Six - This Problem

30 1 0
                                    

Elysia ketakutan , gelisah, keringat dingin, dan mati rasa...

ingin rasanya berteriak dan meminta bantuan namun bekaman ini sangatlah kuat , dan juga sudah beberapa kali Elysia berusaha mengigit tangan seseorang yang membekamnya. Namun- nyatanya tidak bisa~

GILA!!!

Dia kuat sekali...

huhuhu~ mahh sesek napas... Gua mau diapain nih? ya ampun ya allah selamatkanlah hamba dari bencana ini. gak tau apaan salah saya ... tapi tolong semoga bisa cepet-ceepet lepas dari Bencana ini.


Rindu Rumah...

mau makan, mau mandi, mau shalat... dan apapun itu...

please~ saya belum mau mati ya allah...


dan yang paling penting moga-moga nih orang gak kanibal.

eh-

"Shhuutt diem jangan banyak gerak sama bicara , tenang aja gue gak bakal ngapa-ngapain lo! oke pokoknya kalau mau pulang keluarnya jangan berisik!"Terdengar suara laki-laki yang sepertinya aku kenal. Aku hanya manggut-manggut sebagai jawaban.

Dan saat dilepaskan dari bekamannya aku segera pergi namun saat sudah jauh beberapa meter ,Aku lihat ternyata itu Farrel. Aku lihat dia seperti sedang membuat tenang sesuatu. Terlihat dengan caranya ia mengulurkan kedua tangannya. Dan saat Farell melangkah kedepan aku mendengar suara lengkingan yang keras.

Spontan aku menutup kedua telingaku. Dan saat Farell semakin melangkahkan kakinya dan berjalan ke depan , ia terlihat seperti menangkap sesuatu. Tapi aku tidak bisa melihatnya dengan Jelas apa itu.

"Aakkhhhh!!"

hah? si Farrel kenapa tuh? aku hanya bisa diam dari kejauhan melihat dia memegang sesuatu yang agak besar.

"Burung Elang?" Tidak sadar aku mengucapkan kata itu saat Farrel mulai mendekat membawa Burung Elang yang berusaha keluar dengan cara mematuk jari Farrel dengan Paruhnya. Aku sempat lihat jemarinya berdarah. Dan Si Elang pun tidak hentinya mencabik - cabik Jemari Farrel.

Karena gak tahan melihat suasana seperti itu. dengan cepat aku menutup paruhnya agar ia berhenti mencabik Jemari Farrel.

"Heii lo mau ngapain??" Terdengar suara Farrel yang kini murka atau takut aku yang terkena cabikannya. bukan kepedean sih...

"Udah deh Farrel aku aja yang bawain Burungnya."

"Emang bisa?" Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Oke jadi pertama-tama tutup atau kunci Paruh elang dan satu tangan lagi kunci kakinya dengan begini dia gak bakal bisa ngelawan, pokoknya jangan sampe lepas."Jelasku.

Farrel mengangguk sambil tersenyum kepadaku. Aku hanya mendesah pelan karena gak kuat liat darah Farrel yang mulai mengalir.

"Jadi ini Burung mau dikemanain?"Tanyaku pada Farrel yang sibuk meniupi tangannya.

"Emm sebenernya ini Burung Elang punya Ayah" Jawab Farrel sungkan-sungkan. Hah?Aku mengernyitkan dahi bingung.

"Terus kenapa bisa ada di sini?" Farrel mengedikkan bahu sekilas dan membawaku ke arah Parkiran di sekolah. Dan Farrel membuka mobil Mercedes hitamnya,

"Ini masukin sini" Farrel membawa Sarang Burung yang berrangka Besi di cat Abu-abu platinum.

"Oke" Saat sebelum aku memasukkan Elang aku membukaka Paruhnya dari genggamanku perlahan dan mengusap kepalanya perlahan. Ya ampun nih Burung ternyata Manja juga. Aku mengembangkan senyum karena dapat berhasil mengelusnya tanpa digigit.

Love in a LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang