Say I Love You - Chapter 6

26 5 1
                                    

Judul: Say “I Love You”

Author by: #Didihindriawan

Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto

Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno

Rating: T

Genre: Hurt/Comfort, Romance

Chapter: 6

.

-oOo-

.

.

.

Seorang pemuda tampan berkacamata hitam, dengan dandanan modis dan rambut panjang dikuncir, terlihat necis bak seorang artis. Menggiring koper besarnya sementara datang menghampiri pemuda tampan lain yang berusia lebih muda darinya, yang daritadi duduk menunggu dengan santai. Dia serahkan beberapa berkas, mungkin tiket pesawat, paspor dan lainnya sambil berbicara tampak menceramahi.

Aku masih bersembunyi, diam-diam memerhatikan mereka dari balik papan iklan sambil menggerutu kesal menunggu kesempatan. Aduh, aku tak mau kalau sampai bertemu kak Itachi. Kakak Sasuke yang rese dan suka menggangguku. Dia pasti akan mengajakku ngobrol kalau aku menghampiri mereka sekarang. Bukannya aku tak mau berpamitan dengannya juga, tapi waktuku pun hanya sebentar. Aku mendengus, menatap jam yang kurang dari lima belas menit lagi sebelum mereka check in.

Sepuluh menit terakhir Itachi tampak pergi duluan. Syukurlah, sepertinya dia mau mampir sebentar ke duty-free shop. Maka aku pun cepat melangkah menghampiri Sasuke.

“Hoi!” sapaku ketika mendekat.

Sasuke terperanjat, lekas menutup majalah yang sedang di bacanya dan berdiri.

“Maaf ya aku terlambat.” kataku sambil terkekeh, “Ada sedikit masalah tadi, hehe.”

Dan bukannya balas tersenyum menyambutku, tampang Sasuke masih tetap saja datar. “Kukira kau tak jadi datang.” ucapnya.

Aku kembungkan sebelah pipiku, “Kau mengharapkanku tak datang?”

“Hn.” Sasuke hanya menunduk.

Aku tersenyum melihatnya. Aku mantapkan hatiku. Maka sambil menghela nafas panjang, aku keluarkan sesuatu yang sudah aku persiapkan untuk ini. Wajah Sasuke terlihat terkejut ketika tiba-tiba kukalungkan sebuah syal rajutan tangan berwarna biru, warna yang khas dengan cirinya.

“Sebagai hadiah perpisahan…” kataku sambil merapihkan lipatan syalnya. “Maaf ya kalau tak sebanding dengan sarung tangan mahal darimu kemarin. Tapi aku berusaha menyelesaikannya kurang dari dua minggu. Kau sih tak bilang-bilang mau pergi secepat ini. Jadinya kan mendadak. Tadinya mau kuberikan sebagai kado di hari ulang tahunmu.”

Sasuke tiba-tiba menggenggam tanganku yang masih menyentuh syal di lehernya. Sesuatu mulai kembali berdesir. “Arigatou…” ucapnya.

Aku mengangguk sambil tersenyum. “Sasuke, boleh aku tanya satu hal untuk terakhir kalinya?”

Hening sejenak.

“Apa kau suka padaku?” tanyaku dengan perasaan berdebar. Sekali saja. Sungguh aku ingin mendengar satu kata itu darinya. Sekali saja.

Sasuke sejenak menundukkan pandangan sebelum melepaskan tanganku. “Sudah kubilang kan,” gumamnya. Onyx kembali terangkat, menatapku lekat-lekat. “Jangan tanyakan sesuatu yang membuatku bingung, Sakura.”

Ah, jadi masih sama ya. Batinku mencelos. “Wakatta…” ucapku. Terasa pedih meski sekarang aku tetap tunjukkan senyumku ke hadapannya. “Kalau begitu cium aku dulu, Sasuke.” kataku, “Cium aku baru kita putus.”

Sasuke berdecih mendengar permintaanku. Sudut bibirnya terangkat tampak meremehkan. Onyx itu sekilas mengerling menghindari tatapanku. “Apa-apaan kau ini?”

“Heh, Ayolah… Kau tak mau?” Aku mulai merajuk. Meskipun aku tahu permintaanku ini bodoh dan memalukan. Mana mungkin dia akan melakukannya di tempat umum seperti sekarang ini. Tapi antara berharap dan tak berharap aku memang menginginkannya. “Kau lupa awal hubungan kita juga dulu dimulai lewat sebuah kecup―”

Seketika kalimatku hilang, bibirku terbungkam oleh bibirnya. Ada letupan dalam dada selama beberapa saat kami berciuman. Meresapi hal romantis terakhir yang dia berikan padaku di perpisahan ini. Rasanya begitu menyesakkan. Berpikir aku akan sangat merindukan sentuhan manisnya.

Ne, Sasuke-kun. Aku mencintaimu. Selalu akan begitu. Selama bersamamu aku bahagia meskipun ada luka yang ikut terseret bahkan hingga ke akhir ini. Tidak apa-apa. Aku tetap menikmatinya. Hal yang kuinginkan untuk tetap bersamamu adalah sesuatu yang mustahil. Tapi perasaanku lega. Karena kita masih bisa tersenyum sampai sekarang. Terima kasih kau sudah begitu baik padaku. Buktinya kau tak lagi mengabaikanku. Memberiku kesempatan untuk bersamamu sedikit lebih lama. Aku senang sekali.

“Jya…” bisiknya saat pagutan itu terlepas.

“He’em…” Aku mengangguk pelan, “Mata ne!” balasku kemudian sambil lengkungkan garis bibirku berharap bisa tampilkan senyuman terbaik yang tampak cantik di hadapannya. Detik berikutnya segera saja kulenggangkan jenjang kakiku berbalik berjalan pergi meninggalkannya.

Aku tak mau melihatnya. Aku tak mau memperlihatkannya.

Ya, sampai saat terakhir ternyata aku tak sekuat itu. Aku tak ingin melihatnya pergi. Rasanya akan semakin menyedihkan bila melihat punggung itu menjauh. Jadi biar aku saja yang menjauh. Terlebih tak bisa kubiarkan dirinya melihat tampangku kini. Wajah jelek menangisku.

Dirasa sudah cukup aku berlari dan tak mungkin dia melihatku lagi, saat kakiku seakan tak sanggup lagi berdiri, aku bersandar hingga aku merosot ke lantai. “Sial. Sial. Sial. Sialaaaaannnn…” desahku disela isak, seraya mengusap setiap cairan bening yang tak kuasa tertahan di pelupuk emerald. “Ini tak bisa berhenti… Hiks hiks hiks—Sayonara, Sasuke-kun.”

....

....

....

(TBC)

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang