BAB 13

4 3 0
                                    

Jadi ini perpisahan versi darimu
Itu terasa menyakitkan.

Ternyata kamu hanya ingin menyapaku, ya? Setelah itu kamu pergi begitu saja. Kamu juga memutuskan hubungan kita secara sepihak, menurut mu apa itu adil? Itu sama sekali tidak adil.

Untuk semua yang pernah kita lakukan bersama. Terima kasih ya, karena kamu, aku tahu arti dari hidup ini. Terutama arti dari cinta, aku pikir cinta itu adalah kebahagiaan saja. Ternyata aku salah, cinta juga berarti pengorbanan. Kamu harus bahagia ya di sana.

Sudah tiga hari dia pergi, sampai sekarang aku masih belum bisa mengontrol diriku agar baik-baik saja. Aku masih sering melamun dan terkesan tidak terima dengan kenyataan ini. Tapi, aku lupa kalau ini adalah takdir.

Sesekali aku akan pergi keluar, hanya untuk menghibur diriku sendiri. Angel dan suaminya tampak terlihat cemas dengan kondisi ku saat ini. Aku berusaha terlihat baik-baik saja jika mereka mulai mengkhawatirkan keadaanku.

Untuk kak Nico, aku sudah mengikhlaskan kepergianmu. Kini, aku hanya memikirkan kak Eri. Dia apa kabar, ya? Kenapa dia tidak pernah lagi menghubungiku? Apa dia sebenci itu denganku. Entahlah, semua pertanyaan itu muncul begitu saja. Tampaknya dia memang membenciku, tolong jangan seperti ini. Ini semua juga di luar kendaliku.

Jika dari awal aku tahu kalau kak Nico melakukan semua ini karena penyakitnya. Dan, berusaha agar aku tidak mengkhawatirkan dirinya. Mungkin aku tidak akan pernah memilih mu kak. Tapi, kak Nico melakukan semua itu, bahkan dia juga menghindari dariku.

Dia berhasil membuatku melepaskannya dengan baik, dan membuatku membenci semua sikapnya itu. Karena itulah, aku memilih mu kak. Walaupun sebenarnya, masih ada rasa takut di hianati dan di perlakukan kasar lagi. Tapi, aku yakin kalau kakak tidak akan melakukan itu.

Andai kakak tahu, kalau sekarang semua perasaan yang aku punya. Itu cuma buat kakak, dan nggak ada lagi buat kak Nico. Karena dari awal kita jadian, aku sudah memutuskan untuk mencintaimu sepenuhnya.

Namun sekarang, semua berbanding terbalik. Selain kak Nico. Kakak juga pergi ninggalin aku.

"Sya, kamu nggak mau balik?" tanya Angel dengan penuh hati-hati. Takut kalau dia akan menyinggung perasaan ku.

"Sya, kak Nico udah bahagia sekarang. Dia pernah bilang kalau dia senang melihat kamu dengan kak Eri," sambungnya yang terdengar sedikit asing di telingaku. Tapi, aku masih diam sambil membolak-balik buku yang sama sekali tidak aku baca itu.

"Kamu tahu nggak, ada banyak penyesalan yang di ucapkan kak Nico. Mulai dari sikapnya ke kamu, ngebiarin kamu sendirian, ngeliat kamu nangis dan bahkan kebohongan ini. Dia bilang, dia nggak sanggup kalau harus ngeliat kamu nangis," sambungnya lagi sambil menggenggam tanganku.

"Sya, kamu harus ikhlasin semua ini, ya?" tuturnya lagi, yang kali ini sambil memelukku dengan hangat.

Aku yang masih merasa semua ini tidak adil, langsung membalas pelukannya yang tanpa aku sadari kalau air mataku juga mengalir dengan sangat deras sekarang.

"Ngel, apa yang di lakuin kak Nico itu memang menyakitkan. Tapi, kak Eri. Dia pergi gitu aja setelah dia tahu semua ini, dia berpikir kalau aku masih menyayangi kak Nico. Bahkan, dia sama sekali ngga pernah ngabarin aku lagi," ucapku yang masih berada di dalam pelukannya.

"Itu wajar Sya, dia pasti merasa kalau kamu masih menyayangi kak Nico. Apa lagi dengan status kalian ini," sambungnya lagi sambil menenangkan ku.

Aku hanya diam dan berpikir, mungkin benar apa yang dikatakan Angel. Tapi, apa dia tidak bisa memahami diriku saat itu? Bukankah dia juga akan melakukan yang sama jika dia ada di posisiku.

Semua yang terjadi saat ini, terasa seperti sebuah kejutan yang luar biasa. Malam ini aku akan pulang, setelah aku mengatakan pada Angel dan suaminya. Aku juga meminta pada mereka untuk sesekali berkunjung ke makam kak Nico.

Rasanya aku sangat lelah, benar-benar lelah sekarang. Aku hanya ingin berendam setelah aku sampai ke rumahku, kali ini aku tidak pergi ke kota Bandung dulu, aku hanya ingin di rumah bersama mama. Aku ingin memperbaiki hatiku saat ini.

Beberapa hari setelahnya.

Setelah menetap beberapa hari di Jogja, aku memutuskan untuk kembali ke Bandung. Kota yang selalu indah itu, kota di mana aku mendapatkan cerita baruku.

Aku memutuskan untuk ke cafe terlebih dahulu, bermaksud ingin menemui ka Eri. Tapi, sayangnya kak Eri sudah tidak bekerja di sana lagi. Aku kecewa, apa dia semarah itu padaku?

Keesokan harinya, aku mengunjungin rumahnya. Tapi, kata adiknya kak Eri pergi ke luar kota, dia bilang di akan mengurus usaha keluarga mereka. Lagi, dia pergi.

Kenapa semua orang yang aku cintai selalu pergi dariku? Apa aku seburuk itu untuk di cintai? Awalnya kak Nico, dan sekarang kak Eri.

Aku sudah lelah dengan semua ini, aku memutuskan untuk melupakan semuanya. Dan kembali pulang ke kostan ku, sebaiknya aku istirahat dan langsung masuk kerja mulai besok.

Bukan ini aku mau, kenapa malah seperti ini. Tolong mengertilah, tangisku pecah saat malam mulai menyelimuti ku di tengah dingin hujan saat ini. Aku berusaha menutup rapat ke dua mataku. Setelah aku menghindar dari semua pertanyaan beruntun yang di ajukan okeh semua temanku.

Ku paksakan kedua mataku untuk tertutup rapat, dan ku paksakan agar hatiku tenang. Dan juga, ku paksakan pikiran ku yang benar-benar berisik sejak kak Eri pergi begitu saja meninggalkan ku di bandara saat itu.

Pagi harinya

Aku kembali bekerja dengan suasana hati yang bahagia, aku tidak ingin mereka mengkhawatirkan aku. Karena itu aku berusaha terlihat sebahagia mungkin. Aku tetap melakukan semua pekerjaannku dengan baik, dan aku juga kembali tertawa dengan kejahilan Evan yang kali ini Vanya menjadi sasarannya.

Sementara kak Adit, terus menatap ku. Dan berkata. "Kakak yakin, kamu kuat Sya," tuturnya padaku, dan juga ikut bergabung menjahili Vanya bersama Evan.

Aku hanyaa mengangguk setuju, karena aku yakin aku kuat. Mau seperti apapun aku tidak mungkin berusaha sekeras itu untuk membuat kak Eri percaya atas semua ucapanku. Karena dia punya penilainnya sendiri. Dan, itu juga haknya dia mau berpikir seperti apa. Yang jelas, aku sudah menjelaskan semuanya. Bahkan suami Angel juga sudah membantuku waktu itu, jadi semua kembali pada dirinya.

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku memilih untuk duduk sebentar di taman tengah kota ini. Menatap jauh ke depan sana, sambil melihat beberapa kendaraan yang lewat. Berbisik, bukan cinta seperti ini yang aku maksud untuk hilang.

Mau bagaimana lagi, bukankah semuanya sudah terjadi. Cintaku benar-benar hilang sekarang.

Cinta (Lost) di Kota Bandung (SELESAI)    Event Novel       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang