BAB 14

5 3 0
                                    


Membalut luka kembali

Sudah hampir satu bulan lamanya aku melupakan semua kejadian itu, bahkan kak Eri juga masih belum ada kabar sama sekali. Tapi, aku bahagia sekarang. Di sini aku punya mereka yang selalu menemaniku dan tidak pernah membiarkan ku sendirian.

Bahkan, waktu terasa begitu cepat, pagi ini Angel menghubungiku, dia mengatakan kalau dia sering berkunjung ke makan kak Nico. Aku bahagia dia mau melakukannya demiku.

Kali ini aku yang menjadi target buat Evan. Dia menjahiliku dan membuatku kesal dengan kejahilannya itu. Tapi, aku bahagia. Di balik semua kesedihan ku belakangan ini, ada kebahagiaan yang selalu datang menghampiri diriku.

Pekerjaan kami selesai sekarang, kami semua bersiap untuk pulang dan berpamitan dengan shift berikutnya. Aku berlari kecil ke arah Seli, dan memeluknya dengan hangat. Hanya dia yang bisa memberikan ku kehangatan dan kenyamanan. Layaknya seorang saudara. Dia membalas pelukanku dan mengusap lembut punggunku, dia benar-benar baik dan berarti bagiku.

Lagi, malam ini aku hanya ingin menikmati ke indahan kota Bandung ini. Walaupun hanya sebentar, tak lupa dengan beberapa tusuk bakso bakar dan kopi panas. Aku menikmati semua ini setiap malamnya. Mungkin, inilah caraku untuk melupakan semuanya.

Tiba-tiba, ada seseorang yang duduk di sebelahku. Aku memilih untuk tidak menghiraukan orang itu. Namun, dia menatapku lekat dan tajam. Aku yang mulai terganggu dengan sikapnya itu, langsung melihat ke arahnya.

Plak!

Aku langsung memukul pria itu, dia adalah Evan. Rekan kerjaku, pria ini selalu melakukan hal itu yang entah apa tujuannya. Dia hanya tertawa puas saat berhasil menggodaku.

Akhirnya, kami duduk bersama dan menghabiskan beberapa jam di taman ini.

"Pantesan kamu suka duduk di sini, pemandangannya ternyata bagus banget," tutur Evan sambil memakan beberapa tusuk bakso bakar milik ku itu.

"Sya, apapun yang udah terjadi. Jadikan pelajaran, ya? Dan jangan terlalu dipikirkan juga," pinta Evan yang kali ini sambil menatapku.

"Eum, aku ngerti kok Van. Makasih ya," ucapku sambil menatapnya dan kembali melihat semua pemandangan ini.

Malam pun berganti, kegiatan ku ya seperti biasanya. Aku kembali bekerja di cafe yang sangat aku sukai itu. Bertemu dengan semua pelanggan dan orang baru, yang paling penting. Aku bisa terhibur dan bahagia jika di sana. Karena aku memiliki mereka, teman ku yang selalu ada untuk ku.

Kali ini aku datang lebih awal, aku masih menunggu bos kami. Karena beliau yang bertanggung jawab untuk membawa kunci. Jadi, sambil menunggu aku menikmati segelas kopi panas terlebih dahulu.

Tiba-tiba, ada seseorang yang berhenti tepat di hadapanku. Tanpa mengatakan kalimat apapun, aku merasa bingung dengan kehadiran orang itu. Perlahan, aku mengangkat wajahku.

Deg!

Orang ini, kenapa dia hadir setelah sekian lama. Dari cara dia pergi meninggalkanku, dan tidak pernah memberi kabar padaku sedikit pun. Dan, sekarang dia hadir begitu saja.

Aku langsung pergi meninggalkan tempat itu. Berpikir,mungkin akan jauh lebih baik kalau aku sedikit terlambat. Aku melangkah dengan cepat, berusaha menghindari pria itu. Aku tidak ingin lagi bertemu dengannya dalam waktu dekat ini.

Semakin aku melangkah dengan cepat, semakin cepat pula langkah orang itu. Aku memilih untuk setengah berlari. Tapi, dia terus mempercepat langkahnya. Aku yang merasa kalau aku tidak akan bisa lari darinya, langsung berhenti sejenak. "Tolong, pergilah aku tidak ingin bertemu denganmu saat ini," pintaku tanpa melihat ke arahnya.

Bukannya pergi, dia malah terus melangkah mendekati ku. Aku kembali melanjutkan langkahku. Tapi, tiba-tiba dia langsung menahanku dengan cara memegang tanganku.

"Kalau kamu ingin aku pergi, bicaralah sambil menatap wajahku," tuturnya yang kini dia tepat berada di depanku.

Aku hanya diam, dan menundukkan pandangan ku. Apa aku akan sanggup untuk melihatnya sekarang? Setelah caranya pergi meninggalkan ku saat itu.

Rasanya, ingin sekali aku memukul pria ini. Melepaskan semua rasa sakit karena dirinya. "Pergilah, ku mohon," balas ku dengan suara yang mulai bergetar.

"Lihat aku saat berbicara," balasnya yang terus menggenggam tanganku.

"Aku tidak akan pergi, sebelum kau mengatakannya secara langsung sambil melihatku," sambungnya lagi.

Jujur, aku tidak akan bisa melakukan itu. Jika aku melakukannya, aku yakin aku akan menangis. "Ku mohon Kak, pergi," ucapku tak peduli dengan permintaannya, sambil meronta-tonta dan berusaha melepaskan genggamannnya itu dari tanganku.

Aku sama sekali tidak peduli akan permintaannya itu. Berkali-kali aku berusaha melepaskan genggamannnya. Tapi, percuma saja dia memegangku dengan erat.

Kesal dengan semua yang sudah terjadi, aku menatapnya tajam dan langsung memukul dada bidang milik pria itu. Aku meluapkan semua kekesalan dan kekecewaanku padanya. Walaupun aku tahu mungkin, itu juga berat buatnya. Tapi, haruskah dia pergi begitu saja tanpa kabar dan meninggalkanku sendiri?

Dia hanya diam tanpa ekspresi apapun. Dengan cepat dia memegang kedua tanganku, untuk menghentikan aksiku itu padanya. Dia menatapku sesaat setelah itu menarikku ke dalam pelukannya. "Sya, jujur ini berat buat aku. Aku bisa mengerti segalanya. Tapi, hati kecilku menolak semua itu. Dan, bukan tanpa alasan aku pergi meninggalkan mu waktu itu," tuturnya sambil memeluk ku erat ke dalam pelukannya.

"Sya, sebenarnya aku sempat menemui Nico. Dia mengatakan kalau dia akan bahagia jika aku bisa melindungi mu. Aku kesal, karena dia tidak perlu mengatakan itu padaku. Tanpa dia mintapun, aku akan menjagamu," sambungnya lagi yang perlahan membuatku sedikit lebih tenang.

"Kakak jahat, ke-kenapa Kakak ninggalin aku," lirihku sambil menatapnya.

"Aku pikir, Kakak benar-benar meninggalkan ku. Aku sudah mencari Kakak kemana-mana, bahkan aku juga pergi ke rumah Kakak," jelasku dengan tangis yang susah untuk aku kontrol.

"Ka-kakak jahat," lirihku yang kembali menenggelamkan wajahku ke dalam pelukannya.

Dia hanya diam sesaat dan memilih untuk tidak mengatakan apapun lagi. Karena yang aku tahu, kak Eri bukanlah tipe pria yang akan memperpanjang sebuah masalah. Dan, sekarang aku bahagia karena akhirnya setelah sekian lama aku bisa kembali bertemu dengannya. Setidaknya, rasa sakit ku bisa kembali terobati.

Cinta (Lost) di Kota Bandung (SELESAI)    Event Novel       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang