Late Night

476 76 5
                                    

Pukul sembilan malam, Jay sampai di unitnya setelah habiskan seharian penuh di kampus. Hadapi kelas-kelas akhir menuju liburan. Oh, kalau bisa Jay hanya ingin tidur tanpa harus mengisi perut atau sekadar membersihkan diri. Sayangnya tidak. Sebab terakhir ia mengisi perut adalah tadi pagi, ia masih tahu diri untuk tidak mengambil risiko lebih, juga dirinya bukan orang yang nyaman untuk tidur tanpa harus membersihkan diri. 

Diletakkannya satu kotak pizza yang berhasil ia beli di tengah kebimbangan, makan atau tidak. Setelahnya ia memilih untuk membersihkan diri lebih dulu sebelum mengisi perut. 

Pukul setengah sepuluh, benar-benar bukan waktu yang tepat untuk mengonsumsi makanan, tapi Jay tak lagi peduli. Ia bahkan telah habiskan setengah porsinya. Netra elangnya berfokus pada tontonan yang telah ia gemari selama seminggu ini. 

Jay menghela napasnya, suasana hatinya sedang tidak baik. Hari ini rasanya benar-benar hari terburuknya. Presentasi tugas gagal dilaksanakan sebab sang dosen masih merevisi materi, padahal Jay sudah relah mengorbankan wajtu tidurnya seminggu terakhir. Belum lagi, tugas-tugas yang deadlinenya berdekatan. Gila. Jay bisa gila. 

"Hah!"

Satu potong pizza yang tersisa di tangannya langsung ia lahap tanpa basa-basi. Setelahnya ia beranjak meraih satu kaleng soda kemasan, juga dengan sekotak batang nikotin yang ia sembunyikan di balik tumpukkan gelas. 

Balkon di malam hari ditemani angin malam, kepulan asap nikotin lepas dari bibir si taurus. Menghembus sisa bakaran yang penuhinya dirinya. Netranya menatap kosong langit gelap yang bahkan tak ada satu bintang hadir. 

Sepi tapi penuh. Sepi di sekitarnya, penuh di pikirannya. Jay masih enggan hentikkan sesapannya sampai batang ketiga. Lagi, hembuskan kepulan adap nikotin begitu berat. Ia kepalang lelah namun enggan merebah. 

Ting! Ting! Ting!

Ponselnya berdenting, Jay hanya menatap notifikasi yang hadir setelahnya, pesan dari Sunghoon.  Namun, ia lekas tegakkan tubuhnya begitu membaca notifikasinya. Tanpa hitungan detik, Jay mengambil langkah menuju pintu unitnya. 

"Sunghoon? What the fuck happened to you?"

Jay lantas menarik lengan Sunghoon membawanya masuk ke dalam unitnya. Jay biarkan Sunghoon duduk di sofa, sedangkan dirinya bergegas masuk ke kamarnya dan kembali setelah beberapa menit. 

Si taurus duduk tepat di sebelah Sunghoon yang masih tak mengeluarkan suaranya. Jay tatap si sagitarius penuh kekhawatiran, "Kenapa, Sunghoon?" 

Diraihnya jemarinya bergetar yang saling bertaut itu, Jay sungguh belum tau mengapa Sunghoon berdiri di depan unitnya dengan keadaan seberantakan ini. Netra elangnya jelajahi tiap senti tubuh Sunghoon. 

Lima belas menit berlalu, belum ada jawaban yang keluar dari bibir si sagitarius. Belum ada satu kata pun yang terlepas darinya. Buat yang lebih tua khawatir bukan main. Cukup bingung harus berbuat apa, selain mengusap lembut punggung yang terbalut kemeja biru laut. 

"Jay."

Akhirnya. Jay menghela napasnya, ia lantas mendekatkan diri pada Sunghoon, "Iya. Gue di sini, Hoon. Kenapa? Ada apa?"

Gelengan kepala Sunghoon buat Jay mengerutkan keningnya, namun segera ia ubah rautnya. Jemarinya kini bergerak genggeam milik yang lebih muda. 

"Kalo emang belum mau cerita, jangan cerita."

"Mau."

Sunghoon lantas mengangkat kepalanya, menyatukan pandang dengan sosok di sampingnya, "Mau cerita."

"Go on."

***

Pukul satu lewat delapan, Jay meletakkan ponselnya di sofa. Netranya bergerak menuju ranjang, di mana Sunghoon baru saja terlelap. Helaan napas terdengar begitu berat. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐢𝐫 𝐄𝐭𝐡𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang