Morning Caffeine #5

193 20 0
                                    

"Yoshi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yoshi!"

Lengkingan suara itu mengejutkan Yoshi yang baru saja keluar dari mobil hitamnya. Ketika ia berbalik, tubuh tingginya langsung ditubruk dan dapatkan sebuah pelukan erat dari yang Jihoon yang tadi memanggilnya dan berlari menghampirinya. Banyaknya bodyguard berbadan besar berjas hitam rapi yang berjejer di kiri kanannya tak ia pedulikan ketika asik tabur kemesraan bersama sang terkasih.

"Kamu udah nungguin aku pulang ya? Maaf ya, karena akhir-akhir ini sering pulang telat terus. Kamu baik-baik aja kan di rumah?"

Jihoon tersenyum dan berikan anggukan pelan sebagai jawaban bahwa ia baik-baik saja. Jihoon semakin lebarkan senyum begitu rasakan tangan hangat suaminya mengusak rambutnya pelan, lantas ia rangkul lengan kurus Yoshi dan satukan genggaman tangannya.

"Ayo, jangan lama-lama di luar. Kita harus makan."

Lengannya ditarik. Yoshi hanya menurut ikuti langkah kaki Jihoon. Kaki-kakinya yang beralas sepatu pantofel mengkilap itu terus melangkah bersama sang istri yang sadarkan kepalanya di bahunya. Kakinya masih melangkah. Dinginnya lantai marmer tiba-tiba menembus hangatnya kain katun kaos kakinya. Pintu rumah di ujung penglihatan tampak terus berjarak.

"Tapi, Yoshi..."

Yoshi mengernyit. Ingin menoleh namun sendinya bagai menolak untuk digerakkan. Suara rintihan kesakitan yang tiba-tiba menyapa rungunya membuatnya bergidik seketika. Langkahnya terhenti. Yoshi cepat-cepat berbalik dan tak lagi dapati Jihoon di dekatnya. Semuanya hilang. Mobil mewahnya tak ada. Para pengawal yang dibayarnya dengan gaji tinggi pun tak tampak mengawasi.

Ting!

"Sakit..., Yoshi..., aku takut..., sakit..."

Suara tangisan menyusul setelah rintihan. Matanya mengedar. Berusaha temukan dari mana asal suara yang begitu familiar di telinganya itu.

Yoshi tersentak bangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, degup jantungnya ribut, peluh membasahi kening sampai lehernya. Yoshi berusaha mengatur nafasnya, tapi bukannya semakin tenang, ia justru meneteskan air mata. Begitu deras air matanya turun membasahi wajahnya.

'Aku putus karena kesel, Junkyu susah banget nepatin janjinya. Aku capek, terakhir kemarin dia batalin janji ngedate kami, gak ada alasan, aku juga gak mau dengar apa pun.'

Lama ia menangis di kamar kecilnya tersebut, setelah tengah malam telah berlalu, ia lantas beranjak meninggalkan kamarnya. Melewati dinginnya larut malam dan udara dingin, Yoshi pergi ke sebuah apartemen, gedung tinggi yang ia tahu sebagai tempat tinggal Jihoon.

Ia menatap sekitar, memastikan tak ada orang lain di sekitarnya, kemudian menekan sandi pintu apartemen Jihoon dan langsung masuk begitu saja. Langkah kakinya menyusuri ruangan yang remang cahaya tersebut, pelan-pelan ia menjaga langkahnya agar tak sampai ganggu tidur Jihoon di kamarnya.

Story Tale [ Jihoon × All ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang