07

690 125 5
                                    

Disini sekarang, yuwin, renjun dan rey berada di bandara untuk menuju Korea dan ini adalah kali pertama setelah sekian lama, akhirnya renjun akan tinggal bersama orangtuanya.

Renjun memeluk wenyeol karena biar bagaimanapun dia sudah cukup lama tinggal dengan keduanya.

"Nai nai, yeye, kalau rindu dengan injunie langsung berkunjung ya."

"Hmm, kau jaga diri disana mengerti?" Ucap Wendy.

*Ne nai nai."

*Jangan kelelahan. Apa kau mengerti Renjun."

"Ne." Angguk renjun lalu merekapun melambai pada wenyeol.





Jaemin berada di perusahaannya dan diapun langsung berusaha fokus pada berkas-berkas untuk melupakan apa yang sudah dia ketahui saat ini. Tapi, biar sekeras apapun dia mencoba tetap saja rasanya sangat sulit lalu diapun langsung berhenti dan menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya itu.

Ceklek.

Jaemin menatap datar sahabatnya yang masuk tanpa mengetuk pintu itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu jaem?"

"Kenapa kau kemari?" Datarnya. Jeno lantas langsung duduk dihadapan jaemin lalu diapun memberikan undangan pertunangan nya.

"Kau harus datang, kalau bisa bawa calon istrimu."

"Jadi? Dia benar-benar menerima perjodohan dengan mu?"

"Hmm, lagian aku hanya perlu bertunangan dengannya dan saling mengenal. Karena dia juga baru saja lulus dari universitas, jadi banyak hal yang ingin dia lakukan sebelum menikah." Jaemin hanya diam saja lalu melihat undangan itu.

"Bagaimana keadaan calon istrimu?"

"Dia semakin membaik, dan sekarang dia berada di China karena adiknya yang wisuda."

"Aaa, oh iya. Aky ingin mengatakan hal lainnya, kalau tunanganku ini adalah adik dari Mark Hyung." Jaemin hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Apa orangtuamu masih memandang sebelah mata pada Rey karena penyakitnya?" Jaemin hanya diam saja.

"Kau terlihat tidak tertarik membicarakan soal calon istrimu. Ada apa jaemin?"

"Tidak. Bukan apapun."

"Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu saat ini, kalau kau tak mau memberitahu juga tak masalah" jaemin hanya diam tanpa menjawab apapun.

"Baiklah, aku akan pergi, masih banyak undangan yang harus aku antarkan." Ucao jeno lalu diapun keluar dari ruangan sahabatnya itu, jaemin yabv melihat kepergian jeno lantas menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya itu lalu diapun mengeluarkan gelang yang sudah mengecil itu, gelang yang selalu dia bawa kemanapun.

"Bagaimana caranya sekarang? Kenapa takdir harus seperti ini? Apa ini tanda kita tak bisa bersama?"monolog jaemin.

























Setelah penerbangan beberapa jam, akhirnya yuwin, renjun, dan rey sampai di bandara Korea. Bahkan keempatnya telah ditunggu oleh asisten dari yuta.

"Selamat datang tuan, nyonya, tuan muda." Lalu merekapun berjalan sembari dituntun oleh sang asisten untuk menuju mobil.

Selama perjalanan renjun hanya melihat keluar jendela mobil karena dia merasa sangat merindukan Korea setelah sekian lama. Dia tak menyangka hari untuk kembali dan berkumpul dengan keluarganya akhirnya tiba. Hari yang selalu dia nantikan sejak lama.

Rey melihat renjun yang sangat bahagia lalu diapun menggenggam tangan sang adik membuat sang adik melihat kearahnya dengan senyuman manis pada wajahnya.

"Kau senang injunie?"

"Hmm, aku sangat senang Gege. Ini adalah hal yang telah aku tunggu sangat lama. Bisa bersama dengan Mama, otusan dan gege."

"Gege juga sama injunie."

"Mama juga sama sayang, Mama senang karena sekarang keluarga kita kumpul bersama. Mian, karena menitipkanmu pada nai nai dan yeye." Ucap winwin.

"Mama benar injunie. Maafkan otusan dan Mama. Ne?"

"Mama dan otusan tak perlu minta maaf, injunie mengerti kok. Yang penting sekarang kita bersama-sama apapun yang terjadi. Renjun sudah sangat senang sekali." Ucap renjun tersenyum drngan sangat lebar. Membuat ketiganya ikut tersenyum. Bahkan Rey tak mengalihkan pandangannya pada adiknya.

"Kau sangat dewasa injunie." Batinnya.

































😅😅😅😅😅

Somebody (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang