Part 10

3 1 0
                                    

Semua mata menatapku dengan tajam seolah-olah ingin memberiku penghakiman yang telah terjadi hari kemarin, beberapa orang berbisik dengan temannya aku semakin mengepalkan kedua tanganku menahan semua emosi yang ada di dalam diri, satu tangan memegang punggungku sambil berbisik

' everything will be fine Kei semangat ya ! ' Aku tahu suara barusan adalah suara Clara yang kini tengah merangkul pundakku dengan penuh bangga karena aku telah kembali dengan berani menginjakkan kaki di sekolah ini, sekolah yang penuh dengan pelajaran, pelarian, penghakiman dan keadilan yang sedang aku perjuangkan setidaknya untuk diriku sendiri.

" Selamat pagi Bu " Ucapku kepada Bu rina guru Bimbingan Konseling di Sekolahku. Aku melihat ada keterkejutan di dalam mukanya ketika melihatku berdiri di ambang pintu dengan sangat percaya diri.

" Eh pagi Keina silahkan duduk ada yang bisa Ibu bantu?" Ucapnya terdengar sangat ramah

" Bu bisa ngeluarin Wakil Ketua Osis sekolah ini? Karena dia sudah melecehkan saya bu, dia menggunting ujung baju saya sambil memegang pantat saya, saya percaya bahwa ibu bisa nanganin kasus seperti ini...." ujarku dengan penuh penekanan sambil menahan air mataku yang ingin keluar kembali.

" Maaf sekali Keina, kenapa kamu baru bilang sekarang, kamu juga sudah tidak masuk sekolah selama satu bulan betul ? Tidak ada keterangan yang jelas teman kelasmu hanya bilang kamu butuh waktu sendiri, memang selama itu kamu butuh waktu untuk sendiri hanya karena masalah dengan Angga? Di sini bukan hanya Angga yang salah tetapi juga Kamu yang tidak ada kejelasan mengenai Absensi dan tiba-tiba ke Sekolah langsung meminta buat ngeluarin Angga yang sekarang menjabat sebagai Wakil Osis? Kamu ini siapa Keina? "

" Saya ini korban Bu, di sini saya korban kenapa seolah-olah saya seperti pelaku, Angga sudah berapa nominal mulut Ibu di bayar sama manusia yang mirip setan itu Bu? " Ujarku tersulur emosi yang mendominasi rasa sesak di dada karena tidak habis pikir gunanya bimbingan konseling hanya berpihak pada ia yang banyak berdedikasi ke sekolah dan membayar mulutnya tanpa melihat perilaku sebenarnya.

" Jaga mulut kamu Keina, sekarang juga kamu keluar dari ruangan saya. Kamu saja yang keluar dari sekolah ini " Aku terperanjat mendengar bentakan yang keluar dari mulut Bu Rina, aku bergegas berdiri sambil berbicara " Uang saya lebih mampu buat bayar Sekolah Swasta dari pada harus membayar Ibu yang menutup kasus pelecehan seksual padahal Ibu sendiri perempuan. Terimakasih waktunya Bu "

Ketika aku keluar dari ruangan BK ada Nalendra yang sedang berdiri di ambang pintu melihat keadaanku dari atas sampai bawah memastikan bahwa aku baik-baik saja. Mungkin ia juga mendengar percakapanku bersama Bu Rina di dalam sana. Rasa sakit itu aku terima, dengan tertatih dan tersungkur, tak apa semua rencana tidak semuanya berjalan dengan lancar mungkin Tuhan sudah mempersiapkan rencana lain yang sangat indah untuk kita jalani hari esok. Aku ingin belajar menerima masalah ini dengan lapang, menerimanya dengan pelan-pelan dan menikmati setiap rasa yang datang, entah sakit, hancur, gagal, bangkit, jatuh dan rasa lainnya. Bukankah kita hidup memang harus merasakan segala hal yang telah semesta beri agar kuat di kemudian hari.

" Na siap-siap yuk hari ini kita nginep di Orchid Forest Cikole nanti aku yang bayarin tenang aja na. Jam 3 aku jemput ya, Makasih banyak ya na udah kuat dan bertahan sejauh ini, aku enggak akan pernah bosen buat bilang begitu ke kamu"

" Selalu mendadak ya En kalo ngajak gue jalan-jalan haha, emangnya Lu besok enggak mau sekolah ngajakin gue ke Cikole? "

" Sekolah mah gampang Na bisa di atur, Pokonya Nanti gue jemput ya "

" Iya bawel udah sono masuk kelas lagi semangat Nalen reseeee sekolahnya " ucapku jahil

" Heh kamu ada juga yang rese bisa-bisanya matiin handphone berhari-hari "

Eunoia ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang