•KN: Axie Igor De Oxson•

8.9K 890 26
                                    

Happy reading ᥫ᭡



🐻‍❄️🤍🐻‍❄️

Ruang pengap gelap dengan bau darah tercium. Laki-laki dengan seringai kecilnya duduk dengan gelas wine ditangannya. Netra hitam pekat nya menatap ke depan dengan tatapan menghunus bak pedang yang siap digunakan untuk berperang membantai lawan yang ada.

Sosok tegap itu berdiri dan berjalan dimana targetnya terkunci, suara ketukan sepatu menggema di seluruh ruangan. Jalannya terlihat begitu berwibawa dengan gaya angkuhnya.

"Kenapa wanita seperti mu memiliki keberuntungan? Kau tau padahal pisau kesayangan ku ini sudah ingin bermain dengan tubuh mu. Ah, tapi sayang sekali adik manis ku mengatakan untuk tidak membunuh mu. Bukankah adik kecil ku sangat baik hati?"

Axie, tersenyum kecil. Wajah yang selalu ditampilkan jika berhadapan dengan sang adik terlihat begitu kontras malam ini. Mata yang biasanya menatap hangat penuh sayang itu menghilang layaknya direnggut malam.

Tatapannya berubah pias, terlihat dingin penuh hasrat untuk membunuh.

Namun sayang seribu sayang, dia tidak bisa melakukannya sekarang. Adik kecil manis nya itu mengatakan untuk tidak membunuh badut jahat ini. Dan Axie menyanggupi, permintaan adiknya adalah hal mutlak yang tidak bisa Axie langgar.

"Lepaskan aku bajingan! Aku tidak punya urusan dengan mu!!" Amora berteriak, dia tidak bisa melihat sekitar, semua nampak gelap dalam pengelihatan sebab kain hitam yang menutupi matanya.

Axie terkekeh dengan suara rendah, tangannya menjambak kuat rambut wanita itu.

"AKH, SAKIT. LEPASKAN TANGANMU DARI RAMBUT KU!!" Amora menggeleng ribut, kulit kepalanya terasa sakit seperti akan lepas dari rambutnya.

"Bukankah kau melakukannya seperti ini pada adik kecilku?" Axie bertanya dengan nada kebingungan.

"SIALAN, SIAPA KAU SEBENARNYA?!" Amora bertanya dengan lantang. Dia merasakan aura bahaya dari laki-laki ini.

Tangannya kemudian beralih mencekram dagu wanita ini dengan kuat, mungkin Axie akan dengan mudah bisa menghancurkan rahang ini jika dia ingin melakukannya. Namun sedikit bermain-main sepertinya seru juga.

Maka pisau kecil kesayangan tak mungkin Axie angurkan begitu saja. Lengan putih itu ia sayat secantik mungkin.

Gema pekikan kesakitan terdengar bagikan melodi merdu di telinganya.

"ARGHHH, APA YANG KAU LAKUKAN PADA TANGAN MULUS KU, BAJINGAN!!!" Amora menjerit kesakitan saat ujung lancip pisau itu menggores setiap kulit tangannya.

"Aku sedang membuat karya indah di lenganmu, kau harus memberiku pujian nanti."

"SIAL, SIAPA KAU SEBENARNYA?! BERANINYA KAU BERMAIN-MAIN DENGANKU!!" Amora berteriak tepat didepan wajah laki-laki ini. Hingga sesuatu yang terasa seperti besi dipaksa masuk ke dalam mulutnya.

"Cerewet sekali! Bagaimana rasa darahmu? Enak bukan? Tapi bukankah akan lebih nikmat jika diberikan perasan lemon?"

Dibalik kain yang tertutupi itu, mata Amora membelalak sempurna. Tangannya berusaha untuk lepas dari cekalan ini.

"Jika kau berani melakukannya, aku akan membunuhmu!" Nyatanya ancaman itu terdengar seperti candaan di pendengarnya. Axie dengan perlahan namun pasti menuangkan perasan lemon itu pada mahakarya sayatan nya.

"PERIH! BEBADAH SIALAN! MENJAUH DARIKU, AKHHH...."

Netra hitamnya memejam, menikmati setiap alunan melodi indah penuh kesakitan.

KA'EO NUI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang