- ' ♡ ' - La steloj ŝajnis nur pecetoj da lumo en la vasta mallumo. - The stars seemed like only fragments of light in the vast darkness. By Lehman Wendell.
"Untuk kamu yang kehilangan serpihanmu, semua potongan yang tertinggal di antara jejakmu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan 'ehe' padaku, bodoh!"
💀🖼📚🌱by Ige ft. You, Mash Burndead & The God Base story: Mashle: Magic and Muscle
Pintu hitam kolosal tampak di hadapan kamu, ukiran rumitnya merupakan satu-satunya detail dalam pemandangan putih tanpa ujung. Kamu muncul di samping Mash.
"Hei," sapamu, sentuhan yang terlalu santai mengingat kamu adalah korban kelebihan beban sihir yang baru saja meninggal.
Mash, yang selalu tabah, nyaris tidak berkedip. "Kenapa kamu ada di sini, [Name]?" Bahkan di tempat seperti ini dia masih berlatih?
"Tubuhku akhirnya pecah seperti vas porselen, kamu tau overload sihir?" Kamu memutar matamu, ingatan akan kematianmu yang dipenuhi sihir masih segar dalam ingatanmu.
Mash berkedip, otaknya seperti mengalami arus pendek. "A-ba-ba...?"
"Fokus, Mash!" Kamu menjentikkan jari. "Mengapa kamu di sini?"
Dia tergagap, "Innocent Zero ... mengambil jantungku. Dan orang itu membawaku ke sini." Dia menunjuk ke arah sosok putih menyilaukan yang bertengger di atas pintu besar itu.
"Ha," Tawa mengejek lepas dari tenggorokanmu. "Dia hanya dewa yang selalu aku sebutkan," katamu datar.
Mash menutup mulutnya dengan telapak tangannya, menatapmu prihatin. "Dewa yang iseng itu?!"
Sebuah suara yang menggelegar memenuhi ruangan, menghentikan kata-kata kasar (darimu) yang berpotensi meledak. "Sekarang, sekarang, di mana sopan santunnya? Di sinilah aku, mengatur reuni akbar ini, dan yang kudapat hanyalah pertengkaran!" Suara itu milik sosok berkulit putih, yang kini menyerupai manusia flamboyan. "Juga, membosankan sekali di sini! Manusia itu kebetulan lewat, luar biasanya, dia mampu merobohkan pintunya-"
Rahangmu menyentuh lantai. "Merobohkan? Maksudmu pintu batas antara hidup dan mati? roboh?!"
"Pembelaanku, Ini, eh, dewa itu meminta hal yang paling kusayangi, dan aku harus keluar." Mash, bingung tetapi setia mencoba menjelaskan.
Kamu mengerang sambil membenamkan wajahmu di tanganmu. "Mash! Sekarang kamu terjebak dalam kesepakatan dengan dewa bodoh ini! Kamu seharusnya tidak mempercayainya!" Kamu memelototi sang dewa, yang terkekeh tanpa penyesalan.
"Lagi pula," lanjut sang dewa, "kapan lagi kamu bisa melihat pintu masuk yang megah ini runtuh? Sudah ribuan milenial ini tegak dan kokoh tapi baru saja jatuh karena manusia ini, nah, sekarang, lanjutkan latihanmu! Jangan khawatir, aku dewanya disini." Dia menunjuk dirinya sendiri dengan percaya diri.
"Terserah," kamu menghela nafas. "Singkirkan saja kekosongan yang menguras kewarasan ini, ya?" Kamu menunjuk warna putih tanpa ujung di sekitar kalian.
Sang dewa menjentikkan jarinya. Kehampaan putih berkilauan dan larut, digantikan oleh ruangan kaca indah bermandikan sinar matahari. Bingkai foto raksasa digantung di dinding, menampilkan pemandangan yang membuat Mash terbelalak.