BAB 8

7 5 0
                                    

Maaf kalau aku pernah menyakitimu.

Beberapa lembaran kertas tertata rapi di atas meja, ada banyak obat-obatan yang terletak begitu saja di atas sofa rumah Angel. Melihat kondisinya saat ini, sangat tidak mungkin lagi untuk di tunda.

"Angel, kita harus mempercepat pernikahan kita," pinta Nico pada Angel dengan wajah cemasnya.

"Kenapa? Bukankah acaranya besok ya, Kak?" jelas Angel heran dengan permintaan dari Nico itu.

"Nggak, kalau bisa kita nikah malam ini juga," tutur Nico dengan nada sedikit khawatir dan penuh tekanan.

"Itu nggak mungkin Kak, gimana caranya dalam waktu beberapa jam kita bisa mempersiapkan semuanya?" tanya Angel sambil menatap heran pada pria itu.

"Kakak mohon Ngel, tolong Kakak, ya?" pinta Nico pada Angel, dengan tatapan nanar dan wajah yang terlihat sangat sedih.

Sebenarnya, tadi nggak harus seperti itu, 'kan? Tapi, apa urusannya denganku, lagian mereka juga bakalan nikah nantinya.

Sudahlah, yang terpenting sekarang aku sudah memastikan satu hal darinya. Kalau dia baik-baik saja, semoga Angel nggak salah paham sama kejadian hari ini. Tapi, reaksi Angel tadi memang tidak terlihat cemburu sedikitpun. Ah, itu karena dia sudah berpikir dewasa. Jadi, mana mungkin wanita dewasa akan berpikir seperti anak-anak lagi.

Sementara di rumah Angel, mereka semua terlihat sibuk sekarang. Mulai dari mendekorasi ruangan, catering. Dan bahkan, make up untuk acara pernikahan mereka malam ini.

"Kak, ini terlalu dadakan, Kak?" tutur Angel yang meresa ini di luar rencana pernikahan mereka.

"Kenapa harus malam ini sih, Kak?" tanya Angel kagi dengan sedikit kesal pada Nico.

"Angel, surat dari rumah sakit sudah keluar. Dan kita sudah tidak punya banyak waktu lagi, sebelum semuanya terlambat, kita harus cepat," jelas Nico yang berhasil menenangkan Angel sekarang.

Namun, tatapan Angel berubah. Kedua matanya mulai berkaca-kaca dan perlahan mengeluarkan butiran bening dari pelupuk matanya. Kali ini, Angel menagis di hadapan Nico. Dia melepaskan semua sesak dan rasa sakit yang dia alami sekarang.

Sementara Nico, dia datang menghampiri Angel dan memeluknya dengan erat. Sambil mengusap lembut kepala wanita itu, yang akan menjadi istrinya malam ini.

"Kenapa harus Angel sih, Kak?" tanya Angel dengan tangisannya yang tak mampu ia tahan lagi.

Dengan tenang, Nico hanya tersenyum dan berusaha untuk menguatkan wanita itu. Ia menghibur dan juga mengajak Angel berbicara ringan. Agar Angel tidak memikirkannya lagi.

"Sekarang, kamu dandan yang cantik, ya? Kakak tunggu di luar," tutur Nico dengan suara yang lembut.

Angel mengangguk setuju, dan melangkah pergi ke kamarnya. Yang di sana, sudah ada beberapa tata rias pengantin yang akan merias wajah cantiknya.

Sambil menunggu Angel, Nico menghubungi beberapa kenalannya. Untuk mengabarkan pernikahannya yang akan di percepat menjadi malam ini. Walaupun terdengar dadakan. Tapi, semua sudah di persiapkan dengan baik.

Acara yang di tunggu-tunggu pun telah tiba. Tibalah saatnya Nico mengucapkan ijab kabul, dengan suara yang lantang dan keras. Nico berhasil mengucapkan ijab kabul tersebut dengan sangat baik dan lancar.

Saat penghulu menatap ke para saksi, di sanalah semua mengatakan kalimat "Sah" dengan semangat dan penuh kebahagiaan.

Sementata di sana, ada Nesya yang merasakan perasaan yang campur aduk. Antara bahagia atau sedih, entahlah perasaan yang masih menjadi beban buatnya. Bukankah seharusnya dia bahagia dengan pernikahan Nico dengan Angel temannya itu.

Perasaan memang tidak bisa di bohongi. Nyatanya, Nesya masih menyukai pria. Yang kini, sudah resmi menjadi suami dan halal bagi Angel. Dia sekarang akan menjadi pelindung sekaligus imam buat Angel.

Tanpa dia sadari, air matanya jatuh begitu saja. Yang tanpa sengaja di sadari oleh Eri, rekan kerja Nesya. Eri yang melihat Nesya menangis pun, langsung menyeka air mata Nesya, yang kini tengah duduk di sampingnya itu.

"Eh, Kak. Maaf," tutur Nesya yang langsung menghapus air matanya itu sendiri.

"Kamu kenapa nangis, hm?" tanya Eri, sambil melihat ke arah mempelai pria itu.

"Dia mantan kamu, atau pacar kamu?" tanya Eri yang langsung to the point. Tanpa memikirkan perasaan Nesya saat ini.

"Dia mantan aku, Kak," jelas Nesya pada Eri. Sambil tersenyum hangat.

"Kalau dia mantan kamu, kenapa kamu tangisi pernikahannya? atau malah, kamu masih ada rasa sama dia?" tanya Eri, yang entah sejak kapan pria ini jadi banyak bicara sekarang, sehingga membuat Nesya heran dengan sikapnya ini.

Nesya hanya menatap nanar ke arah Eri, dia tidak menjawab pertanyaan dari pria itu. Dia lebih memilih untuk melihat ke arah ke dua mempelai yang kini tengah bahagia.

Sementara di sana, Nico menyadari kalau Nesya tengah menagis sekarang. Dia berusaha sekuat mungkin untuk menahan dirinya agar tidak terbawa suasana, mengingat ini adalah hari bahagia buat Angel dan juga dirinya.

Berita pernikahan Nico dan Angel terbilang dadakan, karena di lakukan di luar rencana mereka. Dan tamu yang berdatangan hanyalah keluarga, kerabat dan teman dekat mereka saja.

Sementara Nesya, dia datang karena mendapatkan telpon langsung dari Nico. Di sanalah dia bisa menghadiri pernikahan Nico dan Angel, yang kebetulan Nesya tengah berada di tempat kerjanya. Setelah dia bertemu dengan mereka berdua tadi siang.

Dia hanya ingin mampir ke cafe tempat dia bekerja. Tapi, malah mendapatkan kabar bahagia dari Nico, karena pernikahan mereka akan di adakan malam ini juga. Saat itu, Nesya juga terlihat sangat murung. Dan menjadi tanda tanya bagi rekan kerjanya.

Akhirnya, dia memutuskan untuk meminta mereka menemaninya ke acara pernikahan Nico dan Angel. Yang untungnya, mereka semua mau menolong Nesya. Di sanalah, kenapa Nesya bisa duduk di sebelah Eri. Sementara meja yanga ada di depan mereka, ada Vanya dan juga Adel.









Cinta (Lost) di Kota Bandung (SELESAI)    Event Novel       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang