Kenan cukup terkejut ketika ia mendapati yang membuka pintu ruangannya saat ini adalah Elang. Lelaki itu berjalan mendekati meja kerjanya.
"Kenapa ke sini?"
Elang terdiam sesaat, seperti menelisik kedua mata Kenan yang memerah. Tetapi lantas tak acuh. "Gue mau ke Kanada. Pesawat gue besok pagi."
"Kamu nggak dengerin Eyang bilang apa?" Kenan cukup lelah untuk menghadapi Elang saat ini.
"Gue cuman mau nyusul nyokap gue di sana, salah lagi emang?"
Kenan menghela napas panjang, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Menatap adiknya itu dengan lebih leluasa. "Kuliah kamu di sini gimana? Nanggung, sebentar lagi selesai. Kamu bisa pergi habis wisuda."
"Pindah, Mami bakalan urusin kuliah gue di sana."
"Terserah kamu kalo gitu." Kini Kenan menegakkan duduknya. "Tapi Eyang pasti nggak akan kasih kamu izin."
"Lagi? Setelah gue jatuh cinta aja salah, dan sekarang gue mau pergi nyusul nyokap juga salah?"
Bungkam sudah Kenan.
"Gue ke sini cuman mau ngomong itu." Elang lantas membalikkan badan, bersiap melangkah keluar ruangan. Tetapi sesaat langkahnya terhenti. "Oiya, gue juga nggak akan minta maaf sama lo."
Lantas ia berlalu dari ruangan itu.
Meninggalkan Kenan yang terdiam tidak sempat memberikan jawaban.
-
Coba sekali lagi.
Itu yang ada di dalam pikiran Elang sejak ia melangkahkan kaki keluar dari ruangan milik Kenan. Apapun yang akan terjadi nantinya, maka itu akhir dari segalanya ketika ia telah mencoba sekali lagi.
Ia menanti cukup lama di lobi apartemen ketika akhirnya orang yang ditunggu memunculkan diri. Gendhis berjalan masuk ke dalam bersama dengan Kareen disusul Narendra di belakang mereka.
Lelaki yang menyadari kehadiran Elang itu melotot tidak percaya. Ia bahkan memberikan kode dengan sebuah gelengan kepala, peringatan untuk tidak memunculkan diri di hadapan Gendhis.
Dan siapa pula Narendra sanggup memperingatkan Elang. Lelaki itu sudah muncul di hadapan Gendhis, mencegat langkahnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Di tempatnya, Kareen menganga tidak percaya akan keberanian Elang.
"Apa lagi sekarang?"
Narendra segera berjalan cepat dan menarik lengan Kareen. Membawa gadis itu untuk masuk ke dalam lift dan membiarkan Gendhis berhadapan sendirian dengan Elang.
"Na! Apaan sih, kenapa naik? Itu Gendhis gimana?" seru Kareen ketika telah berada di dalam lift. Sedangkan Narendra mengedikkan bahu.
"Biar mereka belajar nyelesein masalahnya sendiri juga, By. Biarin, nggak apa-apa."
Lantas Kareen memilih untuk mengalah pada kali ini, mengikuti perintah Narendra.
Tersisa seorang diri dan harus berhadapan dengan Elang dengan sisa tenaga yang telah terkuras habis sungguh menyesakkan bagi Gendhis. Ia harus berulang kali mengalihkan pandangannya keluar gedung supaya masih mampu berpikir waras.
"Apa?" ia akhirnya membuka suara ketika Elang memanggilnya untuk yang ketiga kalinya.
"Bisa liat gue bentar?" tuntut Elang.
Dengan begitu malas, Gendhis perlahan memalingkan wajahnya menuju Elang.
"Apa lagi sekarang? Semua udah selesai dari kemarin, El. Lo mau ngapain lagi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia
FanficBeberapa hal yang memang tidak perlu untuk diungkapkan. Hal, dimana kenyataan akan selalu terasa lebih menyakitkan dari khayalan.