Nuiko atau kerap disapa Nui, bocah polos berusia 10 tahun, yang harus hidup luntang-lantung di jalanan guna menghidupi dirinya sendiri itu malah mengalami hal diluar nalar yang tidak bisa diterima oleh otak kecilnya.
Begitu dirinya membuka mata pemandangan yang pertama ia lihat adalah ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat. Ia juga merasakan tubuhnya remuk dengan beberapa luka babak belur yang samar-samar masih membekas pada kulit putihnya.
Yang terakhir kali Nuiko ingat bahwa dirinya jatuh pingsan karena rasa lapar yang menderanya. Seharusnya tubuhnya baik-baik saja kan? lalu kenapa rasanya tubuhnya remuk, kaku dan terdapat luka babak belur yang sudah keunguan. Apakah dirinya baru saja mendapatkan kekerasan? Segala pertanyaan akan kejadian yang baru saja dirinya alami itu bersarang pada otak kecilnya yang tak seberapa.
Sedang asik berpikir, bunyi pintu terbuka itu mengambil alih kesadaran nya. Di sana, terlihat beberapa laki-laki yang masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah bangun ternyata," Suara dengan wajah datar itu mengalun di ruangan putih ini.
Nuiko memiringkan kepala nya menatap laki-laki yang sayang nya memiliki wajah tampan dengan garis tegasnya itu.
"Paman bertanya pada Nui?" Ucapnya seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk kecilnya.
Nateo Serafin De Oxson, Memandang putranya dengan tatapan rumit juga bingungnya.
Netra tajamnya lantas menatap pada putra keduanya yang berprofesi sebagai dokter tersebut.
"Jelaskan!" Titahnya tegas
Axio, laki-laki itu menghela nafasnya sebelum menjelaskan pada anggota keluarganya apa yang sebenarnya terjadi pada kondisi adik bungsunya ini.
"Karena pukulan yang terjadi pada kepalanya, membuat Nui mengalami amnesia. Aku tidak bisa memastikan apakah amnesia ini akan terjadi secara permanen atau hanya sementara. Namun karena pukulan itu membuat memori yang ada di otaknya menjadi bermasalah dan ya... seperti yang kalian lihat, ini yang terjadi."
Nui yang mendengar ucapan laki-laki itu menyeringit bingung, dia tidak paham dengan apa yang laki-laki tersebut katakan. Hanya saja kenapa laki-laki dengan pakaian serba putih itu bilang jika kepalanya mengalami pukulan. Harusnya kan perutnya yang bermasalah.
"Eum, Kepala Nui baik-baik saja. Kakak dokter salah periksa Nui mungkin. Harusnya perutnya Nui yang sakit bukan kepalanya." Nui mencoba meralat perkataan yang laki-laki itu lontarkan barusan.
Keluarga De Oxson hanya mampu terdiam mendengar ucapan lembut yang terkesan takut-takut itu.
"Apakah amnesia membuat sifat seseorang menjadi baik?" Tanya Axie dan hanya dibalas jawaban kurang menyakinkan oleh Axio.
"Kurasa,"
"Kau benar-benar tidak mengenali kami?" Axie sedikit mendekat pada adik nya ini. Menatap mata Boba hazel layaknya bintang malam yang menghiasi malam di dalamnya.
Entah Axie yang tidak mengenali wajah adiknya ini atau rupa adiknya memang seperti ini. Namun begitu diteliti secara keseluruhan wajah adiknya terlihat begitu menggemaskan. Dan Axie baru saja menyadarinya.
Nui mengangguk sembari menunjuk mereka semua yang ada di ruangan dengan wajah polos penuh kebingungan.
Seingat nya, Nui tidak pernah bertemu dengan mereka semua. Ataukah, Nui sendiri lupa jika pernah bertemu dengan mereka yang ada disini?
"Nui tidak ingat dengan kalian. Apakah kalian pernah bertemu Nui di jalanan sewaktu Nui memulung?" Keempat laki-laki De Oxson itu saling pandang satu sama lain mendengar penuturan yang keluar dari bibir Nui.
KAMU SEDANG MEMBACA
KA'EO NUI
Teen FictionNuiko, Bocah polos yang hidup luntang-lantung di jalanan itu baru saja mengalami hal diluar nalar yang membuat otak kecilnya seketika blank. Dirinya tiba-tiba terbangun dan mendapati bahwa tubuhnya terbaring di ruangan serba putih dengan bau obat ya...