Morning Caffeine #1

490 27 0
                                    

JUNKYU × JIHOON
SLIGHT. YOSHIHOON

  

Tentang Yoshi yang harus mengulang seluruh kisahnya demi beri berikan kebahagiaan yang lebih layak untuk sang kekasih hati.

Malam itu air matanya kembali jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu air matanya kembali jatuh. Lututnya menekuk menyentuh tanah. Kepalanya menengadah ke atas, biarkan rintik hujan yang tak seberapa itu menyapu wajah penuh noda merahnya. Di tangannya tergenggam sebuah senjata api yang seluruh amunisinya telah amblas. Kaki bergetarnya dipaksa kembali berdiri dan berjalan dengan langkah lunglai. Pandangan matanya kosong menatap ke depan.

Hari ke tujuh sejak kepergian orang yang begitu ia cintai. Hatinya kembali diremuk kala saksikan aliran merah yang membasahi jalanan yang ia lalui. Kentalnya darah jadi lebih cair karena air hujan yang akan hapuskan jejak keberadaannya. Senapannya dijatuhkan begitu saja ke atas aspal. Matanya sama sekali tak berkedip saat tetesan air hujan jatuh tepat di bola matanya.

Seminggu lalu ia masih melihat manisnya senyum sang istri. Seminggu lalu ia masih sempat nikmati sarapan pagi yang disiapkan oleh istrinya. Seminggu lalu, ia bahkan masih sempat berikan kecupan hangat pada kening istrinya sebelum ia berangkat menjalankan bisnisnya. Seminggu lalu, bahkan masih begitu jelas tergambar dalam ingatannya bagaimana ia berjanji akan pulang lebih awal dan kosongkan jadwalnya di akhir pekan untuk memenuhi permintaan istrinya yang akhirnya berhasil timbulkan pekikan bahagia sang istri setelah sekian hari istrinya terus murung.

Hari itu, seminggu yang lalu, tepat tujuh hari ia menangis sepanjang malam hanya karena sebuah rasa bersalah yang bersemayam di hatinya sejak pertama kali memutuskan untuk menikah. Untuk pertama kalinya ia menangis histeris karena sebuah kehilangan. Pertama kalinya ia merasa begitu kosong setelah hilangnya sebuah nyawa di antara banyaknya nyawa melayang di tangannya.

Ia pernah diperingatkan mengenai masa depan. Tentang sebuah keputusan yang tak akan lagi bisa ia ubah. Tentang sebuah rasa bersalah yang dapat membunuhnya perlahan-lahan. Tentang sakitnya mencintai seseorang yang begitu ia damba. Dan tentang takdir yang tak izinkan ia untuk memiliki.

Kini kakinya berhenti melangkah. Matanya menatap kosong pada sebuah papan nama berhias lampu berkelip warna-warni. Sebuah nama tertera dengan ukuran besar di sana, memudahkan banyak orang untuk menemukan tempatnya bernaung. Tungkainya kembali diangkat. Tubuhnya sempoyongan. Hampir terjungkal ketika ia menapak anak tangga pertama. Tapi wajahnya sama sekali tak berkedip. Tetap datar tanpa kehidupan.

Pintu terbuka secara otomatis. Indahnya berbagai macam ukuran tradisional di hampir seluruh ruangan itu tak lagi dapat manjakan jiwanya yang kosong. Seseorang di ujung ruangan menatapnya iba. Wanita dengan kimono merahnya itu lantas raih sebuah kartu tarot, yang ketika dibalik terlihatlah sebuah gambar menara yang disambar petir dan adanya orang yang melompar keluar dari dalam menara.

Story Tale [ Jihoon × All ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang