Kepalang biasa penuh dengan jadwal part time jobnya, kali ini Jake kelimpungan sebab tak tahu apa lagi yang harus ia kerjakan. Sejak Ethan melarangnya untuk mengambil part time, Jake banyak sekali diamnya. Banyak hal sudah ia kerjakan namun kepalang gampang bosan.
Fasilitas yang Ethan berikan sebetulnya sangat cukup membantunya menjalani hari-hari yang membosankan tanpa pekerjaan. Tersedia beberapa buku baru, gadget, bahkan alat olahraga yang sebetulnya akan sangat jarang ia gunakan, sebab dirinya kepalang malas bergerak lebih.
Tapi Jake merasa itu semua telah membosankan, ia terbiasa menyapa dengan pelanggan di minimarket tempat dirinya bekerja di pagi hari, atau sekadar memperhatikan ratusan manusia yang bergerak terburu seperti enggan kembali bertegur sapa dengan kesibukkannya di sore hari.
Jake terbiasa bersusah-susah demi mempertahankan hidupnya untuk hari esok, maka begitu dapatkan kemudahan, dirinya justru kelimpungan. Tak tahu harus apa.
Netranya melirik jam digital yang terletak di nakas, pukul enam lewat lima belas. Seharusnya antara Jay atau Sunghoon, salah satunya sudah berada di unitnya. Jake berpikir haruskah ia mengunjungi salah satunya, sebab terakhir ia bertemu dengan mereka bahwa tiga hari lalu.
Pada akhirnya, Jake pilih untuk bangkit dari ranjangnya. Sebelum benar-benar keluar dari unitnya, Jake membawa satu cup ice cream berukuran sedang yang mungkin bisa ia nikmati dengan siapapun yang ia temui, baik Jay atau Sunghoon.
Sialnya, ia telah menunggu sepuluh menit baik di depan unit Sunghoon maupun Jay, tapi keduanya sepertinya belum kembali. Bibirnya mencebik, padahal ia telah hampir mati dibunuh kejenuhan.
"Jake?"
Pandangannya teralihkan, netranya membulat. Ia temukan Ethan di ujung lorong melangkah mendekat, diiringi oleh sang sekretaris, Karina yang membawa satu file yang agak tebal.
Tanpa berbalik, Ethan berikan titah untuk sang sekretaris, "Put it on my desk, Rin. So you can go back home."
Langkah Ethan mendekat pada Jake yang masih memeluk ice cream di depan unit Sunghoon, "What are you doing here, Little One?" Jemarinya menyapa halus surai yang lebih muda, berikan usapan lembut di sana.
"Eum, aku pikir Jay atau Sunghoon sudah kembali. Aku hampir mati kebosanan karena tidak ada kerjaan. Sayangnya, keduanya sama sekali belum kembali."
"Oh my bad, aku lupa bilang kalau mereka berdua tengah sibuk akhir-akhir ini karena mendekati akhir semester."
Jake menggelengkan kepalanya cepat, meraih jemari Ethan, "No. Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja..."
Si kecil sepertinya enggan melanjutkan kalimatnya, ia justru mengambil topik lain, "Would you like to join me eating this ice cream?"
Ethan mengangguk pelan, "Sure. Di unitku?"
"Okay."
Ethan mengambil langkahnya lebih dulu, lengannya bertengger di pinggang ramping Jake, mengawal langkah si kecil untuk tetap berada di sebelahnya, "Kamu sangat suka ice cream ya."
Jake anggukkan kepalanya, "Eung! Aku suka sensasi dingin ice cream dan ketika meleleh di lidah rasanya enak sekali. When I'm not in a good mood, I eat ice cream to make myself feel better."
"So, you have many stocks of it on your fridge?"
"Huum."
Ethan biarkan Jake memasuki unitnya lebih dulu setelah ia tempelnya ibu jarinya untuk membuka pintu. Sembari melepaskan jasnya, Ethan mengarahkan Jake ke ruang tengah di mana terpampang langsung pemandangan sore di batas malam dari gedung tinggi itu. Jake selalu suka pemandangan sepertinya, maka tanpa sadar ia melangkah menuju jendela.
Yang lebih tua sempat tawarkan Jake untuk meletakkan ice cream di kulkas, sebab ia akan lebih dulu membersihkan diri sebelum bergabung. Untungnya si kecil anggukkan kepalanya, biarkan Ethan yang menyimpan dessert kesukaannya itu untuk sementara waktu. Sedangkan dirinya kembali nikmati pemandangan indah nan menenangkan di hadapannya.
Butuh waktu setengah jam untuk Ethan membersihkan dirinya. Sosok gagah itu membawa kembali ice cream milik Jake disertai dua botol air mineral.
"Mau menonton sesuatu sambil makan ice cream?" tanya Ethan.
Jake sedikit memiringkan kepalanya, berpikir tontonan apa yang mungkin bisa ia dan Ethan saksikan.
"Red, White and Royal Blue. Have you watched it?"
Ethan menoleh, "Belum."
"Oh, can we watch this? I love this movie so much," ujar Jake, membawa langkah kecilnya menuju Ethan yang telah bersandar pada sofa empuknya, menghadap pada televisi. Ia dudukkan dirinya tepat di sebelah Ethan, "I recommend this movie because the storyline is really good, and the cinematography is also top-notch."
Ethan lepaskan kekehannya, melihat sikap Jake yang sebegitu semangatnya menceritakan segala hal buat rasa lelahnya sedikit banyak menghilang. Rasanya, ia ingin terus buat senyum manis selalu terpatri pada wajah cantiknya. Ethan tak ingin lihat ada setitik kesedihan di raut cantik itu.
Yang lebih tua biarkan anjing kecilnya menentukan apa yang akan mereka tonton. Ethan menarik pinggang si kecil untuk duduk lebih dekat dengannya, Jake pasang senyum manisnya, nyamankan dirinya bersandar pada dada bidang yang lebih tua. Keduanya menikmati film yang Jake pilih itu sembari menyecap manis dingin ice cream.
"I know why are you love this movie so much, Little One."
Jake alihkan pandangannya ke arah yang lebih tua, tarik sedikit garis bibirnya, "Glad to know it, Ethan."
Yang lebih tua kini mengambil alih cup ice cream yang dipegang Jake, diletakkan pada meja di sebelah sofa. Jemarinya tergerak membingkai wajah yang lebih muda, berikan tatapan teduh untuknya.
"You are safe now, with me. No one can hurt you. No one can hurt my babies. No one."
Jake cukup terkejut mendengar kalimat yang keluar dari bibir yang lebih tua. Ia tak pernah sekalipun mendapatkan kalimat itu yang terdengar begitu tulus ditujukan untuknya. Atau memang Jake tak pernah dapatkan hal itu sebelumnya.
"Ethan.. Have I ever said that I feel happier now?"
Ethan mendekatkan wajahnya pada si manis, "No. But I know it. I can feel it and I promise there will be more happiness for you."
Jake pejamkan matanya, rasakan lembut bibir Ethan yang menyapa pelipisnya. Begitu hangat yang dirinya rasakan saat ini. Sejujurnya, ia benar-benar merasa sangat dicintai saat ini. Ia benar-benar merasa dihargai bahkan ketika ia menjadi dirinya sendiri.
"Thank you, Ethan."
"My pleasure, Little One."
Oh, tuhan. Bolehkah Jake memilih serakah untuk saat ini. Ia ingin memiliki Ethan seumur hidupnya, bukan hanya sebatas kontrak yang terbubuhkan tanda tangannya. Ia mau Ethan seumur hidupnya. Ia mau Ethan.
Note : Top-notch itu artinya yang terbaik, kayak punya kualitas yang bagus gitu. Jadi, movie yang Jake rekomendasiin itu punya kualitas yang gak main-main. I also recommend this movie, bisa nonton di prime video.
Anw, ada konten jorok (bukan buat minor!) Ethan x Jay (lanjut Chapter His First) di trakteer aku dan beberapa konten nikwon (minor boleh) yang mungkin ada yang belum tau Check it out! Link di bio aku, hihi! Next time kita buat siapa yaa??
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐫 𝐄𝐭𝐡𝐚𝐧
Fanfiction"May I sit on your lap, Sir?" "Sure. Do what you want to do, Baby." Heeseung x 02z