BAB 11

6 5 0
                                    

Aku harus menyusulnya
karena aku masih mencintainya

Aku mengurus semua keperluanku untuk berangkat ke Amerika. Aku hanya ingin memeluk pria itu sekarang, aku benar-benar merindukannya.

Aku mengambil penerbangan pagi, dan akan langsung pergi jam tujuh paginya. Tunggu aku kak, aku akan segera sampai. Jangan tinggalin aku, ku mohon.

Sementara, keesokan harinya. Kak Eri kembali bekerja seperti biasanya. Dengan ekspresi yang terlihat seperti tidak memiliki masalah sedikitpun. Entahlah, mungkin dia memang tidak terlalu mencintaiku atau malah dia percaya padaku, dan menyerahkan semua keputusan itu di tanganku.

"Van, kak Eri mana?" tanyaku dengan nada sedikit kelelahan, karena aku harus berlalari dari kostsan ku ke cafe ini.

Vanya dan yang lainnya melihatku dengan kondisi yang seperti ini, langsung memanggil kak Eri. Dan mereka juga terlihat sedikit khawatir. Tatapan mereka terlihat jelas kalau mereka tengah mencemaskanku sekarang.

Tak beberapa lama setelah itu, kak Eri pun keluar. Tapi, dengan tatapan sedih. Yang aku sendiri, tidak pernah melihatnya selama ini.

"Hm, mau apa?" tanyanya padaku sambil menatapku dalam.

"Kak," ucapku, dengan cepat dia langsung memotong kalimatku.

"Pergilah, aku siap dengan keputusan mu," jelasnya dan kembali menuju ke belakangan tanpa sepatah kata pun.

Aku mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Tapi, aku juga harus pergi ke sana. Aku yang melihatnya mulai melanjutkan pekerjaan, langsung berlari sedikit lebih cepat dan memeluknya dari belakang.

"Kak, aku sayang sama Kakak. Tolong jangan seperti ini, aku hanya ingin pergi untuk melihat keadaannya Kak. Tolong, Kak," lirihku bingung dengan sikap dinginnya ini.

"Pergilah, aku sudah menginzinkanmu," balasnya dan langsung melepaskan pelukanku darinya.

"Kak," tuturku yang sama sekali tidak di dengar olehnya, dia terus melangkah pergi begitu saja, tanpa Memperdulikan ku yang tengah menagis sekarang. Aku bingung harus apa? Di sana ada kak Nico yang membutuhkan ku.

Sementara yang lain, mereka mengerti dengan keadaan ku sekarang. Mereka juga memenangkanku dan mendukungku dengan penuh. Mereka hanya ingin aku bahagia dan menyelesaikan semuanya.

Karena waktu sudah hampir menunjukkan jam tujuh pagi, aku nggak ada pilihan. Aku terpaksa pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan kak Eri. Aku tahu di pasti tersakiti dengan sikapku sekarang. Tapi, aku jauh lebih tersakiti dengan semua kebohongan yang di lakuin sama kak Nico, kenapa dia tega melakukanku seperti itu.

Sesampainya di bandara, aku langsung masuk ke dalam pesawat dengan tujuan ke Amerika. Walau dengan perasaan yang campur aduk, dan rasa sakit saat kak Eri mengabaikanku.

Maaf kak, aku tahu kakak tersakiti karena aku. Tapi, aku harus menemuinya terlebih dahulu, dengan nada yang betgetar dan air mata yang mulai membasahi kedua pipiku.

Kenapa sesakit ini, mengingat hubunganku dulu dengannya sangatlah baik. Dia selalu menjagaku, membuatku tersenyum dan bahagia setiap waktu. Tapi, beberapa hari setelah itu dia berubah menjadi pria yang kasar, dan suka bermain perempuan. Ternyata, dia melakukan semua ini karena dia tidak ingin aku mengetahui penyakitnya itu.

Tangisku pecah, aku tidak ingin ada yang melihatku seperti ini. Aku menutup wajahku dengan ke dua tanganku sekarang.

Namun, tiba-tiba, ada seseorang yang datang dan memelukku begitu saja. Tanpa sepatah kata pun dia terus memelukku erat ke dalam pelukannya. Aku berusaha memberontak, karena aku tidak mengenal siapa orang ini.

"Udah diam! Kalau mau nangis kamu nangis aja sepuasnya. Nggak bakalan ada yang liat," ucap orang itu yang masih terus memelukku.

Suara ini, aku yakin aku tahu persis siapa pemilik suara ini. Perlahan aku mendongak ke atas, dan benar saja dia adalah kak Eri. Orang yang berharga buatku sekarang.

"Kakak," lirihku dengan tatapan menyesal.

"Aku cuma khawatir, jadi aku mau nemenin kamu ke sana. Jangan khawatir, aku tidak akan memintamu melakukan hal yang tidak bisa kamu lakukan," ucapnya sambil mengusap lembut wajahku.

Dia memang pria yang cuek, tapi perhatiannya sangat nyata dan tulus. Bagaimana pun, aku akan tetap memilihmu kak.

"Kak, tolong dengerin aku ya. Aku mau ngomong," pintaku sambil menatapnya dalam.

Percuma, dia langsung menutup mulutku dengan tangannya. Sambil menatapku dengan wajah yang terlihat  serius dan tatapan yang tajamnya.

"Kak, aku sayang Kakak," ucapku dengan nada yang sedikit bergetar.

"Simpan sayang kamu untuk orang yang pantas mendapatkannya," jelasnya dan langsung mengalihkan wajahnya.

Sakit, tentu saja sakit saat dia mengatakan kalimat itu. Rasa sayangku itu cuma buat dia sekarang. Tapi, tampaknya dia tidak melihat itu. Aku tahu, kalau saat dia ini, dia sedang marah dan mungkin juga salah paham dengan tujuanku untuk menemui kak Nico. Walau memang benar, ada rasa sesal saat aku mengetahui semua ini dari orang lain.

Cinta (Lost) di Kota Bandung (SELESAI)    Event Novel       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang