Tempat kejadian, nama, dan lain-lain adalah fiksi. Tidak ada maksud untuk menyebutkan seseorang di dunia nyata. Tidak disarankan bagi anak berusia 17 tahun kebawah.
***
Sayup-sayup terdengar suara tawa yang tidak asing. Seorang pria yang dia sebut sebagai ayah, tertawa kegirangan dan mengangkat tinggi-tinggi tubuhnya ke udara ketika mendengar kata pertama yang diucapkan oleh dirinya yang berusia 7 bulan.
"Papa." Hanya satu kata itu mampu membuat ayahnya bahagia hingga menangis. Kebahagiaan itu menular pada dirinya yang masih bayi.
Malam itu, di rumah yang kecil dan sederhana akhirnya ramai di penuhi oleh berkah kebahagiaan.
Dan ketika dirinya membuka mata, ingatan itu perlahan memudar dan mendapati realita bahwa kini ia berdiri di depan sebuah dinding yang siap untuk menjadi objek lukisan pertamanya di dunia lain.
"Tuan Schilder, apa momen bahagia menurutmu?" Tanyanya kepada Finn yang sudah memulai melukis di sampingnya. Finn menghentikan kegiatan melukisnya, dia menatap mahakarya miliknya sebelum menjawab.
"Ketika aku lahir. Itu adalah momen bahagia."
Ketika dirinya lahir?
"Apa kau kesulitan? Butuh bantuan?" Tawar Finn.
Sabiru menggelengkan kepalanya sebagai penolakan. "Aku baik-baik saja." Jawab Sabiru. Ia mulai melukis dengan luas di tangannya. Jari-jari mungil itu berayun kesana kemari menggambar latar belakang berwarna biru laut.
Sabiru Laut.
Bukankah namanya tampak menggambarkan sebuah lautan?
Di novel "The Next Wife of The Half-God" Disebutkan bahwa rakyat jelata tidak memiliki nama belakang dan yang bisa memilikinya hanyalah para bangsawan. Awalnya Sabiru tidak mengerti mengapa dia memiliki nama Laut di belakang namanya. Apakah ayahnya menambahkan nama tersebut dengan sengaja?
Sabiru tidak mengerti hal tersebut.
Ia yakin seratus persen Finn pun akan menganggapnya anak bangsawan yang menyamar karena sempat memperkenalkan namanya dengan nama belakang.
"Tuan Schilder-"
"Oh! Finn! Sudah lama tidak melihat wajah tampanmu itu!" Sapa seorang pria yang lebih tua beberapa tahun dari Finn.
Finn tampaknya kenal dengan orang tersebut dan membalas sapaan pria tersebut. Mereka sempat mengobrol singkat sebelum akhirnya meminta ijin kepada Sabiru untuk melanjutkan obrolan mereka di tempat lain. Melihat mereka berbicara seperti dua sejoli yang sudah lama tidak bertemu Sabiru menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Dirinya fokus kembali pada pekerjaannya. Saat ini pipi dan tangannya sudah dihiasi oleh cat warna-warni yang mencolok.
Supaya Finn tidak curiga Sabiru berpura-pura menjadi seorang anak kecil yang benar-benar memulai seni dari awal bahkan ketika dirasa gambarnya sangat bagus untuk anak kecil seukurannya dia akan menghapusnya dan menggantinya dengan gambar yang agak melenceng.
Walaupun sulit sebenarnya bagi Sabiru yang sangat perfeksionis apalagi jika itu menyangkut tentang seni.
Sudah satu jam lamanya berlalu dan hari mulai sore hingga matahari sudah setengah tenggelam. Sabiru tentu saja harus pulang sebelum ayahnya mencarinya tetapi Finn belum juga menunjukkan batang hidungnya, rasanya tidak enak jika Sabiru langsung pergi begitu saja jadi dia memutuskan untuk menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] I Will Make This Story Have No Second Lead
FantasyLangit baru saja kehilangan ibunya dan untuk mengatasi kesedihannya dia mencoba membereskan gudang di belakang rumahnya. Diantara tumpukan barang yang menjadi sampah, Langit mengambil sebuah novel yang terjatuh. Novel berjudul "The Next Wife of The...