"Ya! Song Hyun Ri!"
Seorang laki-laki berseragam SMA berlari mengejar seorang gadis yang berjalan cukup jauh di depannya. Orang-orang disekitarnya menatapnya tak suka dan dirinya hanya meringis tak bersalah. Sementara gadis itu terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun kearah laki-laki yang memanggilnya. Ia justru memasang earphone-nya sehingga teriakan laki-laki itu tidak terdengar.
"Ya! Song Hyun Ri!" kini laki-laki itu berada tepat di samping gadis yang sejak tadi dipanggilnya. Ia menyamakan langkah kakinya dengan gadis itu sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan. Tangannya kemudian bergerak melepaskan earphone gadis itu. "Kenapa kau pergi seenaknya saja?"
"Kau terlambat lima menit, Byun Baek Hyun," Gadis bernama Song Hyun Ri itu memasukkan earphone-nya ke dalam saku roknya. Ia menahan senyumnya melihat ekspresi kesal sahabatnya itu.
"Kau seharusnya menelponku atau apa, bukannya meninggalkanku begitu saja," Baekhyun memajukan bibir bawahnya, membuat Hyun Ri mencubit gemas pipi laki-laki itu. Ingatannya kembali ke dua belas tahun yang lalu, saat ia mencubit pipi Baekhyun untuk pertama kalinya. Baekhyun memasang ekspresi wajah yang membuat Hyun Ri tanpa sadar mencubit pipi Baekhyun sehingga namja itu mengangis.
Mereka berdua segera memasuki bus kemudian memilih kursi paling belakang. "Hyun Ri ah, sekolah mengadakan lomba menyanyi minggu depan. Apa aku harus ikut?" tanya Baekhyun. Bisa dibilang Baekhyun adalah siswa populer di sekolah. Sebagian besar siswa mengenalnya karena suara emasnya. Bahkan siswi-siswi bergiliran memberikan kado untuknya tiap pagi, yang seringkali berakhir di kamar Hyun Ri.
"Kau harus memberi kesempatan yang lain untuk menang, kau selalu jadi juara tiap lomba menyanyi seperti itu. Kau tahu, mereka selalu putus asa tiap kali mendengar kau juga ikut lomba karena jelas kau pemenangnya."
"Geurae? Arasseo. Lagipula aku sedang tidak mood untuk ikut lomba kali ini," Baekhyun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Hyun Ri dan memejamkan matanya. Bermain game sampai tengah malam membuatnya mengantuk hari ini.
Hyun Ri menolehkan kepalanya sehingga bisa melihat wajah Baekhyun dengan jelas. Ia tersenyum kecil melihat wajah namja itu yang terlihat seperti bayi. Menurutnya, wajah Baekhyun tidak berubah sama sekali sejak mereka bertemu dua belas tahun yang lalu.
Hyun Ri mengusap rambut kecoklatan Baekhyun perlahan, membuat namja itu semakin terlelap. Mendadak dada Hyun Ri berdebar kencang, hal yang sebenarnya hampir selalu terjadi tiap kali bersentuhan dengan Baekhyun. Awalnya ia hanya menganggap itu sebagai perasaan yang wajar dalam persahabatan, tapi lama kelamaan, perasaan sukanya berubah menjadi cinta, dan ia mulai memandang Baekhyun sebagai pria.
Tapi seperti yang biasanya terjadi, suatu persahabatan akan merenggang ketika salah satu dari mereka memiliki rasa yang lebih terhadap yang lain, dan Hyun Ri tidak ingin itu terjadi padanya dan Baekhyun. Baginya, lebih baik menyimpan perasaannya daripada harus menyatakannya dan membuat Baekhyun menjauhinya perlahan. Ia sudah sangat bersyukur bisa menjadi sahabat namja itu dan bisa melihat wajanya setiap hari.
Bus yang mereka tumpangi berhenti, menandakan mereka sudah sampai di halte dekat sekolah. "Baekhyun ah," panggil Hyun Ri sambil mengguncang-guncangkan bahu namja itu. Mengingat sifat sahabatnya yang susah bangun itu membuatnya mendengus pelan. Seharusnya ia membangunkannya sebelum bus berhenti kalau saja pikirannya tidak melayang kemana-mana tadi.
"Baekhyun ah," gadis itu mengencangkan volume suaranya, tapi yang dipanggil tetap tidak bergeming. Kalau begini caranya mereka bisa terlambat. Setelah melihat tidak ada penumpang lain yang turun, sang supir bus kembali menyetir menuju halte berikutnya.
Hyun Ri berdecak. Ia kemudian mencubit pipi Baekhyun dengan keras, dan kali ini usahanya berhasil. Namja itu mengerjapkan matanya sambil membenarkan posisi tubuhnya. Hyun Ri kebingungan melihat sahabatnya yang baik-baik saja walaupun ia mencubit pipinya dengan keras. Apa dia sudah kebal? Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not My Best Friend Anymore
FanfictionMereka berdua memang sahabat, tapi tidak ada yang tahu bagaimana perasaan mereka sebenarnya satu sama lain. Mereka tidak pernah berpikir bahwa keduanya merasakan satu hal yang sama, sampai salah satu dari mereka mulai mengucapkan semua perasaannya s...