01

2.8K 218 6
                                    

*happy reading*

"ah. kasihan sekali dirimu ini Faren, dunia tidak mengizinkan mu ke atas" gumam Faren menatap dirinya di kaca luar cafe.

entah mengapa dirinya saat sadar beberapa menit yang lalu tiba tiba sudah berada di bawah pohon di sebuah taman yang tidak tau di mana.

beberapa menit yg lalu~

seorang anak kecil yang sedang bersandar di pohon pinus di taman kota, membuka matanya secara perlahan dan memandangi sekitarnya. sangat ramai, banyak orang di taman ini.

anak laki laki itu berdiri secara perlahan dan memandang sekitar yang dia duduki tadi.

anak kecil itu adalah FARENTA GYAN ARIMA pria tua yang masuk ke raga anak kecil EVAN LUKAS XIVER.

Faren belum memperhatikan tubuhnya yang mengecil dia masih sibuk memandang sekitar yang terlihat tak asing.

berjalan beberapa langkah dan menyebrang ke sebelah jalan di bantu oleh polisi yang sedang mengendalikan lalu lintas jalan.

hah..

helaan nafas pelan yang sudah dia keluarkan sedari tadi. tubuhnya mengecil, bukankah itu gila?.ingin rasanya faren menangis tapi tak mungkin bukan?.

berjalan menjauh dari kaca depan cafe untuk pergi ke rumah pemilik tubuh yang dia masuki.

beruntung saat bangun tadi dia kembali pingsan karna mendapatkan ingatan dari anak kecil ini selama 2 tahun ke belakang.

kaki Evan sangat sakit karna berjalan jauh. dia tidak menyangka anak yang menjadi tubuh barunya ternyata teman musuh yang telah membunuhnya. menyebalkan.

xiver adalah marga keluarga terkaya ke 3 dan memiliki kelompok mafia yang terkenal dengan nama yang sering orang orang sebut night shadow.

kenapa night shadow? karna mereka bertindak tanpa memperlihatkan wujud seperti Faren, melakukan dengan cepat dan sesuai rencana.

Faren juga di sebut night shadow saat muda dulu. astaga dia teringat kisah menyedihkan saat muda. hahh.

'akhirnya sampai' ucapnya dalam hati. setelah hampir 2 jam kaki mungilnya ini berjalan jauh, akhirnya dia sampai di mansion Xiver.

"tuan muda?" tanya satpam di pos nya.

Evan hanya memandang satpam itu, seolah mengerti tatapan sang tuan muda pria paruh baya itu membuka gerbang tinggi itu agar Evan masuk.

tanpa mengucapkan terima kasih Evan berjalan ke pintu depan yang sangat besar dan tinggi. belum sempat dia memencet bel pintu sudah terbuka menampilkan pria atau pemuda yang sekitarnya berumur 19 tahun dengan wajah datar.

Evan menatap ke pemuda itu begitu juga pemuda yang menatap Evan. memiringkan tubuhnya mengkode untuk Evan masuk ke dalam.

Evan masuk ke dalam berjalan ke kamar milik tubuh barunya ini.

"dari mana kau tanpa menggabari maid atau bodyguard mu?" Evan menatap ke ruang tamu banyak pria di sana.

Evan hanya tau pak tua yang sedang menatapnya datar. menutup matanya dan menghela nafas pelan.

'kenapa pak tua ini di sini?' batinya. apa dia lupa dia juga sudah tua?.

"kau dengar?" ucap pria yang pikirnya adalah daddy tubuh ini.

"aku.."belum sempat mengatakan kemana dirinya tadi sudah di potong.

"kenapa sih dad, biarkan dia keluar dan di culik om om jelek di luar sana" ucap pemuda yang lebih muda di sana dengan sinis.

bukankah kita perkenalkan mereka dulu?.

LUXAS AKSHA orang yang mendirikan LUXAS GROUP. sudah berumur 55 tahun

XARTA LUXAS daddy atau anak bungsu luxas, xarta ber-umur 37 tahun.

anak pertama xarta. ADELIO LY LUXAS. umur 19 tahun.

anak kedua xarta. KENZIE KY LUXAS. umur 16 tahun.(Ky)

dan anak bungsu xarta. EVAN RY LUXAS. umur 4 tahun. (Evan)

sekarang mereka sedang bersantai di ruang tamu dengan aktivitas masing masing.

mendengar ucapan Ky yang memotong ucapannya membuat Evan diam di tempat tanpa bergerak tapi pandangannya mengarah ke mereka.

melihat tatapan Evan yang sulit di artikan oleh mereka membuat mereka mengangkat alis bingung.

"makan malam dan tidur" ucap Xarta pada Evan.

tanpa menjawab Evan pergi ke dapur setelah memberikan tas miliknya pada maid di dekatnya.

"ada apa dengan anak ini? biasanya caper sana kita."tanya Ky kepada mereka, mereka hanya diam memandang ke arah Evan pergi tadi.

***

Evan sudah berada di kamar milik si tubuh gembul ini. beberapa menit yang lalu setelah menyelesaikan makan malamnya dia kembali ke kamar yang sudah jadi miliknya.

dirinya sedang merebahkan tubuhnya yang sakit karna berjalan jauh tadi, apalagi kakinya yang sangat perih.

bangun dari tidurnya Evan berjalan perlahan karna menahan sakit di kakinya yang sedikit memar dan terluka.

berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi, dia takut jika dia mandi dengan tubuh lemas yang sekarang membuatnya cepat sakit juga karna luka di kakinya ini.

setelah selesai melakukan kegiatan di kamar mandi, Evan berjalan ke lemari kaca besar di samping sofa di kamar itu untuk mengganti pakaian.

mengganti pakainya dengan piyama hitam bergambar bintang dan bulan.

menidurkan tubuhnya secara perlahan dan memakai selimut agar tidak dingin tengah malam karna ac selalu menyala.

pagi harinya, tepatnya hari sabtu jam 06.35 Evan sudah berada di taman belakang mansion menikmati pagi yang dingin.

Evan sudah bangun dari jam 2 semalam karna bermimpi buruk dan tidak bisa kembali tidur. begitulah sifat Faren karna dia sedari dulu harus waspada pada sekitar atau bermimpi buruk dan akan memikirkan mimpi itu sampai tidak bisa kembali tidur lagi.

dan Evan sudah sarapan sendiri setengah jam yang lalu.
entah kenapa dia benci makan bersama keluarga ini dan mungkin sebaliknya.

di taman belakang yang sangat luas ini sudah hidup bunga dan hewan yang membuat taman ini terasa hidup daripada didalam sama. mungkin nyonya Xiver sangat menyukai alam mungkin?.

hah..

menghela nafas 'lagi dan menatap langit yang mulai terlihat. langit yang mula mulanya berwarna oren secara perlahan terlihat matahari muncul.

"jalani saja dulu, mungkin aku bisa menghancurkan Luxas, bukan?" gumamnya yang masih menatap langit.

woussh...

angin sepoi sepoi yang menerpa wajah dan rambutnya yang membuat tubuhnya sedikit menggigil karna masih memakai piyama semalam dan baju yang dia pakai berlengan pendek.

"masuk, nanti kau demam"ucap pemuda yang berbicara di belakang Evan.

memeluk tubuhnya dan berbalik  menatap asal suara, menatap anak pertama Xarta dengan datar dan dingin walaupun terlihat imut di mata orang dewasa.

"kau tidak dengar Evan"tanya Lio lagi menatap datar Evan.

"aku hanya duduk sebentar" ucap Evan, Lio menatap Evan yang sudah membelakanginya, Lio pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Evan.

"aneh"Gumam Evan.

_____________________

*cerita baru, padahal cerita sebelah belum selesai 🙂
kalo gak ada inspirasi di sana pindah ke sini atau sebaliknya ya 😁*

Transmigrasi |my identity and theirs|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang