Novel kok gini?

1 0 0
                                    

Malam hari tiba, mata ku juga udah sangat ingin istirahat. Tapi tidak dengan perutku, rasanya masih pengen banget makan sesuatu.

'Anjir, malem-malem gini laper... Makan mie aja kali yaa...' Aku bergumam pada diriku sendiri.

Akhirnya aku putuskan tuk merebus mie instan. Aku milih mie instan berbungkus warna hijau, karena rasa itu rasa yang paling aku suka.

. . .

"Hmm... wangi bener." Ujarku ketika mencium aroma mie yang ku aduk.

Aku makan mie make nasi, karena kalo gak make nasi kagak kenyang. Lagi juga katanya kan kalo makan malem tuh bisa bikin gemuk. Nah maka itu, buat mengisi badan ku yang kurus krempeng  aku makan malam aja.

Tapi anehnya, udah makan malam, udah minum susu, udah banyak makan, bukannya badan ku yang gemuk, malahan feses ku saja yang tambah tebel.

Sembari makan mie yang tadi ku buat, aku nonton film kartun di youtube. Bisanya aku nonton kartun Spongebob sih, karena dari kecil aku enjoyer Spongeebob. Walaupun episodenya di ulang-ulang, tapi kayak masih seru aja gitu.

Aku nonton episode waktu Squidward naik mesin waktu, dan menciptakan permainan menangkap Ubur-ubur.

"Siapa orang bodoh yang menciptakan permainan ini?" //Suara Squidward//

"Kau Squidward." //Jawab Spongebob dan Patrick//

"Hahaha, bejir." Aku tertawa kecil mendengarnya.

Tak sadar, ternyata mie yang ku makan sudah habis. Aku lantas ke dapur tuk mencuci piring, tak lupa minum segelas air dari kulkas.

"Alhamdulillah, kenyang." Ujarku sembari mengelus-elus perut karena kekenyangan.

"Eh iya, pen ngechet si putri yaa!" Aku baru ingat, kalau mau nolak jadi duta sampo lain, eh jadi duta bulan bahasa.

Aku kembali ke kamar, dan melihat jam dinding sudah menujukan pukul 23.10. Aku segera memasang obat nyamuk listrikku. Tak lupa mematikan lampu, dan menyalakan lampu tidur di meja kecil sebelah kasurku. Akhirnya aku rebahan deh di kasur.

Aku mengambil HP yang sedari tadi aku cas di meja belajarku. Kemudian segera membuka WA tuk mengabari si Putri.

"Naahhh, pas nih orangnya Online." Ujarku ketika melihat status Putri sedang online di WA.

.
.
.

FERSEN                                              PUTRI

💬'Assalamualaikum, Put.'

'Kata si Jaki, gw disuruh jadi duta bulan bahasa ya?'

'Iya, baru aja gua mau ngabarinlu.'💬

'Btw, lu mau gak?'

💬
'Dih, kagak ah.'

'Pokoknya gw kagak mau jadi duta-dutaan dan semacamnya!'

💬

'Yah, plis Fer. Kata bu Laras doang yang  jago bercerita.'

'Sehari doang ge'

'Mau yaaa? Kalo bukan lu siapa lagi😔'

💬
'Hmm, iya dah. Emg ceritanya apaan?'

💬

'Yeeeyy, akhirnyaa'

'Cerita mah seterah lu aja deh, Pokoknya nanti ada amanatnya gitu lhoo'

💬
'Oke, insyaallah ya'

💬

'Okee, sipp. Makasih Fersen.🥰'

.
.
.

'Kan, ujung-ujungnya juga guaa lagi yang disuruh maju.' Kesal ku dalam hati.

Dari pada ngedumel yang kagak jelas, aku segera memejamkan mata. Tapi, mataku kayaknya menolak mau di suruh tidur.

Aku baru inget, kalo mau baca buku yang tadi. Yap, buku Tarumanegara. Aku segera menuju rak buku, dan mencari novel itu. Tapi ga ada.

"Eh, anjir. Novel gua dimana yaa?" Aku bingung.

Setelah mencari berapa lama. Aku menyerah mencari Novel itu. Segera aku kembali ke kasur, tuk bobo ganteng.
Tapi...

"Ehhh, anjirrr..."

"Kok, novelnya ada di kasur?"

"Perasaan tadi kasur ga ada apa-apa dah." Aku keheranan ngeliat novel itu tiba-tiba udah ngejogrog dikasur.

Aku sempat takut dan merinding melihatnya. Tapi aku ga ambil pusing sih, aku berdoa dan membaca ayat kursi, supaya diriku dan hatiku jadi tenang, dan tidak takut lagi.

'Aamiin'
Aku mengucapkan amin setelah berdoa.

Tadinya, karena kejadian tadi aku ga mau baca novel itu, tapi semakin aku lihat, kayaknya aku kehipnotis aura buku yang umpama melambai-lambai menyuruhku membacanya.

"Jadi penasaran gua..." Ujarku.

Akhirnya aku membaca novel itu.

Awalnya sih ceritanya kayak novel-novel biasa. Tapi lama kelamaan ceritanya semakin seru. Dan aku bahkan ketagihan baca.

.

.

.

Selepas mataku ngantuk dan sangat berat tuk dibuka, aku melihat jam dinding, ternyata jam sudah menunjukan pukul 02.24.

Novel juga sudah kubaca sampai hampir habis, tapi anehnya beberapa lembar halaman di belakang tidak ada tulisannya sama sekali. Aku bingung, kenapa ceritanya kayak kepotong gitu deh. Aku melihat jam lagi,

"Eh bujug dah, udah wayah janari begini gening." Ujarku kaget pas ngeliat jam.

*wayah janari : dini hari.

Aku segera menaruh novel di meja, dan menurutin nafsuku tuk tidur dengan nyaman. Tak berapa lama, aku pindah alam ke alam tidurku.

Tapi kayaknya, aku ngerasa kayak ada yang ngawasin. Kek di pojok kamar tuh kayak ada yang berdiri gitu. Aku segera berdoa supaya dilindungi dari apapun yang membahayakan diriku.

Aku memejamkan mata, tapi tiba-tiba badanku ada yang menarik dengan kuat, sehingga aku jatuh dengan keras ke lantai. Bahkan kepalaku ngegeledak, kayaknya sampe benjol deh.

'BRUK...'
Aku jatoh dari ranjang tempat tidurku.

Aku yang sudah lemas, tak berdaya mau bangun. Aku samar-sama melihat aku tersedot pusaran besar berwarna biru. Di ujungnya ada cahaya putih, dan makin lama aku makin mendekat ke cahaya putih yang terang itu.

Selepas masuk ke dalam cahaya putih, tiba-tiba gelap sesaat. Dan aku segera tak sadarkan diri.

.

.

.

NEGERI TARUMANEGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang