⠼⠁⠓ Glasir

109 24 8
                                    

Kau adalah detektif partikelir yang memiliki banyak karyawan. Mereka perlu dibayar, minimal dibelikan sarapan. Demi informasi tentang gadis yang kaumata-matai, mereka rela bertugas saat panas dan hujan. Dengan kehidupanmu sendiri yang terus meluncur di tangga spiral menurun, kau ragu mereka masih bekerja untukmu di akhir bulan. Satu-satunya solusi yang terpikirkan olehmu: lembur di akhir pekan.

Kau datang pagi-pagi ke toko keramik sepupumu. Tak peduli ancaman teror dari makhluk-makhluk berbulu. Lihat si berengsek Bakwan. Ia bertengger di puncak rak keramik dan menatapmu bagai makhluk rendahan.

Dengan kehadiranmu, sepupumu bukan main senangnya. Kebetulan dia punya puluhan bisqueware yang harus dicelup ke glasir saat ini juga.

Toko keramik itu terletak di bataran sungai besar yang membelah kota. Kau bisa mencapai perimeternya dengan berjalan kaki. Namun, sedang tak banyak yang bisa dilihat di sana. Sisa kabut asap masih mengambang di atas Batang Hari.

Jadi, kau mulai bekerja saja. Kaugantung jaket hitam di gantungan sebelah pintu. Kaulepaskan kacamata bodohmu itu. Ponimu yang sudah menutupi mata kau jepit di atas kepala dengan jepit rambut sepupumu. Kaukenakan apron yang berkalang tanah liat dan mulai menjadi penyihir. Kau menuang, menakar, menimbang, dan meracik pewarna keramik sesuai catatan sepupumu. Saat ini kau belum akan melihat keajaibannya, karena keajaiban datang belakangan.

Keramik memaksamu menyimak pelajaran kimia dengan jeli. Kau harus tahu apa yang terjadi pada glasir jika mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Kau harus tahu apa fungsi feldspar dan kaolin pada resep glasirmu. Kau jadi belajar mencampur ball clay dan kuarsa. Kau belajar senyawa-senyawa karbonat dan oksida.

Sementara di bagian depan toko keramik, sepupumu menyambut pengunjung yang langka. Kau tidak bermaksud menguping, tapi para pengunjung itu menyebut namamu, Pasha.

Kau tahu, nama Pasha cukup umum di kota ini, tapi kebanyakan dari generasi orangtuamu. Bisa jadi Pasha yang dibicarakan gadis-gadis di depan itu wali kota kalian dan bukannya dirimu, tapi siapa yang tahu?

Kau mengintip lewat panel kaca bulat pada pintu pemisah toko dan bengkel keramik, dan mendapati seorang gadis berjaket jins melihat-lihat keramik yang dipajang. Itu teman sebangkumu!

Jantungmu tiba-tiba memburu. Kau lekas menarik diri dari pintu. Menyembunyikan tubuh besarmu di ruangan yang penuh benda rapuh ini tidak mudah, jadi kau berharap gadis itu segera pergi. Di belakangmu, Bolu mendongak dan mengeong, seolah-olah bertanya ada masalah apa?

Kau menempelkan telunjukmu di bibir untuk memperingati si belang tiga. Kau tidak sadar apa yang kaulakukan membuatmu terlihat gila.

Kau menyambar jaketmu kembali. Kau melepas jepit rambut konyolmu. Kau mengintip dengan waswas, seolah-olah yakin gadis itu bakal memergokimu di ruang belakang ini, yang pintunya ditulisi "SELAIN KARYAWAN DILARANG MASUK!"

Tadi informanmu hanya mengabari bahwa gadis itu pergi bersama sahabatnya. Ia tidak tahu gadis itu pergi ke mana. Sang informan sudah berhari-hari mengamati rumah gadis itu dan hanya menemukan kehidupan yang damai dan tenang di sana. Tapi kau tidak percaya begitu saja. Ada yang salah pada gadis itu, meskipun kau tidak tahu apa. Menurut hipotesismu, itu pasti ada hubungannya dengan sang ibu.

Pada akhirnya, gadis itu dan sahabatnya meninggalkan toko. Kau membuka pintu tempatmu bersembunyi sedari tadi dan membiarkan Bolu menyelinap ke bagian depan toko. Sepupumu menyapanya lebih hangat daripada ketika menyapamu.

"Tadi yang datang itu beli apa?" kau bertanya kepada sepupumu yang sedang menciumi kucingnya.

"Oh, selamat, dia mengambil mok norakmu," sahut sepupumu. "Dua."

Kau semakin tidak paham koneksi apa yang terbentuk di antara kau dan gadis itu. Satu mok itu kebetulan. Tapi dua mok?





Dari Pengarang:

Apa ya jadinya kalau sejak awal Sella tahu toko yang secara random dia masuki karena ada AC-nya itu tempat kerja paruh waktunya Pasha 🤔

Gak kenapa-kenapa sih kayaknya. Paling misteri asal-usul Pasha aja yang lebih cepat terbongkar.








Saujana MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang