BAB 4

7 7 1
                                    

Coba katakan, seuslit apa rasanya melepaskan seseorang yang kamu cintai.

Tidak terasa, ternyata sudah hampir satu bulan aku bekerja di sini. Dan juga, aku malah semakin akrab dengan semua temanku. Tampaknya, semua begitu menyenangkan.

Ada banyak cerita yang aku alami di sini, canda tawa dan kebahagiaan yang aku dapat saat bersama mereka. Mereka adalah rekan kerja terbaik buatku.

Hari ini, adalah hari liburku. Dalam satu bulan kami akan di berikan tiga kali libur. Dan kebetulan ini adalah giliranku, aku memilih untuk bangun agak siangan. Kapan lagi 'kan, aku bisa seperti ini.

Ini sangat menyenangkan, bahkan teman satu kost ku saja. Sangat peduli padaku, dia tahu kalau minggu ini aku dapat giliran pulang malam, dan dia selalu memberikan ku beberapa vitamin serta buah-buahan lainnya.

Bahkan, kali ini saja, dia tidak membiarkan teman lainnya menggangguku saat ini. Beruntungnya aku, di kelilingi dengan orang baik.

Namun, sejak saat itu, aku tidak pernah ketemu lagi dengannya. Bukan karena apapun, melainkan apa yang membuatnya datang kemari dan bahkan, mengucapkan sebuah kalimat kalau dia tidak akan pernah meninggalkan aku lagi.

Bukankah sudah jelas, kalau dia memang sudah meninggalkan aku dari dulu. Dan itu juga karena wanita lain, ada satu hal yang terasa mengganjal bagiku, tatapannya saat itu terlihat berbeda.

Seolah, ada yang sedang dia sembunyikan dan itu terlihat sangat jelas. Aku cukup mengenal dirinya, kami sudah bersama selama dua tahun lamanya, mustahil jika aku masih belum hafal sifatnya, bukan?

Namun sudahlah, semoga itu hanya pikiranku saja. Sebaiknya aku kembali tidur untuk beberapa jam lagi, setelah itu aku bisa berkeliling dan membeli beberapa makanan di sekitar sini.

Beberapa jam kemudian

Sekarang, aku sudah bangun dan juga sudah beres-beres buat keluar sebentar. Siang yang indah, walau sedikit panas. Tapi, di taman ini sejuk sekali, melihat beberapa pejalan kaki menikmati hari mereka, beberapa keluarga yang sedang piknik. Benar-benar liburan terbaik buatku.

"Nesya," sapa seseorang padaku, dan langsung datang menghampiriku.

Aku merasa kaget dan juga bingung, apa yang harus aku lakukan sekarang. Dia datang dengan seseorang yang cukup aku kenal.

"Kamu apa kabar?" tanya wanita itu, seolah kalau kita sangat akrab

"Aku baik," Jawabku seadanya, sambil celingak-celingku berharap ada seseorang yang aku kenal datang menghampiriku.

"Kamu nyari siapa, Sya?" tanya pria gagah dan sangat beribawa itu.

"Lagi nungguin temen," jawabku, yang masih berharap akan kedatangan seseorang yang aku kenali, aku benar-benar tidak ingin berada di kondisi saat ini.

"Sya, bulan depan kita bakalan nikah. Kamu datang, ya?" tutur wanita berkulit hitam manis itu padaku.

Kabar macam apa ini, baru satu bulan lebih kita memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, dan sekarang dia datang menghampiriku, hanya untuk memberikan kabar kebahagiaan mereka.

Sebenarnya dia pernah enggak sih, sayang sama aku? Kalau memang dia sayang sama aku, bukankah butuh waktu, untuk bisa melupakan semua kenangan yang pernah kita lakukan?

Benar, waktu itu, dia mengatakan kalau aku adalah wanita yang lemah dan mungkin saja, dari awal dia tidak pernah memiliki perasaan apapun padaku, jadi, apa yang aku harapkan darinya.

"Sya, kok kamu diam aja sih. Kamu datang ya. Aku pengen saat pernikahan kami nanti, kamu ada di sana," bujuk wanita itu, dengan muka melasnya sambil memegang tanganku.

Sementara, pria yang pernah hadir dalam hidupku, duniaku dia hanya diam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia diam seribu bahasa seolah, kami belum pernah bertemu sebelumnya, padahal di hari pertama aku berada di kota ini kami sudah bertemu dan bahkan di mengatakan hal yang mampu meruntuhkan pendirianku. Tapi, kini dia bersikap inilah hari pertama kami bertemu.

"Nesya," tutur wanita itu lagi, setelah berhasil menyadarkanku dari lamunanku.

"Iya, aku pasti bakalan datang. Btw, selamat ya buat kalian berdua," ucapku dan membalas genggaman tangannya saat ini.

Saking bahagianya, wanita itu langsung memelukku begitu saja. Dia terlihat senang dan tanpa mereka sadari, kalau berita yang mereka bawa saat ini berhasil membuatku terluka lagi. Luka yang masih aku balut, dan terus aku obati. Kini usahku datang jauh-jauh ke kota ini gagal.

"Oh, iya Sya, kamu tahu nggak sih. Kita itu udah satu bulan lebih di sini," cicit wanita berkulit hitam manis dan cantik itu padaku.

"Apa? satu bulan?" tanyaku sambil menatapnya serius.

"Iya, Sya. Udah satu bulan lebih malah," jelasnya lagi yang semakin membuatku bingung.

Namun, kenapa mereka datang ke sini? Aku lupa, inikan kota penuh cinta. Jadi wajar saja 'kan, kalau mereka datang ke sini.

"Aku kaget dan nggak nyangka banget, kalau ternyata kamu juga di sini, Sya," tutur wanita yang bernama Angel itu.

"Iya, kebetulan banget ya," gumamku yang di dengar oleh Angel.

"Oh iya Sya, udah dulu ya. Aku sama kak Nico mau jalan-jalan dulu," tutur Angel yang hanya aku balas dengan sebuah anggukan, menandakan aku setuju dengan ucapannya.

Mereka berdua pun berlalu pergi meninggalkan ku, ada perasaan lega dan sakit yang aku rasakan saat ini. Semua campur aduk dan susah untuk aku menjelaskannya.

Seharusnya ini akan menjadi hari libur yang menyenangkan bagiku, tapi malah sebaliknya. Apa mereka benar-benar akan menikah? Kenapa kak Nico bisa melupakanku semudah itu? Dan, dua tahun itu bukanlah waktu yang sebentar, apa kak Nico benar-benar tidak pernah mencintaiku?

Namun, apapun keputusannya, aku juga akan bahagia. Selamat kak, sekarang kakak akan mendapatkan wanita yang kuat, tidak lemah seperti aku. Semoga pernikahan kalian lancar.



Cinta (Lost) di Kota Bandung (SELESAI)    Event Novel       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang