O3

1K 107 9
                                    

"Aneh, tapi Jaehyun bilang kita di panggil buat kumpul." Celetuk Taeyong yang sedang berjalan beriringan bersama Yuta hendak kembali ke mobil.

"Anak itu nggak pernah bohong. Mau di apain itu ya, apa dibunuh?"

"Sembarangan mulut lo!"

"Siapa tau kan anjir, tuh anak beneran kek titisan Dajjal."

"Gue malah takutnya terjadi sesuatu. Coba hubungi Jaehyun."

Yuta menghela napas panjang sembari mengeluarkan ponselnya, mencari nomor seorang Jung Jaehyun dan segera menghubunginya.

"Halo, Jae. Gimana? Udah sampe?"

"…"

"Hah?"

"…"

"Oke oke, yaudah gue kesana sama Taeyong sekarang."

"Kenapa Yut?"

"Sekarat itu bocah, udah ayo."

––o0o––

Setibanya Taeyong dan Yuta di mansion, mereka sudah melihat Jaehyun, seorang maid dan seseorang berjas dokter tengah berbincang dengan wajah serius.

"Sejak awal asma nya mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda akan kambuh, kemudian di tambah traumanya membuatnya drop seperti ini. Pastikan obat yang aku berikan di minum secara teratur, pastikan anak itu meminumnya. Biasanya Haechan cukup nakal karena membuangnya."

"Baik saya permisi dahulu."

Yuta memandang jutek pemuda berkacamata yang baru saja melewatinya.

"Kenapa Jae?"

"Saat dalam perjalanan pulang ada penyerangan, ada bekas tembakan di mobil kalian bisa mengeceknya."

"Belum ada 24 Jam Tuan Lee pergi ke California, tapi hal seperti ini sudah terjadi? Sungguh epic sekali," ucap Yuta sembari menggelengkan kepalanya.

Taeyong melirik Yuta sinis kemudian menatap salah satu maid. "Bagaimana keadaan Tuan Muda?"

"Tuan Muda sudah lebih baik, sekarang beliau sedang beristirahat di kamarnya."

Krrtt

Rupanya Jaehyun yang membuka pintu kamar Haechan. Ia melihat Haechan yang melepaskan masker oksigennya sampai ke leher sembari duduk menyender. Tatapannya kosong dan wajahnya pucat pasi.

"Heh! Jae!" Taeyong.

"Tuan Muda?" Panggil Jaehyun sembari menutup pintu. "Tuan Muda?" Panggil Jaehyun sekali lagi yang berhasil membuat Haechan sedikit menoleh kearahnya namun tak menatapnya. Mulutnya sedikit terbuka tapi tak mengatakan apapun.

"Ada sesuatu yang anda inginkan?"

"Pergi …" Lirih Haechan.

"Tolong jangan seperti ini, bagaimana jika Ayah dan Kakak anda khawatir?"

"Kak Mark nggak mungkin khawatir, dia aja nggak peduli."

"Bahkan kalo gue mati pun dia masih nggak akan peduli." ucap Haechan hampir tak mengeluarkan suara saking lemasnya.

"Apa maksud anda, tentu saja mereka pasti akan khawatir jika anda seperti ini."

Three BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang