O7

466 64 6
                                    

Haechan menghembuskan napas panjang sembari tersenyum lebar, kedua tangannya terangkat ke atas seolah sedang berdoa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haechan menghembuskan napas panjang sembari tersenyum lebar, kedua tangannya terangkat ke atas seolah sedang berdoa.

"Rumahkuuuu, aku datang!" Ucapnya begitu senang setelah melakukan berbagai cara agar Taeyong membawanya pulang, dan di sinilah ia berada.

"Gua mau pergi dulu." celetuk Yuta.

"Mau ke mana? Gua juga mau pergi." Ucap Taeyong.

"Ada Jaehyun."

"Dia juga ikut gua."

"Terus?"

"Lo mau makan gaji buta? Otomatis harus lo yang jaga Haechan karena gua sama Jaehyun pergi."

Yuta menggertakkan giginya, kemudian meninju udara. Masa ia seorang diri yang menjaga anak ingusan itu?

Lihatlah sekarang, Haechan bahkan terlihat tak perduli dengan percakapan mereka, ia asik memandangi rumahnya lalu masuk ke dalam.

"Cuma sebentar, setelah itu lo boleh gantian pergi." Taeyong menepuk bahu Yuta sebelum akhirnya pergi, sementara Yuta sendiri memasang wajah malasnya.

"Kak Mark!" Girang Haechan melihat Mark turun dari tangga dengan terburu-buru. Haechan pun segera mengikutinya.

"Selama dua hari ini gua ada di rumah sakit, kenapa nggak datang sama sekali? Gua udah nungguin banget Kak."

"Gua sibuk." Acuhnya, terus berjalan tak memperdulikan Haechan.

"Tapi setidaknya lo pasti punya waktu luang buat jenguk gua, Kak."

Mark tiba-tiba memberhentikan langkahnya. Haechan pun begitu sembari menatap kaget punggung Mark. Kakaknya terlihat begitu kesal.

Mark berbalik menatap Haechan nyalang. "Gua kerja, dan gua sibuk. Bukan kayak lo yang taunya cuma main sama ngabisin duit Ayah."

"Tapi lo punya waktu buat pacar lo sendiri."

"Kenapa jadi bawa-bawa pacar gua?" Suara Mark agak meninggi.

"Lo bahkan bawa dia pulang ke rumah."

Mark menarik salah satu sudut bibirnya sembari menunduk kemudian menatap Haechan. "Karena dia lebih ngerti gua lebih dari siapapun, puas?"

Haechan menatap ke bawah tak berani menatap Mark. Baru setelah Kakaknya hendak pergi meninggalkannya ia bersuara.

"Kenapa? Apa gua punya salah?"

"Karena cuma buat denger suara lo aja, gua rasanya muak bahkan benci setengah mati."

Yuta sejak tadi menatap kedua Kakak beradik itu dari depan pintu utama. Wajahnya sih terlihat tidak perduli, tapi pikirannya sedang memikirkan sesuatu.

Yuta menatap intens Mark yang berjalan tegap menuju ke arahnya, yang ditatap pun melirik dengan tajam sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu.

"Lo boleh pergi kalo emang mau pergi," datar Haechan tanpa menatap Yuta, Haechan pun sejak tadi masih berdiri di tempatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Three BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang