🤠🤠🤠
Sepanjang pembelajaran tadi Hazela terus menekukkan wajahnya. Gladys yang berada disamping Hazela pun bingung melihat Hazela, tidak seperti biasanya Hazela yang selalu bar-bar sekarang hanya diam.
"Lo kenapa sih elah, udah jelek muka digituin tambah jelek, lo". Ujar Gladys kepada Hazela. Hazela menatap Gladys sengit, Gladys yang sadar pun hanya tersenyum kikuk.
"Candaaa, kantin yuk ? gue traktir". Ujar Gladys kepada Hazela. Tanpa menjawab Hazela berdiri dari duduknya lalu pergi keluar kelas meninggalkan Gladys yang menatapnya bingung.
"Katanya mau traktir, cepet". Seru Hazela dari luar kelas.
Gladys berdiri dari duduknya lalu menghela nafas berat.
"Sabaarrr". Setelah itu, Gladys menyusul Hazela dengan senyum mengembang.
Diperjalan menuju kantin, Telinga Gladys terus berdenging karena Hazela yang bercerita dengan suara lebih dari satu oktaf. Banyak pasang mata melihat kearah mereka membuat Gladys tersenyum kikuk.
"Pokoknya gue harus balas dendam ke cowok itu, seenaknya aja mangku gue kayak tadi. Gak sopan banget". Cerocos Hazela membuat Gladys hanya mengangguk pasrah.
"Tapi lo seneng kan ? sampe mukanya merah gitu". Ujar Gladys kepada Hazela membuat Hazela kicep.
"Biasa aja tuh". Setelah itu, Hazela langsung masuk kedalam kantin meninggalkan Gladys yang hanya berjalan pasrah.
"Untung lo temen gue, Zel".
Didalam kantin, banyak sekali murid-murid yang sedang memesan makanan. Membuat Hazela dan Gladys menunggu dengan duduk dimeja panjang yang sudah tersedia disana.
Di pojok kantin, ada pentolan siswa sekolah yang selalu membuat gempar warga sekolahnya. Siapa lagi jika bukan Alvaro and the gang ?.
Alvaro memperhatikan Hazela dari jauh, sedangkan teman-temannya yang lain yang mengerti pun saling melemparkan tatapan. Terkecuali Arkan si kulkas.
"Yang lagi jatuh cintaaaa". Ledek Nathaniel menatap Alvaro dengan tatapan tengil. Alvaro yang merasa tersindir pun menatap cowok itu tajam.
"NENG ZELAA!! AA VARO LIATIN KAMU TERUS NIH". Teriak Evan kearah dua gadis yang duduk tidak jauh dari mereka.
Hazela yang merasa namanya terpanggil pun menatap kearah sekumpulan cowok yang diklaim terong-terongan olehnya.
"Apaansi gaje". Kesal Hazela menatap sinis kearah mereka.
Teman Alvaro yang lain menertawakan Evan saat melihat reaksi Hazela.
"Sabar, Van. Cowok jelek cobaannya banyak". Saut Aaron lalu memakan kembali nasi gorengnya.
Evan hanya mendengus sebal, "Kayak yang cakep lu onta".
"Lah emang gue cakep". Ujar Aaron percaya diri sambil membenarkan kerah baju seragamnya.
Temannya yang lain pun tertawa melihat tingkah si darah biru dengan Evan yang berdarah babu.
"Gue mau pantun". Saut Azka yang sudah menghabiskan tiga mangkuk bakso yang terkenal enaknya dikantin sekolah mereka.
"Cakep". Ujar Xander menjawab Azka. Azka yang kesal pun menimpuk kepala Xander dengan sendok yang dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AODRA
Teen FictionALVARO ABRAHAM REYNAND, cowok berparas tampan, memiliki hidung mancung, bola mata segelap obsidian, memiliki mata yang tajam, banyak digilai para perempuan. Sikapnya cuek, dingin kayak kulkas 1000 pintu, irit ngomong, gak pernah pacaran, ketua tim b...