[5] Shelter Kucing

9 0 0
                                    

Katanya, semua bisa karena terbiasa. Kalau masih belum yakin dengan apa yang dirasakan, cobalah untuk mulai membangun kemistri pertemanan. Mungkin terdengar kekanakan, dan terkesan buang-buang waktu untuk sebagian orang. Tapi sebenarnya, tidak ada yang benar-benar terlambat untuk memulai.

Karena katanya, semua berawal dari teman.

Mengambil langkah kecil untuk hasil yang besar seharusnya tak masalah. Daripada mengambil langkah besar namun terkesan buru-buru, nanti malah kabur kan bahaya.

Selang beberapa hari pertemuannya terakhir kali dengan Rumina, Argan benar-benar melakukan konsultasi pada Alga mengenai perasaannya.

Karena Kakaknya memang sudah lebih dulu berpengalaman dalam hal seperti ini. Bagaimana tidak, Alga dulu menikahi Ysabella atau akrab disapa Bella, hanya berjarak 6 bulan dari pertemuan pertama mereka—yang menurut Argan itu cukup tak masuk akal.

Dulu, waktu seusia Argan, Alga juga pernah merasakan yang namanya ditanya kapan mengenalkan pasangan, kapan menikah, kapan, kapan, dan kapan oleh keluarga besarnya. Namun Alga cuek saat itu, fokusnya hanya ingin membahagiakan keluarganya, terkhusus Adik-adiknya.

Namun, semakin bertambahnya usia, ditambah semenjak ia memutuskan tinggal sendiri, ia mulai merasakan kekosongan dalam dirinya. Lama kelamaan, ia merasa membutuhkan seseorang yang dapat membantunya dalam memenuhi segala kebutuhannya, menemaninya, dan mendukungnya.

Lalu, ada satu hari di mana Alga menyempatkan diri datang ke gereja untuk berdoa, keadaan di sana saat itu sedang sepi. Hanya ada dirinya dan dua orang pria yang sedang berdoa.

Ia menyatukan kedua tangannya, berdoa kepada Tuhan agar kelak ia dikirimkan perempuan terbaik untuknya, yang akan mendampinginya hingga akhir hidupnya dalam suka ataupun duka, sakit ataupun sehat, kaya ataupun miskin.

Selesai berdoa, saat ia membuka matanya, ia melihat seorang perempuan yang baru datang itu duduk di bangku depannya untuk berdoa.

Entah saat itu Tuhan benar-benar mengabulkan doanya secepat itu atau memang hanya kebetulan, yang jelas, matanya tak berhenti memerhatikan perempuan itu.

Rambutnya panjang sedikit kecoklatan, kulitnya putih, dari wajahnya sedikit terlihat seperti orang berdarah campuran. Dan saat itu lah, Alga yang sempat ragu namun tetap memutuskan untuk mengklaim bahwa 'dia pasti jodoh yang Tuhan kirim'.

Maksud Argan, bagaimana mungkin seseorang bisa begitu yakin bahwa orang yang baru ia temui dalam waktu yang sangat singkat itu adalah jodohnya? Argan belum bisa memahami itu sampai akhirnya ia merasakannya sendiri.

Dan apa yang Argan rasakan, bisa langsung dipahami oleh Alga. Karena Alga pun pernah merasa begitu, hanya saja ia tak denial seperti Argan. Argan terlalu larut dalam hal yang menurutnya tidak mungkin, padahal dalam hidup ini ada banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Argan ingat yang dikatakan Kakaknya beberapa waktu lalu melalui sambungan telepon.

"Kalau kamu masih ngerasa apa yang kamu rasain itu gak mungkin terjadi, yaudah, biarin itu terjadi dengan sendirinya."

"....."

"Kamu gak harus memaksakan diri untuk percaya, biarin aja semua ngalir sebagaimana alur yang Tuhan buat."

"Bukan aku gamau percaya, tapi rasanya gak mungkin aja. Kayak—masa cepet banget?!"

"Yaudah, kan tadi Kakak bilang, biarin aja semuanya ngalir. Temenan aja dulu, Dek. Lagian enggak harus selalu tiap orang naksir seseorang langsung diPDKT-in, enggak harus selalu langsung ambil langkah seribu supaya enggak keburu ditikung orang lain. Semua pasti ada proses, sesingkat apapun proses itu, sekecil apapun usaha yang kamu lakukan, itu akan menentukan bagaimana kamu dengan dia ke depannya."

[1] Perfectly Perfect - I Cat(ch) UWhere stories live. Discover now