Say I Love You - Chapter 2

28 5 0
                                    

Judul: Say “I Love You”

Author by: #Didihindriawan

Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimoto

Pair: Sasuke Uchiha x Sakura Haruno

Rating: T

Genre: Hurt/Comfort, Romance

Chapter:2

.

-oOo-

.

.

.

Mau bagaimana lagi, perasaanku pada Sasuke sudah ada sejak pertama kali kami bertemu. Itulah cinta pada pandangan pertama. Aku tahu ini konyol. Tahu apa anak kecil berusia enam tahun tentang cinta. Mungkin itu hanya perasaan kagum semata. Aku dulu hanya tertarik pada sosoknya yang keren. Tapi Sasuke sungguh berbeda. Entah kenapa meski ada lelaki lain yang berkeliaran di sekitarku aku sama sekali tak berminat. Di mataku hanya ada Sasuke seorang. Pesona yang dimilikinya seperti sudah menyihirku dan aku tahu kalau aku pasti akan semakin jatuh cinta padanya.

Tak sekedar terpikat oleh penampilan luar sosok Uchiha satu itu, dibalik sikapnya yang terkesan dingin dia punya kebaikan dan perhatian yang tak biasa ditunjukkan oleh lelaki lain yang mendekatiku. Meskipun dia tak mengatakannya langsung, tapi dia tahu saat aku sedang kesulitan, saat sedang dalam masalah ataupun saat aku sakit. Terlebih sewaktu masih kecil hubungan kami cukup akrab. Tapi semua berubah saat aku mulai ungkapkan perasaanku terang-terangan mencintainya. Aku mungkin pernah tak sengaja mempermalukan dia di depan kelas. Dan kejadian itu menjadikan Sasuke ledekan teman-teman kami. Dia mulai risih dekat-dekat denganku dan menghindariku. Tapi itu tak menyurutkan tekadku untuk mengejarnya. Karena bersama dengan Sasuke aku merasa seperti hidupku jadi penuh dengan mimpi.

Memangnya siapa selama ini yang selalu aku kejar? Karena Sasuke, aku berusaha masuk sekolah favorit. Karena Sasuke, aku jadi rajin belajar. Karena Sasuke, aku berdandan dan tampil cantik. Karena Sasuke, aku ingin lakukan yang terbaik. Agar dia bisa menatapku. Agar dia bisa menerimaku. Hingga akhirnya kelak dia pun akan mencintaiku.

Memasuki masa-masa SMA hubungan kami makin terlihat tak mudah. Aku harus ekstra mendekatinya dengan selalu bergerak duluan. Mengingat Sasuke sosok orang tak sensitif dan cenderung cuek, dia mungkin tak akan pernah peduli padaku. Belum lagi di sekolah dia jadi cowok populer dengan banyak gadis yang suka dan mengincar dirinya. Terkadang aku sampai repot menyingkirkan para serangga pengganggu itu. Karena aku khawatir bisa-bisa aku kalah cepat. Aku takut Sasuke keburu diambil orang kalau aku sedikit saja berpaling. Makanya setiap ada kesempatan aku selalu menyampaikan perasaanku meski berulang kali dia menolakku. Dan hasilnya sekarang, aku bersyukur Sasuke tampak menghargai usahaku dan mengizinkanku lebih dekat dengannya sebagai seorang kekasih. Walau aku pun merasa ada yang salah dengan hubungan ini.

Karena backstreet maka hanya kami berdua saja yang tahu. Aku harus tahan meski di luar dia tetap bersikap tak peduli padaku. Seperti saat salah seorang teman Sasuke ada yang menyukaiku. Sebut saja Uzumaki Naruto adalah sahabat baik Uchiha Sasuke. Aku menduga mungkin alasan Sasuke menyembunyikan hubungan kami karena merasa tak enak pada Naruto kalau sampai lelaki blonde spike itu tahu. Pikirku mungkin Sasuke tak mau di cap pengkhianat, tukang nusuk dari belakang, tukang tikung atau apalah istilahnya itu oleh Naruto. Tapi aku tetap tak terima dan hanya tersenyum miris saat Naruto menggodaku di depan Sasuke dan dia tak berbuat apa-apa. Rasanya seperti tak dianggap. Apalagi Sasuke malah jadi ‘mak comblang‘ dan iseng berusaha menjodohkanku dengan si Dobe.

“Kau akan lebih bahagia kalau bersama dengan orang yang menyukaimu.” kata lelaki itu saat aku melancarkan protes padanya. Bagaimana bisa dia memberikan nomor ponselku pada Naruto dan aku jadi diserang banyak sms dan telepon gombal si bocah kyubi itu setiap hari.

“Aku kan pacarmu, kau tega melakukannya!” bentakku sambil menggebrak meja, bikin gelas jus tomat yang sedang dinikmatinya bergetar.

Onyx yang semula tertunduk pun beralih menatapku. Tajam. Dan seakan ada kemarahan yang tersimpan. Aku tak mengerti sebenarnya siapa yang harus kesal di sini. “Kau sudah muak padaku? Mau minta putus?”

Mendengarnya bicara begitu sontak membuatku lunglai. Bibirku gemetar, sementara aku berusaha agar tak terisak meski cairan bening di ujung emeraldku sudah tak terbendung dan menelesak turun. Batinku sakit setiap kali dia mengancam dengan kata-kata tak berperasaan itu. Karena pasti, aku akan menggeleng dan memilih mengalah padanya. Kulakukan karena aku masih tak ingin kehilangan dirinya.

“Sebenarnya aku ini kau anggap apa, Sasuke?” tanyaku tak mengerti.

Sasuke mengangkat bahunya, “Yah… pacar.” jawabnya dengan cuek menanggapi, kembali menyeruput minumannya.

“Benarkah? Kau sungguh anggap aku ini pacarmu?”

“Hn, memangnya kau tak merasa kita sudah pacaran?” Sasuke malah balik bertanya.

“Bukan begini yang kuinginkan.” Aku menghela nafas kecewa, “Kalau aku pacarmu, jangan perlakukan aku seperti ini.”

Sasuke malah menertawakanku. Bibirnya tersungging tampak meremehkan. “Lalu kau ingin aku bagaimana? Kubilang dari awal aku tak bisa berikan apa yang kau inginkan, Sakura. Hanya status saja, apa yang kau harapkan dariku?”

Ya, dia benar. Sejak awal memang hubungan kami hanya berdasar pada cintaku yang sepihak. Aku tak berhak menuntut apapun padanya. Memang dari awal jangan harap ada perlakuan super duper manis, lembut dan istimewa dari Sasuke. Meskipun kami terkadang menghabiskan waktu bersama seperti pergi kencan atau makan bersama, tapi tak ada perkembangan berarti. Apa aku yang terlalu egois menuntutnya ini-itu?

“Setidaknya perlakukan aku dengan lebih berperasaan. Anggap aku ini benar-benar pacarmu.” jawabku. “Aku tak minta banyak. Hanya perhatian. Hanya ingin kau gantian mengerti perasaanku. Meski kau masih belum bisa mencintaiku, setidaknya jangan perlakukan aku seperti kau membenciku. Aku tahu ini resikoku memaksa pacaran denganmu. Hanya saja aku pun selalu berusaha memberikan yang terbaik padamu. Sedikit saja Sasuke, sedikit demi sedikit beri aku kesempatan, hikhik.”

Sasuke masih terdiam. Dia tak berkata apapun dan hanya menatapku. Aku sangsi bahkan mungkin dia tak mendengar apa yang kukatakan barusan. Melihatnya begitu membuatku makin sedih.

“Hn. Baiklah, akan aku coba.” ucapnya tiba-tiba, membuatku jadi terperangah. Dia sodorkan selembar tisu padaku. “Hapus air matamu. Jangan menangis. Kau membuatku terlihat jahat di mata orang-orang.” Bisiknya dan lekas dia berpaling, menutupi wajah dengan sebelah tangan.

Aku celingak-celinguk dan baru sadar kalau beberapa pengunjung cafe berbisik-bisik melihat ke arah kami. Saking emosinya barusan tak sengaja aku bersikap berlebihan dan tak kendalikan diri.

Sasuke meringis, tampak jadi tak nyaman. “Ish, ayo pergi dari sini.” ajaknya lekas berdiri. Dia lalu tarik tanganku dan memaksaku ikut. “Kau yang bayar tagihannya ya.”

“He’em,” Aku mengangguk dan mengikutinya. Lalu saat aku lihat tanganku digenggamnya untuk pertama kali, entah sengaja atau tidak dia melakukannya, tapi perlakuan itu membuat perasaanku lebih baik. Sementara aku seka air mata yang tersisa di wajahku dengan tisu pemberiannya, aku berharap kelak Sasuke sendiri yang akan menyeka tangisku.

.....
....
....

(TBC)

Say I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang