Did I Cross The Line?

11 5 0
                                    

Tempat kejadian, nama, dan lain-lain adalah fiksi. Tidak ada maksud untuk menyebutkan seseorang di dunia nyata. Tidak disarankan bagi anak berusia 17 tahun kebawah.

***

Tak henti-hentinya Sabiru menatap ornamen dan setiap bangunan dari mansion keluarga Sheamus. Setiap bangunan persis seperti apa yang di deskripsikan di dalam novelnya.

Keluarga Sheamus adalah salah satu keluarga yang menjunjung tinggi nilai seni bahkan diam-diam mereka adalah seorang seniman. Mereka juga memiliki perusahaan kecil yang dikhususkan untuk mendukung para seniman pemula dan kolektor seni. Aku bertanya-tanya apakah suatu hari nanti keluarga Sheamus mau mensponsori ku.

"Bagaimana menurutmu, sayang?" Cassandra berbicara sembari mengelus rambutnya dengan sayang. Sabiru mendongak untuk menatap Cassandra lalu mengangguk gembira, "semua bangunan ini sangat indah! Lukisan, patung, dan karya seni lain yang ada di sini terawat dengan sangat baik, hanya dilihat saja mereka punya kualitas yang baik entah itu cat minyak dipakai atau ukiran pada patungnya!"

Mendengar jawaban antusias dari Sabiru membuat Cassandra merasa senang. Walaupun dia tidak terlalu mengerti nilai-nilai seni seperti suami dan keluarga suaminya tetapi dirinya senang karena setidaknya mungkin rumah ini tidak akan sepi lagi.

"Bagaimana kalau mulai dengan kamarmu? Aku yakin kau pasti lelah setelah perjalanan jauh." Ajaknya.

Sabiru menganggukkan kepalanya. Dia berjalan beriringan bersama Cassandra, memegang tangannya dengan erat. Meskipun rumah ini besar dan megah tetapi tetap saja suasana rumahnya terasa tidak enak sedari tadi. Banyak sekali pelayan yang memandangnya dengan ketidaksukaan. Mungkin perasaan iri karena perubahan statusnya.

Dia merasa bahwa dirinya telah berubah menjadi Cinderella.

Cassandra membawanya pada sebuah pintu kayu berwarna coklat dengan ukiran tercetak.

"Woah...."

"Aku khawatir bahwa kamu tidak menyukainya karena mungkin terkesan kuno tapi syukurlah kamu menyukainya."

Wanita bangsawan itu segera membuka pintu menampilkan sebuah kabar yang dua kali lebih besar dari rumahnya sendiri bahkan kamar di dunia asalnya tidak sebesar ini!

Matanya bersinar terang dan segera berlari masuk sambil mengamati bagian-bagian kamar. Kemudian ia mendekati ranjang tempat tidurnya, tangan kecilnya menyentuh ranjang tersebut. Empuk dan hangat. Dia merasa dia tidak akan pernah bosan untuk tidur di ranjangnya bahkan jika itu 3 hari.

"Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa mengatakannya kepada pelayan, mereka akan mengetuk pintu setiap pagi untuk membangunkan mu, membantumu memilih dan memakai pakaian. Disini kau bisa merasakan pendidikan formal juga."

Pendidikan formal?

Jangan bilang....

"Akademi Royal Blue?"

Akademi Royal Blue, seperti sekolah pada umumnya hanya saja sekolah ini hanya bisa dimasuki oleh bangsawan dan pedagang sukses bahkan jika orang biasa yang masuk ke sana tentu saja harus membutuhkan izin dari istana. Mungkin konsepnya seperti beasiswa di dunia nyata. Anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu juga dapat mengenyam pendidikan disana asalkan dapat membuktikan kepada raja bahwa anak tersebut pintar dan cukup mampu menguasai pelajaran di Akademi Royal Blue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] I Will Make This Story Have No Second LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang