"Kak, lu lihat kaos kaki putih gua gak?!" teriakan remaja laki-laki terdengar dari lantai bawah.
"Udah gua simpan deket baju lu, Nu!" Seseorang membalas dengan teriakan.
"Gak ada, Kak. Udah gua cari kok." Remaja itu, Wisnu namanya. Tak lagi berteriak sebab memilih untuk menghampiri sang kakak di kamarnya.
Yang ditanyai pun tak lagi menimpali. Dia berjalan cepat menuju kamar Wisnu guna mencari kaos kaki yang raib entah kemana itu.
"Ini apa?" tanyanya ngengas saat menemukan sepasang kaos kaki di ujung kasur.
Wisnu terkekeh kaku. "Kok gua cari gak nemu, ya," gumamnya menggaruk tengkuk lalu dengan cepat kembali turun ke lantai bawah guna memakai sepatu kala suara garang kakaknya menginstruksi, menyuruhnya lebih cepat.
Dari daun pintu utama, Wisnu melihat kakaknya dengan buru-buru memakai sepatu andalannya. "Ayo, Nu. Gua hari ini ada kelas pagi," ujarnya sembari berjalan cepat menuju garasi, mengeluarkan motor yang selama ini setia menemani tiap langkahnya kemanapun.
"Gas, Kak Zei." Wisnu mengintruksi.
Setelah dirasa Wisnu telah siap, Zeina pun menarik pedal gas motornya. Membelah padatnya jalan ibu kota.
Zeina atau kerap dipanggil Zei, gadis 21 tahun dengan kulit putih bersihnya, dipadukan dengan rambut hitam legam yang begitu kontras dengan warna kulitnya.
🦋🦋🦋
Setelah memastikan motornya terparkir dengan benar, Zeina berlari kecil menuju gedung tempatnya beberapa tahun ini mengais ilmu.
"Morning, Zei." Perempuan berbalut kemeja hitam dan celana jeans menyapa. Disha namanya.
Zeina bernapas lega, ternyata masih ada teman sekelasnya yang juga baru datang. "Kirain gua yang paling telat," ujarnya lega.
"Pak Abra doang elah. Gunain 15 menit itu dengan baik, Zei," celutuknya. Benar-benar terlihat santai.
Saat masuk ke kelas, Disha dan Zeina menyapu titik kelas. "Di sana." Disha menarik tangan Zeina, menghampiri dua orang gadis yang sudah duduk manis dibangkunya.
"Pilih, lu mau duduk di mana," ujar Kaila. Gadis yang mendapat julukan 'Cewe Kue' itu menunjuk dengan dagunya, dua bangku yang sengaja diisi dengan totebag serta bukunya agar teman sekelas yang lain tidak mengisi bangku itu.
"Thanks, La," ucap Zeina.
Zeina memilih bangku ditengah, Kaila sebelah kanannya dan Alea disebelah kirinya sedangkan Disha duduk di sebelah kanan Kaila.
Oh, ya. Alea. Gadis yang sedikit unik dengan penampilan yang sangat berbanding terbalik dengan Kaila. Jika Kaila senang menggunakan pakaian berwarna soft maka Alea sebaliknya. Gadis ini senang menggunakan pakaian berwarna gelap dengan celana joger andalannya.
Zeina dan Disha? Mereka mah sesuai mood. Kadang menggunakan warna cerah tak jarang juga menggunakan pakaian warna gelap sama seperti orang yang berduka.
🦋🦋🦋
"Lu ngerti gak sih tugas Pak Abra?" Zeina berdecak kesal sembari menyandarkan kepalanya yang pening di tiang koridor.
Hampir satu semester, dosen pengantar mata kuliah Cost Accounting itu hanya mengandalkan materi berbentuk ppt yang dibawakan tiap mahasiswa dan memberikan banyak soal perhitungan tanpa ada penjelasan detail sedikitpun darinya.
"Santai aja lah, kelar dah tuh nanti." Disha tetap santai. Bahkan saat di kelas tadi bukannya memperhatikan materi dia malah main game angkot yang sedang viral akhir-akhir ini.
"Kerjain barengan yok nanti, biar lebih ringan," usul Alea.
"Gua ikut deh, gak yakin gua kalo ngerjainnya sendiri. Gua kalah kalau angka-angka ginian." Kaila menyelutuk sedikit curhat.
"Zei, lu gimana? Join gak?" Alea bertanya.
"Lihat nanti deh," ujar Zeina.
"Oke. Lu, Sya?" Kini Alea bertanya pada Disha yang tampak sedang berpikir.
"Engh ... Boleh deh. Di rumah gua aja gimana?" Disha menawarkan. "Besok kan gak ada kelas, rumah gua pasti gak berpenghuni lagi jadi lu gak segan geraknya," lanjut Disha mengingat orang tua dan abangnya sibuk bekerja.
"Boleh-boleh. Masalah cemilan biar gua yang talangin," ucap Kaila.
"Widih, banyak duit lu ya," sambar Zeina.
Kaila tertawa dibuatnya. "Amin aja deh."
"Jadi fix nih ya besok, di rumah Disha. Cepetan lu pada datengnya." Alea mengulang inti percakapan mereka.
"Iya, bu. Aman itu mah, berkabar kalau udah mau otw," kata Disha selaku tuan rumah besok hari.
"Balik dah lu pada, turu turu. Kasur menanti ini." Kaila merogoh saku celananya hendak mengambil kunci motor. "Zei, info ya kalau lu mau ke rumah Disha, biar sekalian gua jemput."
"Iya. Gua liat besok deh," ujar Zeina ikut mengambil kunci motornya.
Kini empat gadis itu berjalan beriringan menuju parkiran.
"Usahain bisa, ya, ya, ya? Kan sekalian mau girls time." Disha mencoba merayu Zeina.
Zeina terkekeh. "Yang ada tugasnya kagak selesai kalau gini duluan mah. Gua usahain, ya, guys."
"Sya nebeng, ya." Alea nyengir kuda. "Gak bawa motor hari ini."
"Yok," ujar Disha setelah menaiki motornya lalu disusul Alea.
Di belakangnya ada Zeina dan Kaila, mereka berpisah di perempatan dekat kampus. Zeina dan Kaila ke arah kiri sedangkan Disha dan Alea ke arah kanan.
🦋🦋🦋
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/363294046-288-k887417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis
RandomBenar adanya jika rumah tidak harus berbentuk bangunan. Ini yang dirasakan Zeina; Gadis 21 tahun yang ditakdirkan untuk menjadi anak pertama. Tentu saja takdir itu bukan sesuatu yang mudah. Perlu mengubur banyak mimpi demi mewujudkan mimpi sang adik...