mau makan?"
"Kalau kamu mau makan, duluan saja, aku masih harus menandatangani beberapa dokumen" ucapnya sambil kembali menatap dokumennya.
"Kalau makan aku mau?" tanyaku lagi.
"Nanti sa-, hah? kamu bilang apa tadi?" ucapnya yang langsung mengalihkan pandangannya ke arahku.
"Ah tidak ada" jawabku, dia berdiri dari duduknya, menghampiriku dan menarik pinggangku agar mendekat ke arahnya.
"Aku mau" ucapnya.
"Mau apa?" tanyaku sedikit menggodanya.
"Makan kamu"
Aku memejamkan mata saat wajahnya sudah sangat dekat denganku dan sedetik kemudian aku merasakan bibirnya sudah mendarat di bibirku, ciumannya sedikit kasar.
"Mmppphhh.... sshhhh... s-sakit sayang" desahku saat dia menggigit bibirku cukup kencang.
Kanaya melepas ciumannya dan menatapku dengan tajam, "Itu adalah hukuman karena tadi kamu lari begitu saja saat aku akan menciummu"
Setelah itu dia mengangkat tubuhku dengan mudahnya dan mendudukkan ku di meja kerjanya setelah menggeser semua dokumen yang tadi dibaca olehnya.
Dia kembali menciumku tapi kali ini dengan lebih lembut, sementara tangannya aktif menjelajahi tubuhku.
Saat tiba di payudaraku, dia meremasnya sedikit kencang, "Nghhh... mpphhh...." aku melepas ciumannya ketika merasa oksigen di dadaku semakin menipis, nafasku terengah.
Mata kita bertatapan sejenak sebelum dia melepas satu persatu pakaianku sampai benar-benar naked saat ini.
Mulutnya langsung menyambar payudaraku yang menggantung dengan bebas disana. Menjilat, menghisap dan menggigit kecil putingku.
"Ahhhh.... s-sayanggg" desahku sambil menekan kepalanya di payudaraku.
Tangannya pun tidak tinggal diam, dia mengelus perut rataku dan semakin turun sampai ke vaginaku, jarinya bergerak naik turun menggoda klitorisku."Nghhhh..."
Kanaya menghentikan kegiatannya di payudaraku dan menuntun tubuhku sampai berbaring di mejanya, dia mengambil kursi lalu duduk di dekat kakiku.
Dia melebarkan kakiku dan mendekatkan wajahnya ke vaginaku, lidahnya terjulur lalu menjilat klitorisku, tubuhku sedikit tersentak saat merasakan lidahnya di bawah sana.
"Mmhhhh... ahhhh...." dia terus menggerakkan lidahnya dengan tempo yang semakin cepat, perutku kram dan geli sepertinya aku akan mencapai puncak.
"Ahhhh... nghhhh ... i'm gonna cum"
"Cum for me, baby"
"AKHHHHHH...." tubuhku menggelinjang dan nafasku tersengal, aku lelah.
Dia bangun dari duduknya dan menciumku, sedikit mengelus rambutku agar aku merasa tenang.
"Terimakasih atas makanannya, aku sangat menyukainya" aku mengangguk lemah dan tersenyum menanggapinya.
Awalnya niatku ke ruang kerjanya untuk mengajaknya makan tapi malah aku yang dimakan olehnya, but it's okay aku menyukainya.
END~
Comment and vote for the next story. Thank you! ◠‿◕
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot GXG
Teen Fiction⚠️ Area 18+ 21+ ⚠️ Hanya ingin menuangkan imajinasi yang semakin tidak tertampung di otak, bukan penulis profesional jadi harap dimaklumi kalau ada bahasa atau kalimat yang kurang pas.