Maka akan ku hindari segala hal yang mungkin menahanku dalam misi menyatukan kita berdua.
-Eunoia-
***
Dohyun mencoret-coret lembaran kertas di mejanya. Lembaran penuh angka yang sesekali membuat dahinya berkerut. Tidak, Dohyun tidak kesulitan sama sekali dalam mengerjakan tugas kuliahnya itu. Hanya saja kerutan itu muncul saat matanya harus terbuka lebar karena menahan kantuk yang sesekali datang menyerang.
Dohyun cukup teratur soal jam tidur. Dia tidak terlalu suka begadang yang mungkin akan memengaruhi otak dan konsentrasinya dalam berpikir. Dia hanya begadang dikondisi terdesak. Seperti malam ini. Saat dosennya memberikan tugas yang terlalu mendadak dengan deadline yang mepet.
Saat jarum jam menunjukan pukul setengah 12 malam, Dohyun menutup laptopnya dan meletakkan pulpennya di meja. Menyandarkan punggungnya di kursi lalu memejamkan matanya.
Dia memutar kursinya. Matanya yang awalnya terpejam, memilih untuk terbuka. Memandang lemarinya tempatnya menyimpan berbagai peralatan seperti kamera, lensa, dan teman-temannya.
Dohyun memang menggemari dunia editing dan photography. Sejak SMA, dia sudah mengutarakan niatnya kepada Sang Papa untuk menggeluti dunia itu. Belajar menjadi seorang profesional.
Ya, walaupun dia tetap lebih menyukai matematika.
Dohyun sendiri sudah menjadi seorang freelancer dan membuka jasa di instagram. Ya, bisa dibilang dia cukup terkenal karena hasilnya yang memuaskan. Tapi dia masih membatasi gerak bisnisnya. Dalam artian tidak memorsir dirinya ketika dirasa memang tidak mampu untuk mengerjakannya. Karena dia juga ingin menjalani kehidupan yang normal dan seimbang.
Dohyun juga sesekali membantu Papanya dalam mengurus urusan peternakan. Papanya memiliki peternakan yang luas dengan beragam hewan ternak di dalamnya.
Papanya itu pegawai kantoran. Memiliki peternakan sebagai hobi. Katanya jatuh cinta gara-gara melihat kambing ngambek saat sedang dalam edisi berkunjung ke desa, rumah Kakek-Nenek Dohyun dari Sang Ayah.
Ditengah lamunannya, tiba-tiba pikirannya melayang ke Isha. Membuat Dohyun menggelengkan kepalanya segera. Karena jantungnya tiba-tiba terasa berdetak lebih kencang. Pipinya terasa sedikit panas.
"Kayaknya kurang minum air putih deh," gumam Dohyun.
Ia bergegas menuju dapur. Menuangkan air putih hangat ke dalam gelas. Meminumnya hingga tandas.
Dohyun menopang kedua tangannya di pinggir meja dapur. Sedikit membungkuk.
"Do? Belum tidur?"
"Eh, Mama?"
Sang Mama mendekat lalu mengelus rambut lebat Dohyun.
"Lagi ada tugas ya?"
"Iya, Ma. Kebetulan Pak Ibra, dosen ekonometrika ngasih deadlinenya mepet, Ma. Yang fenomena waktu itu Dodo pernah cerita ke Mama."
"Halah, Mama ngga paham mata kuliahmu, Do. Jangan disebut matkulnya," ucap Sang Mama sambil menepuk pelan lengannya.
Dohyun tertawa. "Iya, Mamaku sayang."
"Bobo sana, Do. Istirahat. Papamu udah molor dari tadi," ucap Mama sambil tertawa kecil.
"Mama masuk duluan aja. Dodo mau cuci gelasnya dulu."
Setelah mencuci gelas dan menaruhnya kembali di rak, Dohyun kembali ke kamar. Merebahkan badannya di kasur. Dohyun tidak suka bermimpi dalam tidur, karena katanya kalau mimpi tidurnya jadi tidak nyenyak. Ya, kecuali kalau mimpinya benar-benar bagus, dia baru suka.
***
Dohyun sedang memindahkan file foto kameranya ke laptop. Hari itu sabtu pagi, hari libur. Kebetulan juga memang tidak memiliki kegiatan dan janji diluar. Jadi Dohyun memutuskan memanfaatkan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan freelancenya.
Jarinya berhenti menggulir layar laptopnya saat menemukan salah satu foto. Ia terdiam lalu tersenyum tipis.
Hari itu, hari pengenalan lingkungan bagi mahasiswa baru. Dohyun menawarkan diri untuk menjadi bagian divisi dokumentasi. Iya, menawarkan diri. Karena Dohyun tidak melalui proses pendaftaran. Katanya orang-orang itu percaya hasil kerjanya.
Hari itu, mahasiswa dari seluruh fakultas bergabung menjadi satu. Berada di gedung terbuka utama universitasnya yang memiliki kapasitas besar.
Saat itu matanya tidak sengaja menangkap eksistensi seseorang yang baru saja muncul dari pintu samping.
Berjalan dengan perlahan menuju tempat duduk. Sepertinya baru kembali dari kamar mandi atau memiliki urusan lain.
Dohyun memotretnya dari jauh. Memotretnya yang berjalan pelan sambil menautkan kedua tangannya gugup. Dohyun menyimpan foto itu untuk dirinya sendiri. Mengecualikannya dari folder unggahan yang bisa diakses semua orang.
Hari itu, Dohyun terpesona untuk pertama kalinya.
Terpesona pada sosok Isha yang ia potret dari kejauhan.
Iya, foto Isha.
Dohyun memang baru mengenal Isha dihari saat Hyunbin mengenalkannya di kantin. Tapi Dohyun sudah mengetahui eksistensi Isha sejak lama, tanpa tahu namanya. Karena memang ia jarang mengecek media sosial seperti status orang lain. Sehingga tak pernah tahu padahal Hyunbin terkadang mengunggah fotonya bersama Sang Adik.
Maka sejak hari itu, Dohyun tanpa sadar memperhatikan hal-hal kecil tentang Isha. Hal-hal yang kadang diceritakan oleh Hyunbin saat mereka sedang berkumpul.
Dohyun sebenarnya tahu perasaan apa ini.
Karena ya, denial bukan pilihan bagus kan?
Tapi bergerak dalam diam juga tidak ada yang salah, bukan?
Tbc
~Salamanis, jangan lupa apresiasinya!
Maaf ya pendek≧﹏≦
Oh ya! Hihi mulai bab ini, kita bakal lebih sering lihat lewat sudut pandang Dohyun ya! Itu kenapa kemaren diawal sedikit dari sudut pandang Isha. Biar kalian kenal Isha dari sudut pandangnya sendiri. Karena mulai sekarang mari kita melihat Isha melalui sudut pandang Dohyun(≡^∇^≡)Sinyalku lagi jelek, jadi pembatas nya pake tanda bintang (*) dulu ya. Agak susah upload gambar≧﹏≦
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA [KYUNG DO HYUN]
Novela JuvenilSesuatu yang diawali hal indah, akan selalu indah. *** "Kalau berdoa itu memang harus spesifik." ~Kyung Dohyun (SNU) Start: 04/03/2024 Finish: -