05

2.1K 129 0
                                    


*happy reading*


"ada apa dengan Evan pa" tanya Arya pada Fier.

"entah lah, tapi papa mendengar ada yang mengatakan Evan sakit saat aku menelpon Sha, jadi papa langsung pulang" ucap Fier sambil mengelus rambut panjang Evan.

"ku rasa dia harus potong rambut" ucapnya yang masih mengelus rambut tebal Evan.

"oh iya, kenapa kau juga pulang? bukankah masih banyak pekerjaan di sana?" tanyanya pada sang anak.

"hm, pekerjaanku sudah selesai pa, tingal yang lainya belum" Fier menganguk mengerti.

"pa" panggil Arya, Fier berdehem dan memandang wajah Evan yang tenang.

"ku rasa Evan tidak perlu memiliki pengasuh pa, ku rasa bodyguard sebagai baby sisternya sudah cukup bukan"

Fier diam sesaat karna dia pikir benar juga.
dia baru ingat Shaumi tidak terlalu suka anak anak jadi kemungkinan besar Evan..." ucapnya dalam hati sambil menatap Evan di pangkuanya yang sudah lelap tidur.

"hah, baiklah tidak ada salahnya mencoba bukan?" Arya mengangguk mengiyakan ucapan sang papa karna dia melihat wanita itu pada papanya seperti tatapan yang tidak biasa.

itu tatapan obsesi yang berlebihan.

tok

tok

atensi mereka menatap ke arah pintu yang di ketuk oleh seseorang.

"sedang apa kalian? ada apa dengan Evan?" tanya Arta datar tapi tersirat ke khawatirkan di sana.

"em, dia hanya demam. papa sudah memberikan nya penurun panas" Arya mengangguk mengerti dan duduk di samping sang papanya itu.

🤔☺

satu hari sudah berlalu oleh Evan dan dia sudah tidak demam lagi.

sekarang masih jam 5 subuh tapi Evan sudah duduk di meja belajar di kamar itu dengan laptop di depanya.

entah apa yang di lakukan kakek tua itu di tubuh bocil ngembul.

"huh akhirnya selesai juga, walaupun aku harus mengetik sari satu huruf karna tangan anak ini" omel Evan pada jari jari tangannya yang tidak ada salah itu.

setelah memastikan laptop mati Evan berjalan ke arah balkon kamar untuk melihat pemandangan belakang mansion walaupun hanya di terangi beberapa lampu di sudut taman.

tapi menurutnya itu memenangkan dan sejuk.

setelah setengahnya jam dirinya duduk di balkon yang dingin akhirnya dia masuk ke kamar, tidur di kasur dan menarik kembali selimut yang tadinya yang ada di lantai, entah kenapa bisa jatuh padahal tempat tidurnya lumayan besar.

ceklek

"hei adik kecil ayo bangun, bukankah kita akan bermain di taman kota? atau tidak jadi" ucap Zer pada sepupu kecilnya itu.

"engh, kita pergi jam 8 aja bang" ucap Evan pelan.

"tidak, jam segitu sudah panas" tanpa aba aba Zer mengangkat Evan membuat sang empuh kaget tetapi dia tidak memberontak

"ayo cuci muka dan gosok gigi~" ucapnya dengan semangat dan bergembira yang berapi api.

😌💥

"tidak evan tidak boleh" larang Arya.

"tapi aku ingin ini dan itu dan itu juga" ucap Evan pelan tapi masih di dengari oleh tiga curutnya itu.

"TIDAK!" Evan tersentak kaget karna hentakan dari mereka. Zer, Arta, dan Arya.

"tapi aku ingin yang pedas pedas"marahnya pada mereka karna sedari tadi dirinya di larang membeli makanan makanan yang berada di taman.

kenapa dia kembar itu bisa bersama mereka? karna tidak sengaja bertemu di depan mansion, mereka mengatakan akan pergi olah raga jadi Zer mutusin buat bareng aja ketaman.

setelah mereka berkeliling taman dengan Evan yang duduk di bawah kayu dengan di temani cemilan dan hp untuk menonton dan tiga orang itu berlari mengelilingi lapangan taman yang lumayan besar itu.

setelah selesai olah raga Arya mengajak mereka ke mall setelah berganti.

tapi Evan tidak mau jadi mereka hanya duduk duduk di sana tapi karna godaan makanan favorit yang pedas dan tentu saja enak, tapi tidak di izinkan oleh mereka bertiga.

"bakso bagaimana bang?"tanyanya dengan berbinar.

mereka yang melihat tatapan berbinar itu jadi tidak tega Hai mereka mengangguk mengiyakan.

"mang baksonya 4dan satu jangan pedas"ucap Zer dan mendapatkan tatapan kesal dari yang termuda itu.

" hei siah untuk abang jadi makan bakso kan" ucap Zer lembut agar sepupunya itu mengerti.

"hem" dehem Evan cuek.

"ya ampun cueknya, haha" ucap Arya sambil mengusap rambut Evan gemes.

setelah selesai makan mereka kembali ke mansion karna hari mulai terik dan sudah menunjukkan jam 10 siang.


💥😎

"bagaimana jalan jalan paginya Evan menyenangkan"ucap Fier dan mendapatkan anggukan semangat dari sang keponakan.

"menyenangkan pa, Evan liat banyak nenek di kolam" hebohnya membuat mereka gemes akan tingkah dirinya.

tapi tidak untuk bocil maksudnya Faren yang geli sendiri akan ucapannya tadi, tapi ya sudahlah.

"wah kalian asik sekali di depan pintu ada apa ini?" ucap seseorang dari belakang mereka
mereka menengok ke belakang dan ternyata itu Luxas.

"hanya menyambut mereka pa, kenapa?"tanya Fier pada sang papua yang baru keluar dari lift dari lantai atas.

"tidak ada hanya jarang jarang melihat wajah kalian tidak dingin dan datar"ucapnya santai dan duduk di kursi ruang tamu.

mereka juga ikut duduk di kursi ruang tengah dengan Evan di pangkuan Luxas.

dan jarang jarang Luxas memangku seseorang apalagi memeluknya, jadi iri mereka pada Evan dengan buahnya duduk di pangkuan sang opa yang dingin dan kejam ini.

"opa aku ingin bersama bang Arta" mintanya pada Luxas karna tidak nyaman duduk di pangkuan orang gilaa dan sadis ini.

"baiklah" Arta dengan senang hati memangku sang bungsu dan sesekali memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.

membuat pipi ngembul itu bergoyang lucu.

___________________________

makasih dah mampir vote dan komen....

Transmigrasi |my identity and theirs|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang