13. Terulang Lagi

144 16 4
                                    

"Non."

Nada yang sedang melamun menikamati sore di halaman belakang rumahnya  tersadar saat ada suara yang memanggilnya.

"Eh Iya mbak."

"Saya buatkan teh hangat non, sarapannya juga sudah siap."

"Makasih mbak, sarapannya nanti aja saya belum laper."

"Yaudah non, saya tinggal ya non."

"Iya mbak."

Tak lama setelah Nada menyeruput tehnya, suara ponselnya berdering terdapat satu pesan masuk dari suaminya.

Mas Rian.
Aku pulang lusa, kamu nggak papakan. Jangan lupa makan dan diminum obatnya."

Nada membaca pesan itu dengan wajah datar, ia sudah terbiasa menerima pesan-pesan seperti itu dari suaminya. Padahal semalam Adrian tidak pulang kerumah dan hari inipun pria itu juga tidak pulang lagi.

Nada menaruh ponselnya asal karena tak berniat membalas pesan itu. Kemudian wanita itu kembali menikmati secangkir teh hangat yang ada didepannya.

Beberapa menit kemudian bel rumahnya berbunyi, mbak Rani selaku asisten rumah tangga berlari kearah pintu depan membuka pintu itu. Tak lama kemudian mbak Rani masuk kedalam rumah membawa sebuah buket bunga mawar merah kearah majikannya.

"Ada kiriman buket bunga non."

"Dari siapa mbak?" Tanya Nada.

"Wah kurang tau saya non, orangnya nggak bilang."

Nadapun penasaran dengan buket bunga itu dan mengambilnya. Tak ada nama pengirim di kertas surat yang axa di buket itu, namu hanya tulisan "Untuk sayangku."

Nada mencium bau bunga mawar itu lalu tersenyum, mengira bahwa pasti suaminyalah yang mengirim itu.

"Mau saya ambilkan vas non."

"Nggak usah, mbak Rani boleh pergi."

Dengan bibir yang merekah, wanita itu memeluk bunga itu dalam pelukannya dan kembali duduk. Baru saja beberapa menit yang lalu dia kesal terhadap suaminya namun setelah menerima bunga itu rasa kesal kembali hilang.

***

"Kamu nginep lagikan hari ini."
Tanya wanita cantik yang sedang memeluk pria itu dengan tubuh polosnya.

"Iya, aku udah chat Nada barusan."

"Dia nggak curiga apa sama kamu Tam?"

"Mana mungkin dia kan bodoh, aku juga udah kirim bunga kerumah biar keliatan aja kalau aku suami yang romantis."

Ayle mengernyit. "Kamu kirim bunga buat dia, tumben. Kamu nggak beneran jatuh cinta sama kakakku kan."

"Mana ada Ay, kamu taukan aku cintanya cuma sama kamu." Ucap pria itu mengelus rambut wanita di sampingnya.

Aylea tersenyum kegirangan memeluk pria yang ada didepannya itu. "Benerankan?"

"Iya beneran Ay." Satu kecupan singkat mendarat di bibir wanita itu.

"Aku seneng dengernya, akhirnya Tama yang aku kenal udah balik kayak dulu lagi. Aku kira kamu beneran suka sama kakakku"

"Ya enggaklah, ngaco kamu. Aku cuma cinta sama kamu Aylea Giani, cuma kamu satu-satunya wanita yang aku cintai Ay."

Setelah mengucapkan kalimat itu Tama memanggut bibir wanita yang ada didepannya, tubuhnya naik keatas tubuh Aylea dan mulai menggerayangi wanita yang ada dibawahnya itu.

"Aku capek Tam." Kata Aylea yang sudah kelelahan melayani prianya subuh tadi.

"It's oke baby, aku nggak akan maksa kamu." Tamapun mengurungkan niatnya, dia mengecup dahi wanita itu lalu turun dari ranjang menuju kamar mandi.

***

Besok harinya cahaya matahari mulai  masuk menyeruak dari luar masuk kedalam kamar. Wanita itu sedang duduk didepan meja rias mengeringkan rambutnya yang basah terurai bebas. Sesekali matanya menatap pria yang tengah tertidur pulas tak jauh dari tempatnya dengan dada bidang yang terekspos bebas.

Pemandangan yang cukup langka bagi wanita itu, biasanya saat terbangun di pagi hari dia hanya sendirian, karena Tama selalu meninggalkannya setelah mereka melakukan hubungan badan. Namun kali ini berbeda, wanita itu tersenyum membayangkan jika setiap pagi dia bisa melihat wajah pria yang dicintainya seperi ini.

"Uhhh. . " Pria itu mengerang, merasakan hawa dingin menyentuh kulitnya yang berwarna sawo matang.

"Sayang bangun, kamu udah janji mau nemenin aku ke nikahan temenkukan." Katanya setelah duduk menghampiri pria itu.

Mengambil ancang-ancang pria itu menggeliat sebelum benar-benar membuka mata.

"Ini jam berapa?"

"Jam sembilan lebih."

Tama menyingkap selimutnya dan duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Acaranya jam sebelas, kamu mau nemenin nggak atau aku berangkat sendiri."

"Iya-iya aku temenin, jangan ngambek gitu dong, udah dandan cantik nanti cantiknya jadi ilang."

Cup. . Satu kecupan mendarat dibibir Aylea sebelum Tama beranjak meninggalkan tempat tidur untuk mandi.

Setelah setengah jam lebih mereka bersiap, tepat pukul sepuluh kedua orang itu meninggalkan Villa menggunakan mobil hitam civic milik Tama.

Lokasi yang tak jauh dari villa membuat mereka tiba disana lebih awal sebelum acara dimulai. Tama memarkirkan mobilnya, lalu turun membukakan pintu untuk kekasihnya Aylea.

Aylea menerima uluran tangan Tama yang membantunya berdiri dari dalam mobil.

"Kamu cantik." Sebuah bisikan ringan yang mampu membuat wajah wanita itu  bersemu merona.

Berjalan bergandengan mereka berdua memasuki gedung aula sang pengantin. Acara pernikahan yang mereka hadiri terhitung sangat megah karena digelar di outdor dan indor ruangan.

Mereka berdua masuk dengan bergandengan layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara. Setelah menghampiri penganti, berfoto dan bersalam-salaman, Aylea mengajak tama untuk makan di area tenant yang sudah di sediakan.

Saat sedang asyik makan, mengobrol Aylea kaget melihat seorang wanita yang datang kearahnya.

"Hai Lea, lama nggak ketemu nih. Terakhir kita ketemu waktu di nikahan kakakmu kan."

"Eh, hai juga Re."

"Kamu kesini sama siapa, loh dia bukannya suaminya Nada ya. Nada mana kok nggak kelihatan?"

Ayleapun gugup karena dia cecar pertanyaan yang bertubi-tubi oleh teman kakaknya itu. Aylea tak menyangka bakal bertemu teman kakaknya disini. Dengan tangan yang berkeringat dingin dia menarik wanita itu ketempat lain dan meninggalkan Tama sendirian dalam kerumunan para tamu undangan.

Setelah kepergian Aylea, pria itu merasa bosan karena tidak mengenal satu orangpun disana. Pria itu berjalan kearea belakang gedung yang sudah di design untuk acara outdor di pernikahan itu. Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat salah satu lengan tangannya dicekal oleh seseorang.

"Ay. ." Perkataannya terhenti saat dia melihat kearah orang itu yang ternyata bukan Aylea.

"Mas Rian ngapain disini?"

Deg. . .  Deg. .




Nah lhooo. . . Sibambang ke gep sama bininya nihhh. . Hihihi .

It's So HurtfullTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang