"Sayang, rencana kamu pulang tanggal berapa?"
"Mungkin tanggal 5 sayang, karena aku baru dapat libur di tanggal 4"
"Ya sudah, aku akan mengosongkan jadwal di tanggal 5 untuk mengantarmu"
"Kalau tidak bisa tidak apa sayang, aku masih bisa naik kereta atau bus nanti"
"Tidak, naik kendaraan umum seorang diri itu resikonya besar, lebih baik aku yang mengantarmu" aku tersenyum mendengarnya, dia memang tidak pernah mengizinkanku untuk naik kendaraan umum dengan alasan banyak orang jahat, dan lain sebagainya.
*****
"Bagaimana sayang? apa semuanya sudah siap? tidak ada yang tertinggal?""Sudah sayang, aku sudah membawa semua yang diperlukan untuk di kampung nanti"
"Ya sudah, sini aku bantu masukan ke dalam bagasi" ucapnya mengambil alih koper yang ada ditanganku.
"Terimakasih" ucapku tersenyum manis.
"Sama-sama" ucapnya seraya mengelus pelan rambutku dan membalas senyumku.
Setelah memasukkan semua barang yang kubawa ke dalam bagasi, Asha mulai menjalankan mobilnya menuju kampung halamanku Yogyakarta. Waktu yang harus ditempuh kurang lebih 8 jam, ini adalah perjalanan panjang dan seharusnya dengan naik transportasi umum seperti bus atau kereta kita bisa lebih menghemat tenaga, tapi Asha tetap bersikeras untuk mengantarku menggunakan mobil pribadi.
Perjalanan tergolong lancar karena aku sengaja menghindari arus mudik yang kemungkinan akan terjadi besok.
Sudah setengah perjalanan dan Asha masih mengendarai mobil tanpa istirahat, aku mulai khawatir dengannya.
"Sayang, di depan sana ada rest area sebaiknya kita berhenti dulu untuk istirahat"
"Aku masih kuat kok sayang" ucapnya sambil melirikku.
"Tidak, kamu harus istirahat dulu, jangan memaksakan diri, aku juga ingin ke toilet"
Ia mengangguk setuju "Baiklah"
Saat sudah sampai di rest area, ia memarkirkan mobilnya dan aku bergegas turun menuju toilet umum.
Setelah urusan di toilet selesai aku segera kembali ke mobil tapi aku tidak melihat Asha disana, kemana dia? Ponselnya pun ia tinggal begitu saja di atas dashboard.
Sekitar 10 menit menunggu, Asha kembali dengan membawa dua kantung plastik yang sepertinya berisi snack dan air.
"Kamu lama sekali" ucapku seraya menerima kantung plastik yang ia berikan.
"Rame sayang, antri" aku mengangguk mengerti.
"Kenapa banyak sekali snack yang kamu beli?" tanyaku pasalnya ia membeli snack sampai satu kantung penuh.
"Kita baru setengah perjalanan dan kemungkinan kita tidak akan berhenti lagi, snack yang kamu bawa pun sisa sedikit jadi aku beli untuk stok setengah perjalanan" aku menggeleng pelan mendengarnya karena snack sebanyak ini hanya aku yang memakannya, Asha tidak terlalu suka dengan makanan seperti ini.
"Ya sudah, kamu masih ingin istirahat atau kita lanjut jalan?" tanyaku
"Sebentar sayang, aku butuh sesuatu untuk mengisi energiku kembali" jawabnya
"Sesua-" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku tiba-tiba Asha menarik tanganku, membawaku ke atas pangkuannya dan duduk menghadapnya.
"Sayang, ada apa?" tanyaku yang masih sedikit terkejut.
"Tentu saja mengisi energi seperti yang tadi ku ucapkan"
"Hm? beberapa menit lalu kamu bilang 'aku masih kuat kok sayang', kenapa sekarang kamu ingin mengisi energi?" ucapku seraya meniru ucapannya.
"Ah itu... tadi aku tidak lelah sekarang aku mulai lelah" ucapnya sambil menggaruk tengkuk yang kuyakin tidak gatal.
"Lelah karena mengantri di minimarket?"
"Ya, itu salah satunya"
"Hm... baiklah... lalu bagaimana caranya agar aku bisa mengisi energimu kembali?"
"Seperti ini" ucapnya seraya menarik leherku untuk mendekat ke arahnya, ah sepertinya aku tau apa yang ia inginkan.
Chu Chu Chu~
Aku mengecup bibirnya beberapa kali.
"Seperti itu?"
"Tidak, aku ingin sebuah ciuman bukan hanya sekedar kecupan" ucapnya seraya memonyongkan bibirnya ke arahku, gemas sekali pacarku ini.
"Tapi kalau nanti ada yang lihat ba-"
"Tidak akan ada yang melihat kita, kaca mobil ini gelap jadi aman" aku memang tidak pernah bisa menolak permintaannya.
Aku kembali menciumnya tapi kali ini disertai dengan sedikit lumatan, aku melumat pelan bibir atas dan bawahnya bergantian.
Saat dirasa sudah cukup aku mulai menarik kembali kepalaku untuk melepas ciuman kami tapi sebelum itu terjadi ia terlebih dahulu menahan leherku dan memperdalam ciuman kami.
"Mmpphh" lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku dengan begitu mudahnya, mengitari mulutku seperti sedang mengabsen semua gigiku, membelit lidahku dan menghisapnya.
Aku melepas ciuman kami saat dirasa pasokan oksigen di paru-paru mulai menipis, nafasku tersengal mencoba untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, ia menatapku dengan mata sayunya dan mengusap bibirku yang basah akibat ciuman yang cukup intens tadi.
Aku turun dari atas pangkuannya dan kembali duduk di sampingnya, ia terlihat tidak terima tapi aku harus menghentikannya karena kalau dibiarkan berlanjut kalian pasti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ayo kita lanjutkan perjalanannya, kita bisa melanjutkan itu nanti"
"Benarkah?" aku mengangguk.
"Okay, let's go" ucapnya semangat.
Comment and vote for the next story. Thank you! ◠‿◕
![](https://img.wattpad.com/cover/363827747-288-k366231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot GXG
Novela Juvenil⚠️ Area 18+ 21+ ⚠️ Hanya ingin menuangkan imajinasi yang semakin tidak tertampung di otak, bukan penulis profesional jadi harap dimaklumi kalau ada bahasa atau kalimat yang kurang pas.