Hiruk pikuk kantor menyapa pengelihatan Arion. Beberapa karyawan yang berpapasan menyapanya dengan senyum dan sedikit menundukkan kepalanya.
Jika kalian pikir Arion adalah direktur yang cuek dan cool seperti cerita-cerita direktur yang ada di novel, kalian salah. Arion tipikal pimpinan yang senang bercanda dengan bawahannya, dia dikenal sebagai pimpinan yang ramah, sedikit extrovert, dan senang mentraktir orang-orang dalam arti lain pria 27 tahun itu tidak pelit.
Seperti saat ini Arion tiba-tiba saja masuk ke the rest human resource unit untuk menyapa karyawan yang ada di sana.
"Pagi semuanya!" soraknya di depan pintu kaca dengan penuh semangat.
"Pagi, pak!" balas karyawan yang ada di sana tak kalah semangat.
"Nah, gitu yang semangat," ujarnya tersenyum. "Pak Heru, masih pagi kok udah kusut mukanya," ucapnya menotice seorang karyawan laki-laki yang duduk menatap komputer mati dihadapannya.
"Eh, anu pak." Heru mendadak gagap ditambah saat melihat atasannya itu berjalan menuju mejanya.
Arion mendekatkan mulutnya ke telinga Heru lalu berbisik. "Anu kamu kenapa?" tanyanya sangat pelan.
Heru sontak melotot terkejut tidak menyangka dengan apa yang ditanyakan Arion. "Bukan anu itu pak, aduh ...." Heru panik dengan wajah merah padam.
Arion tertawa terbahak senang akan kejahilannya pagi ini, ekspresi Heru benar-benar menghiburnya sebelum harus kembali bergelut dengan banyak kertas di ruangannya.
Tak lama dering telepon kantor yang di meja Kepala Administrasi berbunyi. "Baik, bu."
"Maaf, pak. Bu Gea menelpon, katanya ada berkas penting yang perlu ditanda tangani," insterupsinya ditengah tawa Arion.
Arion berdehem. "Baik. Terima kasih, ya," ucapnya lalu berjalan keluar menuju ruangannya.
🦋🦋🦋
"Kamu tuh bisa gak sih kalau udah sampai kantor gak usah mampir-mampir dulu ke ruangan lainnya?"
Arion tak menggubris omelan Gea, sekretarisnya. Dia berjalan menuju kursi kebesarannya dengan Gea yang mengekor di belakangnya.
"Denger gak?" tanya Gea.
Arion berdehem lalu duduk bersiap membaca isi tumpukan map di depannya.
Gea Ristian, teman Arion dari zaman kuliah yang kini merangkak menjadi sekretaris pribadinya. Mereka berdua sudah sangat dekat. Makan siang tak jarang berdua, pulang kantor bersama, bahkan sesekali Gea berkunjung ke rumah Arion.
Tentu saja dengan kedekatan itu banyak berita yang bersliweran di telinga mereka. Arion dan Gea pacaran lah, Arion dan Gea ini-itu, bahkan ada gosip yang mengatakan jika direktur dan sekretaris perusahaan ini berstatus suami istri hanya saja mereka tidak mempublikasikannya.
Drt ... drt ...
Gawai milik Arion bergetar membuatnya mengurungkan niat sejenak untuk membuka lembar map dihadapannya.
"Halo, Yan. Kenapa?"
"..."
"Boleh, sih. Jam berapa?"
"..."
"Oh oke tapi gua rada telat dikit, ya. Minta tolong juga sekalian pesenin gua makan, menunya ikut kalian aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis
RandomBenar adanya jika rumah tidak harus berbentuk bangunan. Ini yang dirasakan Zeina; Gadis 21 tahun yang ditakdirkan untuk menjadi anak pertama. Tentu saja takdir itu bukan sesuatu yang mudah. Perlu mengubur banyak mimpi demi mewujudkan mimpi sang adik...